Lima Puluh Sembilan - Pergi

386 52 18
                                    

WARNING!!!

Bagian ini rada membingungkan sih, jadi baca bener-bener ya biar paham alurnya:*

Enjoy!

***

Kania terdiam di suatu keramaian. Banyak orang berlalu-lalang disekitarnya namun ia tidak mengenal satupun orang yang ada di tempat itu, ia merasa asing dan sekarang ia merasa jika tubuhnya sangat ringan tanpa beban. Kania berjalan tanpa arah, ia memperhatikan raut wajah orang-orang yang tampak biasa saja, tidak melakukan suatu gelagat aneh atau apapun.

"Aw!!!" seorang anak menjerit ketika tak sengaja kakinya diinjak oleh Kania, gadis itu refleks mendorong tubuh Kania dengan kasar. "Ati-ati dong! Sakit tau!"

Kania melihat gadis itu dengan tatapan aneh, ia mengenakan gaun lusuh selutut dan mengenakan bandana. "Gak tau caranya minta maaf ya?" celetuk seseorang yang ada disampingnya.

Kania melirik seorang cowok yang berdiri tak jauh dari mereka. Kania kini kesal, kenapa ia harus berurusan dengan orang-orang aneh ini, lagipula ia sama sekali tak mengenal mereka.

"Sorry," ucap Kania lalu melengos pergi, namun tangannya lebih dulu ditahan oleh seseorang. "Minta maaf yang bener, lagian lo siapa sih? Gue gak pernah lihat lo di sini. Orang baru ya?"

Dih, Kania bahkan tidak tahu kenapa ia bisa sampai di sana. Kenapa kini ia harus dihujani banyak pertanyaan oleh orang asing sih?!

"Lepasin gue."

Dua orang di depan Kania itu kini saling pandang. "Lo gak bisa Bahasa Indonesia apa gimana?! Gue bilang lepasin ya lepasin ah elah!!!"

"Eh! Gak ada sopan-sopannya ya lo di sini! Lo itu orang baru!!!" Cewek yang kakinya terinjak oleh Kania kini giliran mengomel. "Jalan tuh lihat-lihat, gak punya mata ya lo?!"

Apa?! Heh kok bisa-bisanya sih Kania yang ratu savage sedunia raya dikalahkan oleh gadis kampungan seperti ini?

"Pake nanya lagi, nih! Nihh!!!!" Kania melotot, "Lagian ini tuh jalanan umum, ngapain lo taruh kaki sembarangan! Baru juga keinjek dikit heboh lo! Belom aja lo diinjek sama malaikat maut!"

Yash! Kena lagi, cewek itu kini terlihat marah tampak dari mukanya yang memerah. Kalau saja Kania bisa tertawa, maka ia akam tertawa detik itu juga. Eh tapi tahan, ia tidak boleh kelihatan receh! Ia juga harus terlihat mengerikan menghadapi hewan buas yang ada di depannya!

DUG!!!

Tiba-tiba bahu Kania didorong oleh cowok tadi, ia nyaris terjungkal ke belakang jika tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya. "Anjir kasar banget sih lo!" bentak Kania keras.

Beberapa orang di sana mulai memperhatikan mereka bertiga. Suasana makin memanas karena cowok itu perlahan berjalan ke depan Kania. "Orang mana sih lo? Berani-beraninya mengacau di sini?"

"Peduli banget sih lo sama gue?" Kania mengangkat dagunya, menatap tajam mata cowok itu tanpa sedikitpun rasa takut.

"Oh jadi lo berani sama gue?" Cowok itu tersenyum miring membuat Kania sedikit terkekeh, "Kalau lo gimana? Masa beraninya sama cewek?"

Raut wajah cowok itu berubah, ia menatap Kania tajam. Emosinya terlihat sudah meluap-luap dan ia hampir melayangkan tinjunya ke wajah cewek itu namun tangannya ditahan oleh seseorang.

"Woi jangan gila!"

"Siniii ..." kini gantian tangan Kania yang ditarik oleh seorang cewek, ia menyembunyikan Kania di belakang tubuhnya. Kania yang kebingungan hanya diam melihat orang-orang asing di depannya itu.

"Jangan main kasar sama cewek! Bisa gak?!"

Suara yang terdengar familiar membuat Kania terkejut, ia terbelalak ketika melihat sosok yang ia kenal. Tapi ... kenapa orang itu terlihat berbeda?

