Desiran ombak di pantai mengalihkan pandangan setiap wisatawan yang melintas. Seorang lelaki tua tergopoh-gopoh membawa karung yang entah apa itu isinya. Tak ada yang memedulikannya.
Bruk
Karung itu terjatuh, hingga menumpahkan isinya. Bahan mentah makanan yang akan ia masak untuk kedainya. Tak seorang pun yang membantunya. Dia menjatuhkan tubuhnya, memasukkan kembali bahan-bahan itu dengan kewalahan.
Sepasang kaki bersepatu pantofel tampak berdiri di depannya. Lelaki tua itu mendongak. Dan didapatinya seorang pemuda dengan kemeja putih dibalut rompi menatap dirinya. Pemuda itu lantas berjongkok. Membantunya memasukkan kembali barang-barangnya.
"Tuan Kim An Hyeop! Apa kabar?" ujar pemuda itu.
"T-ta Tabib Park?! Kenapa kau bisa ...."
Pemuda yang baru saja dipanggilnya lantas tersenyum. Membantunya merapikan barang-barangnya yang berserakan di atas pasir pantai. Gemetar tangannya saat melihat pemuda itu membuatnya tak bisa menyembunyikan rasa takut. Dengan tergesa-gesa ia memasukkan barang-barangnya kemudian berdiri dan memanggulnya di pundak.
Anhyeop menunduk dan berjalan mendahului pemuda itu. Dia tersenyum sebelumnya, membuat matanya menyipit ketika senyum itu terulas pada wajahnya. Anhyeop tersenyum tipis membalas senyum pemuda itu.
"Kim An Hyeop-nim! Kenapa kau meninggalkanku, hm?!" panggil pemuda itu.
Pemuda itu memiringkan kepalanya sedikit ke kanan. Hingga tak lama kemudian, lelaki tua itu menoleh. Diikuti oleh pemuda berrompi itu yang melangkah perlahan mendekatinya. Anhyeop terdiam sambil menunggunya agar bersama dengannya.
"Park Ji Min-ssi! Apa yang kau inginkan, hah?!" tanya lelaki tua itu yang sedikit bergetar suaranya.
"Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja," balas pemuda itu.
"Ah, kau sudah memberitahu cucumu soal Kim Dae Han, kan?" lanjutnya. "Ah, maksudku, sekarang dia adalah Kim Nam Joon."
Puk
Puk
Puk
Langkah pemuda itu dengan suara hentakan sepatunya yang tak terdengar nyaring kala bertemu pasir, semakin mendekat ke arahnya. Bersamaan dengan langkah para wisatawan di sekitar Pantai Haeundae yang kian ramai. Jimin melangkah dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana. Ia sekarang berada di hadapan Anhyeop.
"Huft!" dengus Anhyeop kemudian berbalik dan kembali berjalan menuju kedainya.
Diikuti Jimin yang tepat berada di belakangnya. Ia berjalan semakin cepat hingga kini beriringan dengan lelaki tua itu. Jimin meraih karung yang ada di pundak Anhyeop. Tanpa ditolak sekalipun, Anhyeop langsung menyerah pada karung itu. Jimin berjalan mendahului lelaki tua itu. Berajalan menuju kedai yang tak jauh dari sana.
Orang-orang di sekitar pantai sibuk memandangi pemuda dengan kemeja yang dibalut rompi itu. Seperti tak asing bagi mereka.
"Bukankah itu Dokter Park Ji Min?" bisik seseorang.
"Ah, benar. Dia dokter seleb itu, kan? Dia benar-benar tampan."
Seorang wanita muda berlari begitu menyadari kehadirannya. Dia langsung mendekat, membuat langkah Jimin terhenti saat itu juga.
"Dokter Park! Bolehkah aku berfoto denganmu?" tanya seorang gadis dengan mata berbinar serta ponsel yang sudah ia genggam dan diletakkan di depan dada.
Sambil menatap Jimin, ia tersenyum lebar dengan mata berbinar. Jimin masih terdiam dan tak menanggapi gadis itu. Dia hanya menatap sambil berpikir. Namun entah apa yang ada ia pikirkan. Angin baru saja berhembus melewati lehernya, hingga menyapu rambutnya dan menutupi pandangannya. Di antara celah-celah rambut itu, tampak seorang gadis tengah berdiri dengan tas yang ia jinjing.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Boy Without Identity | Kim Nam Joon ✓
Misterio / SuspensoJangan pernah menyerah untuk membaca cerita ini Plagiarisme akan kutuntut di Pengadilan Tuhan Catatan : Cerita ini tidak sekadar fantasi. Dibumbui teka-teki tentang mencari keberadaan seorang pembunuh, serta kritik sosial. Catatan kedua : Beberapa p...