Pesanan tteokbokki dari para pelanggan menumpuk hingga Namjoon terpaksa harus mengantarnya ke beberapa tempat. Beruntung Jimin mau mengajarinya menaiki sepeda dan cara membaca Google Maps. Ibunya tak mengetahui siapa ia sebenarnya? Ia tampak seperti orang-orang pada umumnya.
"Namjoon. Berhati-hatilah!" pesan Dahye pada putranya itu.
Namjoon mengangguk dan ia segera keluar menggunakan sepedanya. Dengan tteokbokki yang ia bawa serta ponsel berada di genggamannya. Beberapa kali ia melihat ke arah Google Maps. Ia mengayuh sepedanya menuju sebuah gang yang setelah itu merupakan jalanan menanjak. Beberapa tangga menghalangi sepedanya. Namjoon terpaksa meletakkan sepedanya di bawah.
Berderet rumah sewa yang menanjak mengikuti pola jalanan yang menanjak. Sebuah rumah berpintu biru, bernomor 7. Ia berhenti di rumah itu. Dan tak lama kemudian, seseorang keluar dari sana. Seorang gadis dengan mata sembab. Ia tampaknya telah menguras air matanya terlalu banyak.
Tanpa pikir panjang, gadis itu memeluk Namjoon dengan erat. Setelah beberapa bulan ia tak melihat pemuda itu. Akhirnya wajah itu dapat ia temukan. "Oppa! Apa kau baik-baik saja? Aku pikir Walikota Yoon sudah membunuhmu. Hiks," ucap gadis itu dengan suara tersendat.
Kantung berisi tteokbokki itu terjatuh begitu gadis bernama Saeron memeluk Namjoon. Gadis itu adalah gadis yang ia lihat di ponselnya. Persis yang ia lihat semalam. Berfoto dengan seorang pemuda yang wajahnya sangat mirip dengan ia.
"Saeron-ah! Aku tidak apa-apa. Walikota Yoon mengampuniku," ucapnya untuk menenangkan Saeron.
Dia teringat dengan seorang lagi. Ibunya menceritakan bahwa ada seorang pemuda yang menjadi teman akrabnya, yaitu Jung Ho Seok. Entah ke mana ia sekarang. Tapi dari tadi ia tak melihat sosok itu. Hanya Saeron seorang diri di rumahnya.
"Maafkan aku, aku harus kembali mengantarkan tteokbokki ini sebelum dingin," ucap Namjoon. Lantas pergi begitu saja setelah melepaskan pelukan Saeron. Rasanya aneh karena ia tak mengenal gadis itu sama sekali. Karena satu-satunya gadis yang ia kenal hanyalah Yoora.
Namjoon berjalan menuruni tanjakan yang cukup membuat kakinya kaku. Sudah lama ia tak berlatih bela diri dan pedang ataupun memanah. Sekelibat ia melihat pemuda yang dilihatnya di dalam ponsel, pemuda yang tak lain adalah Jung Hoseok. Menggenggam sebuah ponsel, samar-samar Namjoon melihat sebuah foto.
Tanpa ragu ia mengikuti Hoseok. Meninggalkan sepedanya dan menguntitnya dari belakang. Entah apa yang akan dilakukan oleh Hoseok. Dia memasuki sebuah bangunan kosong yang pembangunannya belum selesai karena diberhentikan.
Perlahan menaiki tangga satu per satu. Hoseok berjalan dengan santai sambil memainkan ponselnya. Namjoon bergegas karena penasaran dengan foto yang ada di tangan Hoseok.
Tapi Namjoon berhenti, ketika melihat seorang lelaki berpakaian serba hitam menguntit Hoseok. Dia menggenggam sebuah pisau lipat. Mata membulat karena lelaki itu sepertinya berniat menghabisi nyawa Hoseok.
Bugh
Hosoek terkulai dan jatuh setelah lelaki itu memukul tengkuknya. Ponsel itu terlempar ke arah Namjoon. Membuat lelaki itu beralih pada Namjoon. Namjoon hanya berdiri ketika gerakan lelaki itu dengan cepat mengarah kepada tubuhnya. Dia hanya mengelak sedikit.
"Siapa kau?" tanya lelaki itu.
Seringai gigi-giginya yang rapi, menampakkan betapa bengisnya ia. Dia hanya seorang sosiopat yang tak mampu mengendalikan emosinya. Namjoon pernah membaca beberapa artikel tentang sosiopat dan psikopat. "Dia terlalu gegabah," gumam Namjoon.
Pisau lipat itu mengudara berusaha mengenai tubuh Namjoon. Tapi ia terus menghindar hingga membuat lelaki itu kewalahan. Emosi tak terkontrol membuat napasnya terdengar memburu. Namjoon masih berusaha mengendalikan emosinya.
"Apa mungkin dia seorang pembunuh bayaran?" pikir Namjoon.