"Lo gak tau dia baru aja nabrak Luna, dia gak mau minta maaf malah gak sopan sama anak-anak anggota kita!" bela cowok yang tadi hampir memukul Kania.

Kania memutar bola matanya dengan malas. Jelas-jelas ia sudah minta maaf, cowok itu saja yang modus! Minta Kania memohon-mohon menye seperti cewek najis di depannya.

"Gue udah minta maaf ya anjir! Lo budek apa gimana sih?" sahut Kania kesal.

"Tuh! Lo denger sendiri kan gimana kelakuan tuh anak?!" Kania ditunjuk-tunjuk, itu membuatnya semakin jengkel karena begitu banyak drama di dunia ini.

Cewek yang menarik tangannya barusan berbalik badan, ia menatap Kania dan tersenyum. "Lain kali kamu hati-hati ya, jangan sampai menyakiti orang di sini ..."

Melihat wajah dan rambut sebahu gadis itu membuat Kania tak bisa menutup mulutnya. "A-apa?" Kania mundur beberapa langkah ke belakang. "Dokter Rachel?!" Kania kini melihat ke arah seorang cowok di sisi lain, "Pa-Papa Aldan?!"

Keempat orang itu memandang Kania dengan tatapan bingung. "Ooo jadi lo kenal sama cewek ini, Al? Makanya lo sama Rachel belain dia?"

Rachel dan Aldan terlihat berpandangan bingung, "Enggak sama sekali, gimana Chel?"

Rachel menggeleng, "Kamu pernah ketemu sama aku dan Aldan? Di mana?"

"HAHAHAHAHA," suara gelak tawa terdengar. Cewek yang bernama Luna lantas mendekat ke arah Kania. "Lo tadi panggil Aldan apa? Papa? Dih, lo dipanggil Papa, Al!"

Aldan mengerutkan dahi, "Apa kita pernah ketemu sebelumnya?"

Alih-alih menjawab Kania malah menatap Rachel yang berdiri di depannya. Kania kesal kenapa ia harus bertemu Papa Aldan dan Dokter Rachel di versi yang berbeda seperti ini. Meskipun ia tidak tahu tentang masa lalu mereka tetap saja Kania kesal, Kania marah dan Kania sakit hati dengan tingkah papanya.

"Dasar pelakor!!!!" Kania menampar pipi Rachel yang ada di depannya. "Gak tau malu anjir!!!"

"Akhh!!!" Rachel menjerit, Aldan sigap melindungi Rachel dibalik tubuhnya sebelum Kania semakin menjadi-jadi.

Dua orang yang berseteru dengan Kania tadi juga terkejut, "Tuh kan apa gue bilang cewek ini tuh gila, Al! Lo ngapain belain dia!"

"Gak, gue gak gila! Cewek ini nih yang kegatelan sama Papa!" Kania menunjuk Rachel yang terlihat ketakutan.

Beberapa orang di sana mulai memperhatikan mereka. Sadar akan hal itu, Aldan buru-buru pergi dari sana.

"Papa! Papa Aldan!!!! Papaaa!!!!!!"

Suara tawa dari orang-orang disekitar mulai jelas terdengar, mereka menertawakan Kania dan menganggapnya gila. Kania terus berteriak namun Aldan tak sekalipun menoleh ke arahnya. Langkah laki-laki itu makin menjauh meninggalkan Kania dikerumunan orang-orang yang suaranya semakin lama membuat telinga Kania panas.

"Papaaa Aldannn!!!!!"

*

"Kak Kania!"

Jantung Kania berdegup kencang, keringat mengucur dari dahi hingga ke lehernya. Ia merasakan pendingin di kamarnya tak berfungsi karena mimpi yang baru saja ia alami. Ia berulang kali mengedipkan matanya untuk memastikan bahwa tadi hanyalah bunga tidurnya.

"Minum dulu ..." Seruni menyodorkan segelas air putih, Kania meminumnya dan kembali berbaring.

Seruni mengelus lengan kakaknya dengan pelan, "Mimpi buruk tentang Papa?"

Kania terdiam, ia hanya menatap langit-langit ruangan. "Itu cuma mimpi kan?" gumamnya pelan. Seruni hanya tersenyum lalu berdiri dan keluar meninggalkan Kania di dalam kamar sendirian.

***

TBC!

My Cool DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang