[22]

34 5 0
                                    

"Tuhan kali ini aja beri kesempatan Rasya buat bahagia." ucap Risma lirih air matanya seakan tidak henti-hentinya menetes, kini Risma tengah sendiri duduk diatas kursi samping Rasya terbaring, ia masi tidak bisa melepaskan Rasya.

Jam sudah menujukan pukul 7.30 pagi, semua sudah mengurus untuk pemakaman Rasya, ya hari itu hari yang sangat buruk untuk diterima semuanya, bahkan dunia, alam mengerti. Dimana mereka harus kehilangan orang yang mereka sayang.

Rasya Samudra, laki-laki berusia 14 taun yang harus meninggalkan dunia untuk selamanya, laki-laki yang selama ini mencari jati diri dan kebahagian kini harus terhenti.

"Sya sekarang lo udah ga ngerasain sakit lagi kan" Risma berucap mengajak Rasya berbicara namun bagaimana pun Rasya tidak akan menjawab itu.

"Izinin gue egois buat lo sya, gue ga bakal maafin orang yang udah buat lo sakit, hancur rapuh sedalam ini, gue janji bakal jadi orang yang pertama menjatuhkan nya, atau buat dia pergi dari dunia ini." Risma menatap Rasya dengan dalam sembari mengucapkan itu, hatinya begitu sakit, Rasya yang ia ingin temui dengan harapan bahagia namun tidak membuat Risma menyesal untuk pergi.

***

Hujan terus turun dengan derasnya membasahi gundukan tanah yang masi baru itu. Perempuan dengan pakaian yang sudah basah akibat hujan masi setia terduduk memandang nisan yang bertuliskan nama adiknya 'Rasya Samudra',

"Masi ga nyangka Sya, bahkan mamah papah, Arra ga datang buat kamu" Risma kembali meneteskan air matanya bersamaan dengan air hujan yang mengguyur membuat air mata itu tidak jelas terlihat, hanya isakan yang mampu didengar oleh Laki-laki yang juga masi setia menemani Risma. sedangkan yang lain sudah berteduh di mobil masing-masing sisa menunggu Risma dan Ezy untuk pulang.

"Dia cowo paling kuat yang gue temui, dan lo.." Ezy menatap Risma dengan lekat manik mata mereka bertemu dengan mata sembab itu, "Cewe yang paling kuat gue temui" Sambung Ezy mencoba untuk tersenyum namun tidak bisa.

"Meskipun Rasya bukan adik kandung gue, dia udah gue anggap seperti adik kandung yang lahir dari rahim nyokap Zy." Ezy terdiam mendegar itu, sekarang ia baru tau bahwa Rasya bukanlah adik kandung Risma mau pun Arra.

Ezy memeluk Risma mendekap nya dengan tulus dan sayang, dibawah hujan yang semakin deras, mereka tidak peduli dengan pakaian yang sudah basah atau nanti akan sakit.

"Gue janji Ris, ga bakal ninggalin lo, dan selalu jagain lo."

***

"Arra masuk Rumah sakit" Risma berujar kaget saat Salwa menceritakan kejadian dia bersama Arra.

kini mereka tengah berada dikediaman Kenzo, Menyuruh Risma dan Zanna untuk beristirahat menenangkan pikiran dan hati mereka.

"Kenapa kalian ga bilang, Kalau Arra kenapa-kenapa gimana?" Ucap Risma kepada Mereka.

"Keadaan Rasya lebih penting dibanding Arra Ris" Salwa tertunduk takut jika nanti Risma marah.

"Sekarang kita jenguk Arra" Risma beranjak dari duduknya menatap satu persatu orang yang juga tengah menatapnya. "Kenapa?" tanya Risma.

"Kita juga bingung, sebelum ngurus pemakaman Rasya, Gue sama Asep mampir buat liat keadaan Arra, tapi Arra udah ga ada" Jelas iqbal membuat Risma bingung.

"Kita juga udah tanya sama perawat yang jagain Arra, dia bilang Arra udah pulang." Asep ikut menjelaskan.

"Arra itu banyak kehilangan darah, keadaan dia juga ga baik kemarin, terus siapa yang buat dia sadar, siapa yang donorin" Fano menatap Asep dan iqbal bergantian.

TAkLukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang