Baru saja pesan itu terkirim, mobil hitam milik papanya langsung mengklakson Kania dengan nyaring. Gadis itu terkejut, ia kemudian menyeringai marah. Kania berjalan cepat ke arah pintu mobil dan masuk ke dalamnya. "Papa Aldan keterlaluan!" omel Kania.
"Hahaha, wajah kamu lucu banget Nia, Papa sampai nggak kuat nahan ketawanya."
Kania mendengus, "mending besok-besok Kania order taksi online aja!"
"Eits, jangan dong. Sorry sayang, Papa nggak bermaksud bikin kamu kesal. Maafin Papa, okay?" Papa Aldan menatap Kania dengan intens. Kania membalas tatapan papanya, ia salah tingkah bila ditatap Papa Aldan seperti itu. Tatapannya sangat tulus. Ah, mungkin jika mereka seumuran, Kania rasanya ingin mencium bibir Papa Aldan sekarang!
Kania melipat tangannya ke depan dada, pandangan lurus ke depan, menandakan ia masih kesal dengan papa barunya itu. Namun Papa Aldan tidak kehabisan akal. Ia mengajak Kania untuk membeli gelato, es krim kesukaan Kania. Siapa yang bisa menolak gelato?
"Gimana? Tapi janji ya, habis itu nggak boleh ngambek sama papa lagi." Papa Aldan tersenyum penuh kemenangan ketika Kania mengiyakan. Ah, betapa mudahnya membuat puteri Sharena senang.
***
Kedatangan Aldan dan Kania di kedai es krim Sweet Corner menjadi pusat perhatian disana. Tak hanya cewek-cewek yang luluh karena ketampanan Aldan, cowok-cowok pun begitu. Beberapa malah ada yang langsung memalingkan pandangan, minder karena tak setampan Aldan. Ia benar-benar menjadi hot daddy disana.
Aldan menarik sebuah kursi bercat putih dan mempersilakan Kania duduk. "Kania sayang, mau pesan gelato rasa apa?" tanya Aldan lembut.
"Mmm ... greentea dan karamel ya, Pa! Jangan lupa pakai toping kacang almond."
Aldan tersenyum dan mengedipkan satu matanya pada Kania, sebelum akhirnya ia berjalan menuju etalase yang memajang banyak sekali varian rasa gelato.
Kania mendengar beberapa suara yang berbisik-bisik membicarakan dirinya. Apalagi tingkah Aldan yang berkedip kepadanya membuat cewek-cewek itu langsung menjerit histeris. Mungkin mereka iri dengan perlakuan Aldan pada Kania.
Nih orang pada kenapa sih, lebay amat. Ngeliatinnya biasa aja kali, batin Kania yang mulai jengah.
Sembari menunggu Aldan kembali, Kania menyibukkan diri untuk memotret beberapa sudut kedai yang dinilainya aestetik. Lumayan untuk stok foto feeds Instagram.
Dari kejauhan, Kania melihat Aldan berjalan bersama seorang pelayan wanita muda. Pelayan itu berjalan di belakang Aldan sambil sesekali melirik tubuh atletis tuan muda yang ada di depannya. Ia terkesima.
Kania yang melihat hal itu tampak tidak senang dengan perlakuan pelayan kepada papanya. Menurutnya itu tidak pantas. Meski papanya tidak mengetahui, tapi tetap saja Kania kesal. Ia berniat memarahi pelayan itu ketika sudah berada di depan Kania.
"Sayang, kenapa?" Aldan mengelus pipi Kania. Kania menepisnya, ia langsung beranjak dari kursi. "Heh, Mbak! Kalau punya mata tuh dijaga ya! Jangan genit sama suami orang!"
Kania tampak marah. Pelayan itu terkejut. Aldan bingung, ia melihat ke arah pelayan yang langsung cepat-cepat pergi karena disemprot Kania seperti itu.
"Permisi."
"Terimakasih Mbak," ucap Aldan.
Kania menatap Aldan dengan jengkel, ia kembali duduk sambil terus melipat tangannya di depan dada.
"Kenapa sih sayang? Kok begitu sama pelayannya? Nanti kalau kamu begitu, besok nggak dilayani lagi lho kalau kesini."
"Biarin!"
"Kenapa sayang? Cerita dong sama Papa." bujuk Aldan. Ia kemudian menggeser sebuah mangkok kecil berisi gelato. "Dimakan nih gelatonya, sayang kalau mencair."
"Pelayannya genit, Pa. Masak dia lirik-lirik Papa sampai nafsu begitu. Kania nggak rela, Pa."
Aldan tertawa kecil. Senyumnya lagi-lagi menjadi titik fokus banyak orang yang ada disekelilingnya. Lebih parahnya lagi, ada beberapa orang yang sengaja memotret momen langka itu diam-diam. Ah, untung saja Kania tidak tau. Jika ia sampai tau ada orang yang menyimpan foto papanya, mungkin ia akan mengamuk seperti tadi.
"Ya ampun Kania, itu kan hal yang wajar, apalagi dia perempuan. Biasanya kan suka melihat laki-laki ganteng seperti Papamu ini."
"Ihh Papa!"
"Udah dong ngambeknya, tadi kan udah janji nggak ngambek lagi. Udah nih buruan di makan gelatonya."
Kania menurut, tapi baru beberapa suap, ia langsung terdiam lagi. "Pa ..."
"Iya sayang?"
"Papa Aldan nggak makan sekalian?" tanyanya basa-basi.
Aldan menggeleng. "Papa kan mau nemenin kamu makan sayang, bukan ikut makan."
Kania menyendok gelato rasa karamelnya, kemudian ia mengarahkannya ke mulut Aldan, "aaa ... buka mulut Pa!"
Aldan menuruti perintah Kania. Mereka berdua kemudian tertawa. Manis sekali hubungan ayah dan anak itu.
"Papa Aldan."
"Ya sayang?"
Raut wajah Kania sengaja dibuat sepolos mungkin. Ia menunjukkan ekspresi andalannya yaitu, puppy eyes. "Pa, Kania mau bilang sesuatu, tapi Papa janji jangan bilang ke Mama ya?"
"Soal apa sayang?" tanya Aldan dengan sabar.
Kania membuka salah satu resleting tas ranselnya, ia kemudian mengeluarkan surat panggilan orang tua dari sekolah. Kania meletakkannya di atas meja agar Aldan bisa membacanya.
"Surat panggilan orang tua?" Aldan menyernyit. Ia melirik Kania sedikit sebelum akhirnya membuka dan membaca isinya.
"Pa, Kania mohon Papa datang ke sekolah besok, tapi jangan sampai Mama tau."
"Sayang, kamu melakukan apa sampai Papa dipanggil ke sekolah begini?"
Kania hanya diam menunduk. Ia tidak menjawab pertanyaan Aldan.
"Sayang?"
Aldan mengelus puncak Kania dengan sayang. "Besok siang Papa akan langsung meluncur ke sekolah kamu setelah pekerjaan Papa selesai."
"Beneran Pa? Mama jangan—"
"Mama Sharena tidak akan tau, Papa janji. Tapi kamu harus janji pada Papa, selanjutnya jangan pernah melakukan kesalahan lagi, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Daddy
Teen Fiction[ BUKAN CERITA DEWASA! ALUR MAJU-MUNDUR & FULL DRAMA! ] "Papa Aldan! Di sini haram ya kalau senyum-senyum sama orang yang nggak dikenal!" "Memang ya, pesona laki-laki dewasa nggak ada duanya." Jika banyak cerita tentang cool boy yang menjadi idola c...