Suara erangan itu sejujurnya membuat Kim Taehyung sedikit merinding ketika ia mengintip dari balik dinding. Setelah lelaki bertudung jaket itu keluar dari Pelabuhan Incheon membawa karung besar dengan bercak darah dan mencurigakan.
Taehyung diam-diam mengintipnya dari balik dinding. Dia seperti orang aneh. Tapi dia memang aneh, pikir Taehyung.
"Kenapa sebenarnya dengan orang itu?" gumam Taehyung bertanya-tanya dengan rasa penasaran.
Dari kejauhan yang suaranya samar-samar. Dengan siapa dia sebenarnya bicara? Wajahnya sulit sekali dikenali. Karena tudung jaket itu menutupi setengah dari wajahnya. Meskipun Taehyung sempat melihat ada lesung pipi di wajah lelaki itu.
"Louis... Kenapa aku ada di sini?"
Dia adalah Jinyoung yang kemudian tersadar kenapa tiba-tiba ada di tempat yang asing baginya. Kepala yang mendadak sakit, jiwanya beralih lagi pada Louis.
"Aku baru saja mengajakmu berolahraga," ucap Louis beralasan.
"A-," rintih Jinyoung yang kembali memasuki jiwanya. Tubuh yang terasa lelah memang aneh. Padahal Jinyoung tidak merasa telah melakukan suatu pekerjaan yang berat.
Tapi Louis yang baru saja menempati tubuh itu. Dia menggunakan tubuh itu untuk membunuh tiga orang sekaligus dalam satu malam.
"Hei! Kau padahal sudah terbiasa seperti ini. Kenapa kau terkejut, Jinyoung?"
Taehyung yang kini duduk di depan Lee Taeyong. Pikirannya terus terusik ketika mengingat kejadin malam itu.
Beberapa waktu yang lalu.
Taeyong dengan langkah yang lurus menuju kantor Kim Taehyung, pengusaha muda di bidang kosmetik. Taeyong baru mendapat kabar jika mobil Taehyung pernah menuju Pelabuhan Incheon saat waktu kejadian.
"Siapa kau?"
Petugas keamanan menghentikan langkah Taeyong begitu ia hendak memasuki lobi. Tanpa berpikir panjang, Taeyong menunjukkan ID card-nya sebagai agen BIN.
Meskipun orang-orang itu sempat tak percaya, tapi ketika melihat aura yang terpancar dari Taeyong, dia memang terlihat seperti seorang agen.
"Orang-orang memang selalu menilai dari penampilan. Sifat mereka tidak menarik sama sekali," ucap Taeyong lirih.
Taeyong sudah terduduk di tempat penyambutan tamu, ruangan CEO Kim Tae Hyung. Lelaki dengan kemeja putih dibalut rompi hitam itu menyampaikan segala yang ia ketahui pada Lee Taeyong.
"Apa dia seperti bicara sendiri?" tanya Taeyong.
"Kupikir... Dia berbicara pada dirinya sendiri," kata Taehyung.
"Self talking?" terka Taehyung.
"Mungkin lebih dari self talking," ucap Taeyong.
"Dia seperti orang yang berbeda ketika berbicara pada dirinya sendiri. Terkadang tenang, tapi terkadang panik karena dia seperti tidak tahu apa yang telah dia lakukan," tutur Taehyung.
"Dissociative Identity Disorder. Kepribadian dia yang tenang adalah si pembunuh," batin Taeyong.
Taeyong hanya mengangguk untuk menanggapi penuturan Taehyung. Dia tak bisa memberitahu pikirannya pada orang sembarangan. Apalagi dia juga tidak tahu, apakah Kim Taehyung orang yang dapat dipercaya atau tidak.
°~°~
Drrrtttt
Ponsel miliknya berdering ketika Soobin baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuh. Rambutnya juga terlihat masih sedikit basah. Di rumah semi atap peninggalan sang ayah ia tinggal. Dan di bawah rumahnya, adalah rumah Jungkook.
Ponsel itu menyala dan di sana tertera nama Taeyong. Untuk apa ia menelpon malam-malam begini? Soobin mengambil ponsel itu, lantas duduk di tepi ranjang.
"Hallo!"
"Seorang laki-laki berusia sekitar dua puluh hingga tiga puluh tahun yang memiliki gangguan kepribadian ganda. Maaf aku harus menutup telpon karena ada anak buah Walikota Yoon di sini."
Tuttt tuttt tuttt
Panggilan itu tiba-tiba mati setelah Taeyong menutup telponnya. Seorang lelaki dengan kepribadian ganda. Dengan rentang usia antara dua puluh sampai tiga puluh tahun.
Soobin beranjak menuju komputer miliknya. Mencari tahu data-data dari rumah sakit di seluruh Seoul. Dan sebuah nama rumah sakit yang didapati mendiagnosis seorang anak kecil sekitar lima belas tahun lalu.