Hoseok meraih ponselnya kembali setelah Namjoon memancing lelaki itu menjauh hingga ke tepi atap. Dengan cepat Namjoon menguasai perkelahian. Ia menendang dan memukul lelaki itu berkali-kali. Tak sedikit pun pisau lelaki itu menggurat tubuhnya.
Kini berbanding terbalik. Namjoon mencekik leher lelaki itu. Lelaki yang berusaha membunuh Hoseok.
"Namjoon. Berhati-hatilah! Aku yakin dia adalah orang suruhan Walikota Yoon," teriak Hoseok.
"Kenapa kau diincar olehnya?" tanya Namjoon penasaran.
"I-i itu karena aku menguntitnya dan mengetahui skandalnya. Aku memotretnya sedang berselingkuh dengan salah seorang aktris," jawab Hoseok.
Hoseok kemudian terdiam. Dia menyadari bahwa yang ia lakukan sangat berbahaya hingga menyangkut nyawanya sendiri. Dan Namjoon kini tengah berhadapan dengan pembunuh bayaran itu. Namjoon yang tengah mencekik lelaki itu lantas menoleh pada Hoseok. Entah kenapa pemuda itu terus diam tanpa melakukan apapun. Bukankah ia ingin mengunggah foto itu di media sosial?
"Tunggu apa lagi?" tanya Namjoon memecah lamunan Hoseok.
Matanya membulat begitu Namjoon mengatakan hal yang tak ia sangka. Ternyata Namjoon mendukung apa yang hendak ia lakukan. Senyum lebar melekat di bibirnya. Hoseok mengangkat ponselnya. Membuka aplikasi instagram, lantas mengunggah foto itu di media sosial anonim miliknya. Tak lupa ia juga men-tag akun milik Walikota Yoon.
Leher lelaki itu memanas sampai ia mulai kehabisan napas. Mulutnya membuka lebar berusaha mengambil udara. Tapi Namjoon tak bisa mengampuninya. Cekikan yang terus membuat guratan pada leher lelaki itu. Ia terus mendorongnya dan, bruk.
Ia terjatuh ke tanah. Darah yang mengalir dari kepalanya, terus mengalir tanpa henti. Mungkin ia merasakan pusing yang teramat, lelaki itu mati seketika. Namjoon mengecek lelaki itu, mengamatinya dari atas gedung. Hoseok yang melihat aksi Namjoon, bergegas menghampirnya. Ia tak menyangka Namjoon akan bertindak sehauh itu.
"Yak! Namjoon-ah!" pekik Hoseok.
"Aku tidak tahu kau akan bertindak sejauh ini. Tapi bagaimana caranya kita membereskan mayat itu, hm?" sambung Hoseok.
Ponsel keduanya berdering. Hoseok mengecek instagram, dan foto yang barusan ia unggah mendapat begitu banyak like dan komentar. Ada beberapa komentar yang menyudutkan Walikota Yoon. Tapi ada juga yang masih tak percaya dengan unggahan foto itu. Juga fans dari aktris yang berada di dalam foto itu, mereka masih tak memercayai unggahannya.
'Apakah itu benar Walikota Yoon?'
'Aku tak menyangka kita dipimpin oleh lelaki sepertinya'
'Apa istrinya mengetahui perbuatan bejad suaminya itu?'
'Soori kami tidak mungkin menjadi wanita simpanan Walikota Yoon, bukan?'
Komentar demi komentar muncul di laman instagram-nya. Inilah yang Hoseok inginkan. Publik mengetahui bagaimana bejadnya para politikus. Ada begitu banyak yang publik belum ketahui, hanya saja mereka menyembunyikan kebusukan mereka dengan begitu rapi.
Sirene mobil polisi membuat mereka tersadar. Namjoon dan Hoseok memutuskan pergi dari gedung itu sebelum polisi menyadari keberadaan mereka. Ia berjalan menuju tangga yang polisi tak dapat mengetahui keberadaan mereka.
Tapi opsir dengan name tag 'Hwang Eun Bi' itu sekelibat melihat wajah Namjoon. Matanya mengedar seperti elang yang mencari mangsa, gadis itu mengikuti langkah Namjoon dan akhirnya tak melihat wajahnya lagi. Ia datang bersama opsir lain ketika tengah berpatroli dan terkejut melihat mayat yang terkapar di tepi gedung itu.
"Opsir Go! Cepat kau laporkan ini ke Divisi Investigasi dan pasang garis polisi," ucapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Boy Without Identity | Kim Nam Joon ✓
Mystery / ThrillerJangan pernah menyerah untuk membaca cerita ini Plagiarisme akan kutuntut di Pengadilan Tuhan Catatan : Cerita ini tidak sekadar fantasi. Dibumbui teka-teki tentang mencari keberadaan seorang pembunuh, serta kritik sosial. Catatan kedua : Beberapa p...