Kania menghambur memeluk Sharena ketika mereka berdua sampai di rumah. Aldan yang melihat hal itu lantas mengulas senyum. "Memang ya, anak-anak SMA jaman sekarang sifatnya berubah-ubah. Dikit-dikit bisa jadi macan, besoknya jadi malaikat."
"Iya malaikat, malaikat pencabut nyawa." sahut Seruni yang tiba-tiba datang dan duduk disebelah Sharena.
"Ssstt .... Seruni, nggak boleh gitu ah."
"Siapa yang lo maksud malaikat pencabut nyawa?!" tanya Kania sambil menatap Seruni tajam.
"SIAPA?!"
"Udah dong Kania sayang, Seruni cantik, jangan saling ledek gitu dong kalian kan saudara." Aldan membelai kepala anak tirinya dengan lembut.
"Ya udah mending kalian berdua balik ke kamar masing-masing, sana gih."
"Yaaa ... Mama ngusir kami nih?!" ucap Seruni sambil memanyunkan bibirnya.
"Ehh bukan ... maksud Mama kalian yang cantik ini, kalian berdua istirahat aja di kamar. Kalian pasti capek kan seharian di sekolah?" Aldan menaikkan kedua alisnya.
Kania dan Seruni saling melirik satu sama lain. Mereka berdua akhirnya menurut. Sebelum pergi, seperti biasa mereka mencium pipi Aldan dan Sharena.
Setelah Kania dan Seruni pergi, Aldan langsung bergegas menjajari Sharena. Ia mencium bibir Sharena dengan lembut sebelum akhirnya melepas dasi dan membuka dua kancing dibawah leher.
"Capek banget ya hari ini?" tanya Sharena sambil membelai lembut kepala Aldan yang kini bersandar di dadanya.
"Mmm ... capeknya ilang kalau udah ketemu kamu, Sayang."
"Aldan, jangan kenceng-kenceng ngomongnya."
"Kenapa? Kamu takut anak-anak dengar ya?"
Sharena memutar kedua bola matanya dengan malas. "Aldan, udah berapa kali aku bilang, jangan coba-coba goda aku ya!"
Aldan tertawa. Ia kemudian terdiam ketika mengingat surat panggilan dari sekolah Kania. Aldan ingin memberi tau pada Sharena, karena bagaimanapun Sharena adalah ibu kandung Kania. Tentu Sharena harus tau apa saja yang dilakukan puterinya.
"Aldan?"
"Sayang!"
"Eh iya?!"
"Tuh kan kebiasaan maunya dipanggil sayang dulu baru notice. "
Aldan meringis, ia kemudian kembali mencium Sharena dengan lembut. "Sayang ..."
"Aldan, jangan disini dong!"
"Hahaha, bercanda kok sayang." ucap Aldan yang kemudian beranjak dan kembali mengancingkan satu kancingnya.
"Mau kemana?"
"Sharena kangen mulu nih ya sama Aldan?" godanya lagi.
"Huh, enggak!" jawab Sharena jutek. Ia menyilangkan tangannya di depan dada.
"Dih ngambek, cium lagi nih? Atau minta digelitikin?" Aldan mengangkat kedua tangannya, bersiap menyerang wanita yang kini ada di depannya.
"Aldan, serius nanya. Mau kemana sih?"
"Ke kamar sayang, mau mandi. Ikut?"
Sharena menggeleng. Ia kemudian kembali melanjutkan rutinitasnya, membaca majalah mode yang terbit mingguan. Hingga Aldan pergi pun, Sharena tidak menyadarinya.
***
Aldan memicingkan mata ketika melihat kamar Kania sedikit terbuka. Aldan penasaran, sebelum masuk ia mengetuk pintu kamar puteri sulung Sharena itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Daddy
Ficção Adolescente[ BUKAN CERITA DEWASA! ALUR MAJU-MUNDUR & FULL DRAMA! ] "Papa Aldan! Di sini haram ya kalau senyum-senyum sama orang yang nggak dikenal!" "Memang ya, pesona laki-laki dewasa nggak ada duanya." Jika banyak cerita tentang cool boy yang menjadi idola c...