Tak butuh waktu lama untuk itu, Rumah Sakit Shinjin yang pernah mendiagnosis seorang anak kecil dari panti asuhan. Saraf otaknya menunjukkan bahwa dia memiliki kemungkinan gangguan kepribadian.
Nama pasien yang tertera di data itu, berasal dari panti asuhan di dekat Gereja Katolik di Distrik Seocho.
°~°~
"Nama pengasuhnya adalah Seo Ha Young. Sampai sekarang, dia masih menjadi pengasuh di Panti Asuhan Great Mother," ucap Soobin.
Yoora dan Jungkook yang dengan tenang mendengarkan penuturan Soobin. Soobin juga baru saja memberitahu Taeyong siapa kira-kira seseorang yang memiliki kepribadian ganda. Jika dihitung usianya, anak yang menjadi pasien Rumah Sakit Shinjin dulu, mungkin dia sudah dewasa saat ini.
"Terima kasih Soobin. Berkat kau, jalan kita mencari keberadaan Louis semakin dekat," ucap Yoora seraya tersenyum.
"Aku juga sangat berterima kasih pada Nuna. Jika bukan karena Nuna, mungkin aku sudah menyerah dan menyusul Ayahku," balas Soobin seraya tersenyum pula.
°~°~
Sebuah panti asuhan yang disebutkan oleh Soobin. Yoora melangkahkan kakinya memasuki halaman utama panti asuhan itu. Anak-anak kecil penghuni panti asuhan yang tengah bermain, ada yang bermain tali, batu, boneka. Sejauh ini Yoora belum menemukan sosok wanita yang ia cari.
Ditemani Namjoon, Yoora melangkah lagi lebih dalam dan menemukan sebuah ruangan kantor panti asuhan. Beruntunglah, wanita yang ia cari ada di sana. Seo Ha Young, usianya sudah tak semuda dulu lagi. Tapi foto yang Yoora dapatkan ketika Hayoung masih muda terlihat begitu mirip.
"Maaf, Nyonya Seo," ucap Yoora yang lantas mengambil dokumen dari tasnya.
"Anak itu rupanya.... Sejujurnya, aku tidak memberitahu pihak rumah sakit namanya karena, aku takut orang-orang akan menghakimi dia karena memiliki gangguan kepribadian. Dia seringkali menyebut nama Louis, selalu menyendiri dan bermain dengan seseorang yang bahkan kami saja tidak melihat seiapapun," ucap Hayoung.
"Di mana anak itu sekarang?" tanya Namjoon bergilir.
"Dulu, seorang keturunan Korea-Australia membawanya ke Brisbane. Tapi dia, kembali lagi ke Korea karena orang tua angkatnya meninggal," ujar Hayoung dengan suara yang lemah. Setelah bertahun-tahun mengasuh anak-anak di panti asuhan, tubuhnya kian terkikis lemah oleh usia.
"Apakah kami boleh tahu, siapa nama anak itu?" tanya Yoora lagi.
"Namanya, Park Jinyoung. Dia ditinggalkan oleh ayahnya di panti asuhan ini. Ayahnya adalah, Park Bong Ho," ucap Hayoung.
"Louis!"
"Louis!"
Telinga Yoora mendadak berdenging ketika dia mendengar nama Park Jinyoung.
"Jinyoung! Park Jinyoung!"
"Louis!"
Itu adalah suara ketika Yoora memanggil Jinyoung tujuh tahun lalu di dekat panti asuhan ini. Lalu ada seorang lelaki yang tiba-tiba mengejarnya dan memanggil dia dengan nama Louis. Jinyoung, apakah mungkin Park Jinyoung yang ia kenal adalah Louis? Sahabatnya sendiri adalah seorang pembunuh berantai. Mungkinkah?
Yoora mencoba mengingat-ingat lagi asal-usul Jinyoung. Dia memang hidup sendiri, dia tak pernah bercerita apapun tentang keluarganya. Pernah sekali Yoora melihatnya ketika baru pulang dari kampus, dia terlihat tengah berbincang dengan seorang lelaki. Gurat wajahnya, Yoora tak bisa mengingat wajah lelaki itu.
Wajah lelaki yang sepertinya Jinyoung panggil dengan sebutan kakak. Wajah itu sebenarnya tak asing bagi Yoora. Siapa?
"Direktur Park Eun Seok?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
A Boy Without Identity | Kim Nam Joon ✓
Gizem / GerilimJangan pernah menyerah untuk membaca cerita ini Plagiarisme akan kutuntut di Pengadilan Tuhan Catatan : Cerita ini tidak sekadar fantasi. Dibumbui teka-teki tentang mencari keberadaan seorang pembunuh, serta kritik sosial. Catatan kedua : Beberapa p...