Aroma jalanan dengan bekas jatuhan air hujan masih tercium menyejukkan. Gadis itu sudah jauh dari pandangan matanya. Benda bernama taksi itu bergerak cepat menjauh. Rasa pening melintasi kepalanya. Masih berpikir siapa ia sebenarnya, dan dari mana ia berasal masih menjadi tanda tanya.
Pemuda itu berjalan ke arah halte, duduk di sana. Mencoba menenangkan diri, sambil berpikir siapa dia sebenarnya. Dia duduk dan kembali berdiri lagi. Tak tahu apa yang harus ia lakukan. Tak ada seorangpun yang ia kenal. Dunia ini asing baginya.
"Di mana aku ini?" gumamnya diselimuti pertanyaan rumit.
Matanya terpejam, dia mengurut dahinya. Pusing memikirkan tentang dunia asing ini. Dia terus terpejam sembari berpikir keras.
"Omo!"
Sebuah suara terdengar, membuatnya membuka mata. Pandangan yang tampak berbeda dari sebelumnya. Seperti berada di ketinggan. "Kenapa aku bisa ada di sini?" benaknya.
Tampak dari kejauhan, kelap-kelip cahaya dari bangunan tinggi. Namun satu per satu padam. Meski ada juga cahaya yang masih menyala. Angin dari ketinggian menyelinap sela-sela tubuhnya. Terasa dingin, mungkin karena ada di ketinggian dan angin bertiup lebih kencang.
Ah iya, suara tadi. Dia menoleh ke samping. Gadis itu lagi. Tapi yang membuatnya bingung, kenapa tiba-tiba ia bisa berpindah tempat dalam sekejap?
***
Benda aneh yang bisa terlipat, lelaki bermarga Kim itu membuka dan kembali menutupnya. Dua orang yang tengah bersamanya kini, menghampiri ia. Duduk di depannya, sebuah meja lantai menyekat di antara mereka.
"Namaku Yeonjun. Choi Yeon Jun," ucap Yeonjun.
Tuan Kim hanya mengangguk. Di depannya sudah ada makanan yang disediakan Yeonjun untuknya. Dari gelagatnya, ia sudah tak sabar menikmati makanan itu. Yeonjun menyadarinya, dia mendekatkan makanan itu ke depan Tuan Kim.
Yoora hanya memandangi pemuda itu yang dengan lahapnya menikmati makanan. Dia menoleh ke arah Yeonjun yang saat ini berada di sampingnya.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Yoora berbisik.
"Aku juga tidak tahu," jawab Yeonjun.
"Bagaimana jika kita melaporkannya ke polisi saja?" usul Yeonjun.
Yoora menangkap perkataan Yeonjun dan memikirkannya baik-baik. Ada benarnya juga usulan Yeonjun. Lebih baik melaporkan pemuda itu ke polisi.
"Baiklah!" jawab Yoora.
"Kita akan melaporkannya setelah makan?" tanya Yeonjun.
"Sebaiknya kita laporkan besok saja. Oh iya, dia akan menginap di rumahmu," ucap Yoora.
"Hah?!"
"Iya, aku tidak mungkin membiarkannya menginap di sini. Bagaimana jika dia sebenarnya...," ujar Yoora berjeda.
"Dia apa, Nuna?" tanya Yeonjun terdengar polos.
"Bagaimana jika dia itu predator perempuan?" duga Yoora.
"Huft!" dengus Yeonjun. "Baiklah, aku akan membawanya ke rumahku," ujar Yeonjun kesal.
Tuan Kim sedari tadi menyadari percakapan mereka berdua. Dia akhirnya menghentikan makanannya, lalu menatap Yoora dan Yeonjun.
Keduanya menghentikan pembicara, saat menyadari Tuan Kim menatap mereka. Sedikit canggung atas kebersamaan ini. Pemuda yang entah dari mana asalnya. Juga Tuan Kim yang merasa canggung karena ia tak mengenal dua orang baik itu.
"Maaf jika aku merepotkan kalian," ujarnya canggung.
Yoora tersenyum kaku, lantas membalas, "Tidak apa-apa. Besok akan aku antarkan kau ke kantor polisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Boy Without Identity | Kim Nam Joon ✓
Mystery / ThrillerJangan pernah menyerah untuk membaca cerita ini Plagiarisme akan kutuntut di Pengadilan Tuhan Catatan : Cerita ini tidak sekadar fantasi. Dibumbui teka-teki tentang mencari keberadaan seorang pembunuh, serta kritik sosial. Catatan kedua : Beberapa p...