Jangan tertipu dengan judulnya :D
Siap sedih-sedihan?!***
"Terkadang kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan."
-My Cool Daddy***
"Ma, Kania mau ikut, please ..."
Sharena masih belum bisa mengontrol emosi setelah mendengar penjelasan dari dua polisi tadi. Ia terus menerus mengeluarkan air mata sambil meratapi nasib yang menimpanya saat ini. "Kamu menang Fauzan, kamu sudah sukses menghancurkan hidupku saat ini," ucapannya terdengar pilu dan menyayat hati.
Sharena lebih dulu keluar dari ruangan, menyisakan Seruni dan Kania yang tak kalah sedihnya. Mereka berdua sama-sama beruraian air mata. Kemal yang baru berpapasan dengan Sharena menoleh ke arah dua bersaudara itu dengan bingung, "kalian?"
"Kak, tolong jaga Kak Kania, Seruni mau nyusul Mama."
"Runi!!" jerit Kania cukup keras. "Gue ikut, gue mau ikut!!!"
"Kania tapi lo--"
"Diem! Lo gak pernah tau apa yang gue rasain sekarang, Kem!!!"
Kemal terdiam, ia menoleh ke arah Seruni yang kini menangkupkan kedua tangannya di wajah. "Hikss ... hikss ... Papa."
"Seruni ..." Kemal hendak menghampiri gadis itu namun tangannya ditahan lebih dulu oleh Kania, "tolong ambilin gue kursi roda boleh nggak?"
Kemal memutar bola matanya dengan malas, ia terpaksa menurut karena ada Seruni di sini. Apalagi ia juga tidak mau menambah kacau keadaan, keluarga ini sedang berduka, Kemal tidak mau menambah masalah baru.
"Tunggu bentar," Kemal melewati Seruni, "kamu yang kuat ya."
"Lo jangan modus, gue denger, huhuuu ..." Kania menyahut sambil terus menangis.
"Kak Kania, Papa Kak."
"Iya Runi, Kakak tau. Kakak bener-bener menyesal, Papa ganteng kita sudah tiada!"
"Enggak, ini pasti mimpi kan? Hikss ... huaaa ..." Seruni memeluk tubuh Kania yang ada di atas ranjang, mereka saling memberi kekuatan satu sama lain.
Tak lama Kemal masuk membawa sebuah kursi roda. Dibantu Seruni, ia menurunkan tubuh Kania dari ranjang hingga duduk di atas kursi, ketika tak sengaja menyentuh tangan Seruni, ada letupan kembang api di dalam dada. Rasanya menyenangkan sekali!
Apa ia termasuk cowok brengsek karena telah memanfaatkan kesempatan untuk kesempitan?
***
"Mama!"
Seruni berlari menuju ke arah Sharena yang sedang terduduk di depan pintu ruang mayat. Melihat kedatangan Seruni, Kania dan Kemal, Sharena lantas berdiri dan memeluk erat kedua puterinya. "Papa Aldan ..."
"Ma, bilang sama Kania kalau Papa gak mati, Ma! Bilang Ma!!!!"
Sharena terus mengeluarkan air mata kesedihannya, "Mama nggak kuat rasanya melihat jasad Papa di dalam sana sayang."
"Maaa, Papa Aldan nggak akan ninggalin kita kan?!" Seruni menjerit keras seakan tidak terima takdir Tuhan yang telah digariskan kepadanya.
"Papaaaa ..."
"Kami sayang sama Papa Aldan!" teriak mereka bertiga kompak sambil berpelukan.
Seorang perawat laki-laki keluar dari ruang mayat, ia mempersilakan ibu dua anak itu masuk ke dalam. Di sana ada beberapa ranjang yang kosong, namun di ujung ruangan ada sebuah jasad yang telah tertutup kain berwarna putih.
"Jasad korban ada di sana, semoga kalian kuat ya," ucap perawat itu sambil tersenyum getir.
Mereka bertiga melangkah bersama, empat dengan Kemal yang ada di belakang. Jasad itu, jasad yang tertutup kain putih. Seseorang yang mereka sayangi telah terbujur kaku di atas sana. Apakah ini nyata? Apakah ini bukan mimpi? Benarkah?
