PROLOG: Dua Tahun Lalu

8.6K 1K 350
                                    

Hingga usia belasan ini aku masih sibuk memikirkan betapa misteriusnya langit. Ya, bentang ruang tak terbatas di atas kepala yang menjadi panggung banyak peristiwa. Sandiwara matahari dan bulan yang teratur berganti kuasa, dengan awan dan bintang-bintang sebagai selirnya.

Belum lagi hujan yang terkadang menjadi banjir, maksudku ... air sebanyak itu sebelumnya tersimpan di langit? Ditanggung awan yang kelihatan lembut seperti kembang gula itu? Bercanda ya?!

Bagaimanapun terlihat tidak masuk akal, tapi belakangan ini sains yang kupelajari di sekolah menjelaskan banyak hal. Lebih dari siang malam dan hujan, melainkan juga pelangi, aurora, komet, dan rahasia-rahasia langit lainnya.

Namun, tidak ada yang bilang langit bisa menjatuhkan buku. Tak ada mendung atau angin, Ensiklopedia Sejarah Nasional Indonesia jilid sekian tiba-tiba meniban kepalaku begitu saja. Setelah itu semua yang kulihat tidak lagi sama. Langit memudar, halaman sekolah berputar, dan aku kelengar ....

"Aduh, aduh! Bukuku enggak apa-apa, 'kan?"

... Serta sebaris kalimat menjengkelkan yang kudengar sebelum pingsan sungguhan.

Setelah itu semua yang kulihat tidak lagi sama. Orang-orang yang mondar-mandir di UKS setelah aku siuman, mereka punya kembaran. Serupa, tapi tembus pandang dan selalu mengekor di belakang.

Untuk kesekian kalinya kugosok mata lalu kubelalakkan lebar-lebar, memastikan yang kulihat ini bukan khayalan.

"Hai, hai! Kamu udah agak baikan?" tanya cowok yang mendekatiku. Hanya dia yang memiliki kembaran lebih ganteng dan bercahaya.

Sesaat aku menelan ludah, begidik ngeri saat kembarannya itu menatapku lurus-lurus. Emmm ... sebenarnya dia makhluk apa, sih?

"Maaf ya, Isabella! Kamu pingsan gara-gara bukuku –ah, itu pinjam dari perpus, sih! Waktu lewat di koridor atas kelempar jatuh gara-gara bercanda sama teman ...."

"I ... iya, lain kali jangan mainin buku lagi. Bisa kualat, tahu!" jawabku padahal lebih ingin menyemprotnya dengan sumpah serapah. Itu semua tertahan di tenggorokan karena tatapan kembarannya yang ... ah, bikin hatiku goyah!

"Oke, Isabella ...."

"Bella aja," potongku lebih nyaman dipanggil begitu.

"Oke, deh, Bell ... makasih udah maafin aku gitu aja. Ternyata kamu lebih pemaaf dari yang kukira," jawabnya nyengir lega.

"Tapi aku malah enggak enak sendiri, nih! Lain kali kutraktir makan ya? Atau ngapain, kek, terserah asal jangan nyuruh aku jual ginjal, oke?"

Dih, daripada kujual mending kucubit aja ginjalnya, andaikan bisa. Meski aku setuju dengan tawarannya, bukan berarti aku tidak akan memorotinya kalau memang ada apa-apa.

Misal otakku geser atau gegar gara-gara ketiban bukunya tadi. Itu tanggung jawabnya, 'kan? Omong-omong soal tanggung jawab ...

Sebentar, nama ... nama cowok itu siapa? Kelas mana? Ah, gejala kesleo otakku baru terasa sekarang! Bodohnya, kenapa aku tidak sempat tanya sebelum dia pamit?

Kenapa aku tidak melirik identitas di dada seragamnya seperti yang dia lakukan untuk tahu namaku? Sekarang aku benar-benar cemas akan bertambah bodoh, lalu cowok itu tidak mau tanggung jawab membiayai operasi kepalaku.

Beruntungnya, kecemasanku tak ada yang terbukti. Cowok itu tidak mengingkari janji untuk mentraktir. Aku juga tidak menuntut yang aneh-aneh lagi setelah tahu sesuatu, tentang siapa kembaran tak kasat matanya dan bagaimana aku bisa diuntungkan.

"Kamu enggak keberatan jadi pacarku, 'kan?" tanyaku suatu ketika, membuatnya tercekat setengah menganga. Haha!


🎖️Bersambung🎖️

(Trivia)

Halo, Readers Mate!
Waah... She akhirnya bisa menyapa! Agak bingung mau ngenalin diri gimana, soalnya gak seagresif Bella yang baru jumpa langsung ngajak pacaran 🤭

Tapi boleh dong ya, kalau She minta Readers Mate buat terus baca cerita ini sampai akhir? Semoga suka ya~

By the way, tahu Ensiklopedia Sejarah yang berjilid-jilid itu, nggak? Di perpustakaan sekolahku buku itu terpajang dalam etalase khusus koleksi berharga. Yups, berharga dan tebalnya bikin auto segan. Kebayang nggak kalau sampai jatuh nimpa kepala?

Psstt, dan kira-kira Readers Mate bisa tebak nama si cowok? Atau jawaban dari tembakan Bella? Ramaikan di komen ya!

Terakhir, nih. Karena She gak bakal selalu menyapa lewat Wattpad, boleh dong kita saling sapa lewat sosial media. Cek akun-akun kita di bawah ini ya!

Instagram: @expertmate_
Twitter: @mate_expert
Email: expertmate.bwm4@gmail.com

Khusus akun Instagram She bisa ke @arianto_shelia

Dah gitu aja kenalannya, sampai jumpa di part berikutnya~

Event ini didukung oleh:

@wattpad_storyyyy
@catatanwattpad_id
@wattpad.diary
@wattpadandmovie
@wattpadquotes_id

Expert MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang