Kini Enam pemuda laki laki, dan dua perempuan sedang menatap objek yang tengah duduk di kursi utama sembari menatap lurus kedepan.
Rasya, orang yang tengah mereka liat. Permintaan Rasya kepada Babel untuk menyuruh sahabat Risma datang menemuinya, kini dikabulkan oleh Babel.
Babel sudah menghubungi Asep sewaktu jam istirahat, dan sekarang mereka memilih izin karena penjelasan dari Babel membuat mereka khawatir.
"Sekarang kita udah ngumpul semua, Lo mau apa Sya?" Tanya Babel.
Rasya berdiri kedepan mereka.
"Tolong ka Risma ka pliss, gue mohon..." Rasya memohon sembari berlutut di tengah-tengah mereka, membuat Acha sebagai yang tertua merasa tidak enak, anak seusia Rasya berlutut dan ini pertama kali dalam hidupnya Acha.Putra dan Iqbal saja tidak pernah seperti itu...
"Sya apaan si bangun, jangan gitu." Acha membantu Rasya untuk berdiri.
"Jelasin dulu Sya, masalahnya apa, liat mereka pada bingung." Ucap Acha memberi solusi.
"Kalian ga tau kan selama ini ka Risma dimana." Rasya mulai menjelaskan.
"Bukannya Risma..., sebentar lo ga satu rumah lagi sama Risma?" Tanya Salwa.
"Kalian ga tau, Ka risma dalam bahaya, dia harus hidup sama orang yang seharusnya sama gue..."
Semua terdiam mencerna ucapan Rasya.
"Sya Risma kenapa?" Ezy mendekat.
"Jadi..."
Flashback
Kejadian sore tadi masih jelas teringat diotak Risma, kejadian 2 taun yang lalu masi membekas.
Risma juga merindukan sosok laki laki itu.
"Sya, jangan tinggalin gue ya." Risma berucap, Rasya menjadi lawan bicara hanya diam menatap lurus kedepan.
Tubuh dan wajah Rasya sekarang, sangat berantakan, luka dimana mana memar yang jelas, mata sembab dan hati dan perasaan yang teramat hancur.
"Seharusnya gue yang minta sama lo, buat ga ninggalin gue." Rasya menatap Risma dengan lekat.
"Gue cape ka, kenapa si tuhan ga pernah adil sama gue. "
Risma yang mendengar itu sudah tidak kuat, air mata yang sudah dia tahan akhirnya lolos dengan begitu saja.
"Lo ga boleh salahin tuhan Sya, sya dengerin gue." Risma menangkup wajah Rasya dengan lembut menatap dalam mata Rasya yang banyak sekali luka kehancuran.
"Takdir semua manusia itu berbeda sya, sama kek takdir lo, kita memang berjalan di atas bumi yang sama, namun dengan takdir yang berbeda Sya." Jelas Risma kepada Rasya.
"Kenapa harus beda, jika kita diciptakan oleh tuhan yang sama." Rasya menangis dia frustasi dengan semua ini.
Seketika hening tidak ada yang berbicara lagi, hanya suara isakan yang sangat teramat jelas yang keluar dari mulut adik kakak ini.
Keheningan mereka terbuyarkan, pintu terbuka dengan kasar, dan menampilkan seseorang yang begitu asing di ambang pintu.
"Risma..." seorang wanita berlari dan memeluk Risma.
Risma dan Rasya saling menatap satu sama lain, tidak mengerti dengan situasi ini. Ada apa sekarang masalah baru apa lagi!!?.
"Kamu masi ingat tante kan?" Wanita itu mengelus pelan wajah Risma.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAkLuk
Teen Fiction"Gue cape ka, kenapa si tuhan ga pernah adil sama gue. " "Lo ga boleh salahin tuhan Sya, sya dengerin gue." Risma menangkup wajah Rasya dengan lembut menatap dalam mata Rasya yang banyak sekali luka kehancuran. "Takdir semua manusia itu berbeda sya...