Langkahnya kembali terdengar mengisi kantor berita terbesar di Korea Selatan, Time News. Yoora akhirnya kembali bekerja sebagai reporter berita. Semua rekan kerjanya tampak menyambutnya dengan hangat. Terutama dari seorang pemuda yang sudah tak asing baginya.
Dia adalah Park Jinyoung, rekan kerjanya itu menyapa, "Yoora! Annyeong!"
Dibalas pula dengan gadis itu dengan mengangkat telapak tangan lalu melambai dan tersenyum. "Annyeonghaseo, Jinyoung Sunbae!" Sahut Yoora, sudut bibir mengembang disertai mata yang menyipit ikut tersenyum.
Mata pemuda itu membulat terkejut, karena dia sudah lama tak mendengar Yoora memanggilnya dengan sebutan sunbae. Gadis itu terlalu kurang ajar terhadap kakak tingkatnya di perguruan tinggi dulu. Jinyoung dengan cepat mendekat ke arah Yoora sekarang berdiri.
Tiba-tiba memeluk Yoora dengan cukup erat. "Yak!"
Membuat gadis itu hampir kehilangan udara yang ia hirup. Jinyoung memeluknya begitu erat, tanpa sedikit pun celah Yoora untuk melepaskan pelukan itu. "I'm proud of you, Yoora-yah!"
"Kenapa? Kenapa kau bangga padaku? Bukankah kau selalu bangga pada dirimu sendiri?" tepis Yoora.
Jinyoung menyadari perkataam Yoora ada benarnya. Dia memang selalu membanggakan dirinya sendiri, untuk banyak hal dia sangat berbakat. Terlihat begitu sempurna sebagai seorang pemuda. "Benar juga, aku tampan dan berbakat fotografi," ucap Jinyoung dengan bibir membentuk senyum bangga.
"Meskipun kau pandai memotret, kau tidak pandai mengambil foto dirimu sendiri dengan kamera depan ponsel," ejek Yoora, senyum seringai menyertai ejekannya pada Jinyoung.
"Haishh! Kau! Seharusnya kau tidak membuka kekuranganku di depan yang lainnya begini," protes Jinyoung.
Srakkk
Kursi yang jauh dari jangkauan mereka tiba-tiba saja bergeser mengalihkan keduanya. Dan di atas kursi itu, duduk seorang pemuda dengan senyum yang terlihat menggemaskan mendongak ke arah Yoora dan Jinyoung. Jinyoung dan Yoora pun beralih pada Boo Seungkwan.
"Sunbaenim!" tegurnya.
"Ada apa denganmu, anak magang?" tanya Yoora.
"Kudengar, Jinyoung Hyung itu pandai fotografi. Apa kau sudah mendengar soal kontes fotografi yang diadakan oleh Walikota Yoon Ju Yeon?" papar Seungkwan.
Jinyoung menoleh ke arah Yoora, seolah bertanya apa maksud dari juniornya itu. Dibalas pula oleh Yoora tatapan Jinyoung itu. Namun Yoora hanya menanggapinya dengan menaikkan kedua bahu, lalu menurunkannya lagi dengan cepat.
"Huft! Apa kalian tidak punya sosial media, hah?"
Seungkwan mengambil ponselnya dari saku kemeja. Membuka aplikasi instagram dan memperlihatkan sebuah poster yang terpampang di akun milik Walikota Yoon Ju Yeon. Terdapat gambarnya tengah duduk sambil memegang cangkir seperti hendak menyeruputnya berlatar belakang pemandangan Kota Seoul di malam hari di sebuah cafe. Beserta tulisan, 'Kontes fotografi Seoul'. Dan berupa penjelasan bahwa kontes itu dibuka untuk siapapun, termasuk warga negara asing.
Plak
Sebuah tamparan tepat mengenai pundak Jinyoung. Pukulan itu terkesan menyakitkan hingga Jinyoung mengusap pundaknya. Kebiasaan Yoora tak pernah hilang, jika sudah kesal atau terlihat bersemangat, dia akan menepuk bagian tubuh orang yang membuatnya kesal atau orang yang ingin ia semangati.
"Aku akan mendukungmu, Jinyoung-ah!"
"Bisakah kau menghilangkan kebiasaanmu itu dulu?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Boy Without Identity | Kim Nam Joon ✓
Mystère / ThrillerJangan pernah menyerah untuk membaca cerita ini Plagiarisme akan kutuntut di Pengadilan Tuhan Catatan : Cerita ini tidak sekadar fantasi. Dibumbui teka-teki tentang mencari keberadaan seorang pembunuh, serta kritik sosial. Catatan kedua : Beberapa p...