Segalanya akan benar-benar berakhir?
Sekilas Kania teringat dengan semua hal yang pernah ia lakukan dengan Papa Aldan. Papa Aldan yang selalu bersikap baik padanya, dan hanya karena malam itu Papa Aldan menamparnya, Kania jadi marah dan membuat semuanya jadi serba kacau seperti ini.
Kania menyesal. Kania ingin sekali lagi bertemu dengan Papa Aldan, mendengar suara tertawanya yang membuat banyak wanita terpesona selama ini. Kania ingin sekali lagi Papa Aldan melarangnya. Melarang ia pulang larut malam, melarangnya melakukan hal yang bodoh, melarangnya dalam semuanya.
Kania hanya kurang mengerti bahwa itulah wujud sayang Papa Aldan kepadanya. Papa Aldan memang bukan papa kandung Kania, tapi ... Papa Aldan sangat bertanggung jawab pada keluarganya. Ia menyayangi Kania.
"PAPA!!!!!!" tangis Kania semakin menjadi-jadi. Ia sampai memukul-mukul kepalanya sendiri, ia sangat merasa bersalah. Sekarang kalau sudah tiada, kehadirannya baru terasa. Papa Aldan sangat berarti dalam kehidupan Kania.
Kemal mengelus pundak Kania dan menenangkannya. Seruni memejamkan mata sambil terus menangis ketika tangan ibunya mulai mendekat ke kain putih itu.
Sebentar lagi. Ketampanan, harta, dan segalanya yang dimiliki di dunia akan sirna ketika sudah tiada. Tidak ada yang bisa dibanggakan lagi jika nyawa sudah pergi dari raga.
"Aldan, aku sangat menyayangimu. Kamu pernah bilang kan, kamu tidak akan meninggalkanku. Semua akan baik-baik saja, tapi apa?" Sharena membasuh air matanya yang terus mengalir. Sebelum membuka kain putih itu, ia lebih dulu menghembuskan napas panjang.
"Aldan."
Kain terbuka.
"Papaaaa ..." Kania dan Seruni berteriak bersamaan.
Sharena syok, ia buru-buru menutup kembali kain putih itu. Ia kemudian berbalik badan, memeluk kedua puterinya yang kini sedang menangis. "Tenanglah sayang, dia bukan Aldan. Jasad itu bukan Aldan!"
"Hah?"
"Bukan Om Aldan?" Kemal terkejut, ia langsung membuka kain putih itu. Memang benar itu bukan Aldan, bukan pula Fauzan. Tapi siapa orang itu?
"Kok bisa gini sih?" Kemal mengitari ranjang, mencoba mencari keterangan yang bisa digunakan untuk memenuhi rasa penasarannya.
"Ah ini dia!" Kemal menunjuk sebuah papan kecil yang tertempel di bawah ranjang, "Tante Sharena di sini ada keterangan korban!"
Mereka bertiga menghampiri Kemal. Di sana tertulis nama dan usia korban. Ternyata namanya adalah Alfa, dicatat di sana ia diperkirakan berusia dua puluh delapan tahun.
"Jadi ini bukan Papa Aldan?"
"Bukan, jadi kemana Aldan sebenarnya?" tanya Sharena pelan. Ia hampir menyerah, setelah mengetahui jasad itu bukan Aldan semangat baru kembali muncul. Tapi ada sebuah pertanyaan besar dalam dirinya.
Aldan, kamu ada di mana?
***
Terima kasih sudah berkunjung❤️
Terus baca MCD yaaa dede-dede gemes!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Daddy
Teen Fiction[ BUKAN CERITA DEWASA! ALUR MAJU-MUNDUR & FULL DRAMA! ] "Papa Aldan! Di sini haram ya kalau senyum-senyum sama orang yang nggak dikenal!" "Memang ya, pesona laki-laki dewasa nggak ada duanya." Jika banyak cerita tentang cool boy yang menjadi idola c...