"Beberapa perasaan mungkin harus rela dilupakan agar tak lama-lama menyimpan duka sendirian."
-My Cool Daddyhai dedeq gemes, ada yang kangen gak si sama aq? -Aldan
***
Aldan buru-buru melepaskan tubuh Rachel ke atas sofa, ia kemudian menghampiri Sharena dan memeluknya. "Sayang, kamu sudah bangun."
Sharena hanya diam tak bergeming, ia menatap tubuh Rachel yang terbaring di sofa tepat di sisi ranjangnya.
"Ngapain kamu sama dokter itu? Mau mesum?"
Aldan menggeleng kuat-kuat, "kok gitu sih ngomongnya?"
"Jangan salah paham sayang, dokter itu namanya Rachel, teman lamaku."
"Hah teman? Kalau begitu harus megang dan gendong segala?!" ucapan Sharena makin tak terkendali, maklum mood ibu hamil membuatnya mudah terpancing emosi.
Aldan memeluk Sharena lebih erat, "Rachel hanya ingin menjaga kamu, Sayang. Lagipula ini sudah larut malam dan dia ketiduran."
Sharena menggeleng, "dia mau modus, kamu kan ganteng."
"Sayang ..."
"Aku bener kan, Aldan? Kenyataannya memang banyak wanita yang dekat maupun peduli dengan kita hanya untuk mendapat perhatian lebih darimu!"
Aldan tersenyum, ia senang mendengarnya. Itu adalah pertanda jika Sharena cemburu padanya. Ah tentu saja Sharena tidak suka bila Aldan di dekati banyak perempuan. Wanita mana yang rela suaminya jadi bahan cuci mata bagi para cewek-cewek kurbel.
"Tapi nyatanya, apa yang mereka dapat?" Aldan menaikkan satu alisnya, membuat Sharena langsung mengatupkan bibir.
Mendengar suara berisik dari Sharena dan Aldan, Rachel langsung terbangun. Ia melirik ke arah arloji, sudah pukul setengah satu pagi.
"Chel, maaf kami membuatmu terbangun."
Perkataan maaf Aldan langsung membuat mood Sharena anjlok seketika. Aldan belum minta maaf kepadanya, sekarang malah lebih peduli dengan keadaan dokter genit itu.
Rachel mengangguk dan tersenyum, entah kenapa, Sharena merasa ada sesuatu dibalik senyum tulus Rachel pada Aldan. Tanpa pikir panjang, Sharena berniat untuk mengusir Rachel dari kamarnya.
"Saya udah baik-baik saja dok, kenapa masih di sini? Lagipula ada suami saya yang siap menjaga dua puluh empat jam!" ketusnya.
"Mmm ... maaf Sharena, aku hanya ingin memastikan bahwa kondisimu baik-baik saja." Rachel meringis, ia mengenakan jas dokternya kembali.
"Memastikan saya atau suami saya?!"
Pupil Aldan membulat, ia memeluk Sharena dan mengelus puncak kepalanya dengan sayang. "Udah sayang jangan gitu dong, suara kamu keras banget nanti ganggu pasien lain lagi."
Mampus, Sharena makin mengeratkan pelukan Aldan ditubuhnya membuat Rachel mengerutkan kening. "Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Rachel kikuk.
"Baguslah, lebih cepat lebih baik."
"Ssstt ... sayang," Aldan melambaikan tangan pada Rachel.
"Terima kasih Chel."
"Sudah seharusnya aku membantumu Aldan."
Blam!!!
Pintu tertutup, kembali menyajikan ketegangan di antara keduanya. Sharena menepis tangan Aldan dan berusaha menyingkirkan dari tubuhnya.
"Kamu keterlaluan!"
"Ren, kamu jangan salah paham dong."
"Belum selesai masalah Kania, sekarang kamu bikin aku sedih karena perempuan itu! Kamu lihat nggak tadi senyumnya ke kamu tuh aneh banget!!!"
Aldan menggeleng, "kenapa sih sayang? Biasa aja kok, Rachel memang begitu."
"Terserah!" Sharena menangkupkan tangannya ke wajah, ia menangis tersedu.
Aldan jadi sedih mendengarnya, ia menempelkan kepala Sharena ke dada dan memeluknya. "Maafkan aku sayang."
"Aku tahu ini semua adalah salahku, aku yang menyebabkan semua kekacauan ini, Sharena." suara Aldan melemah dan terdengar parau.
"Rasanya hidupku sudah tidak ada artinya lagi, huhuu ..."
Aldan menggeleng, "jaga bicaramu sayang! Aku tidak ingin mendengar kalimat itu lagi, oke?"
"Tapi ... tapi kamu jahat, Kania jahat, semuanya ..."
Kondisi Sharena saat ini sedang rapuh. Ia yang biasanya kuat dan tegar sekarang berubah seratus sembilan puluh derajat. Ia selalu menangis, panik dan khawatir akan keadaan keluarganya.
"Lihat aku Sharena, apa selama ini aku pernah meninggalkan bahkan di titik yang terberat dalam hidupmu?"
Tatapan mata Aldan terlihat sayu, ia kelelahan. Tapi tak menghapus kemungkinan bahwa ia memang tulus dan setia pada keluarga kecilnya itu.
"Tanggung jawab kalian ada padaku, Sayang."
"Senyum kalian adalah harta yang tidak ternilai harganya."
"Ini adalah salahku, Sharena. Bagaimanapun caranya, apapun alasannya, harus aku yang mengembalikannya seperti semula." Aldan menghapus air mata yang ada di pipi istrinya.
"Jangan menangis lagi di depanku, ku mohon."
Sharena menggigit bibir bawahnya, wajahnya memerah, ia mengangguk pelan di depan wajah Aldan.
"Kamu berjanji?"
"Semoga."
"Ah, aku tidak mau mendengar kata itu dari mulutmu sayang. Ayolah, tidak diberi kepastian itu menyakitkan."
"Kamu kok jadi curhat sih?" Sharena menyernyitkan kening.
"Kamu tinggal jawab janji atau enggak."
"Aku takut ingkar janji, Aldan. Aku takut kamu tahu bahwa kenyataannya aku nggak sekuat yang kamu bayangkan."
Aldan menghembuskan napas gusar, "setidaknya bila bukan untukku, ini untuk anak-anakmu, Sharena."
"Baiklah, aku berjanji tidak akan menangis lagi."
***
Part ini sedikit bgt huee gatau kenapaa, bc seminggu gak update jadi ngebut nulisnya :(
Baca terus MCD yaaa, thank uuu
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Daddy
Dla nastolatków[ BUKAN CERITA DEWASA! ALUR MAJU-MUNDUR & FULL DRAMA! ] "Papa Aldan! Di sini haram ya kalau senyum-senyum sama orang yang nggak dikenal!" "Memang ya, pesona laki-laki dewasa nggak ada duanya." Jika banyak cerita tentang cool boy yang menjadi idola c...