Tiga Puluh Tujuh - Bully!

809 71 49
                                    

Kania duduk di atas kursi roda yang sekarang didorong oleh Kemal. Ia mengenakan seragam sekolah lengkap dengan sepatu dan tas barunya. Barang-barang lamanya sudah hancur karena ledakan bom di rumah Fauzan dulu. Kondisi Kania belum pulih benar, meski sebenarnya sudah bisa berjalan, tapi Kania belum ingin bergerak terlalu banyak.

Alhasil Sharena pun meminta Kemal untuk menjaga Kania untuk sementara waktu.

Sampai di depan aula sekolah, Kania dan Kemal melewati sekumpulan anak-anak kelas dua belas. Di sana ada Afredo dan teman-temannya yang langsung memperhatikan Kania.

"Eh masih hidup tuh cewek? Samaan dong kayak kucing, punya sembilan nyawa!" ucap salah satu dari mereka.

"Udah lo gak usah baper, omongan mereka tuh gak ada gunanya buat elo," bisik Kemal pelan. Ia buru-buru mendorong kursi roda Kania menjauh dari sana.

"Dih sekarang mainnya sama cowok? Udah gak punya temen lagi ya?!" suara Afredo yang terdengar mengejek membuat telinga Kania memanas. Ia menahan roda hingga Kemal yang mendorongnya refleks berhenti, "gue kan udah bilang gak usah didengerin."

"Orang kedengeran kok, apaan sih lo! Lagian kuping gue masih normal kali, suka-suka gue mau dengerin atau enggak."

"Terus lo mau apa? Mau berdiri dan nampar Kak Afredo di sana?" tanya Kemal dengan nada malas.

"Ya gue kan kesel Kem, dia gak lihat apa temen gue banyak? Udah gak punya otak, buta lagi, dih najis!" celoteh Kania kesal.

"Yaelah gitu juga pernah jadi orang yang lo sayang kan?"

"Eits, mulut lo jaga ya Kem! Lo tau apa soal hubungan gue sama Kak Edo? Dasar netizen! Pasti hidup lo kebanyakan julid sama gue kan, Kem?!"

"Selain ngeselin lo sok tau juga ya Nia? Paket lengkap banget keburukan lo. Udah cerewet, manja, nyebelin, sok tau, pemarah lagi!" ketus Kemal seraya melepaskan pegangannya pada kursi roda Kania.

"Gue mau jagain lo tuh gara-gara Tante Sharena, itu berarti gue dikasih amanah sama Mama lo. Dan gue merasa udah menjalankan amanah dengan baik, cuma elo-nya aja yang keterlaluan." Kemal melangkah pergi meninggalkan Kania yang kini tak jauh dari kumpulan Afredo dan teman-temannya.

"Kemal! Yaelah baperan lo! Jahat banget lo ninggalin gue di sini!!!!!"

"Bodo amat, biar lo tau rasa sekalian dihujat sama Kak Edo dan temen-temennya."

"Jahat banget lo najis! Tau ah pokonya gue benci banget sama lo Kemal!!!"

Suara Kania mampu membuat langkah Kemal terhenti, ia menoleh ke arah Kania yang kini berusaha memutar kedua roda di kursinya agar bisa berjalan.

"Lo gak bisa, sini gue aja yang dorong," Kemal berbalik menuju ke arah Kania yang sudah mulai terlihat kesal.

"Udah gak usah pegang-pegang gue!"

"Geer banget jadi cewek orang gue cuma pegang dorongannya."

"Nggak usah Kem!"

"Sok jual mahal deh lo, Nia."

"Bacot diem aja lo, gue bilang gak usah ya gak usah! Susah banget dibilangin!"

"Eh Do, kalau emang dasarnya cewek murahan ya gitu. Masa baru keluar dari rumah sakit udah deket sama cowok baru lagi?" sebuah suara dari belakang menyahut.

"Tuh kan ada omongan sampah nyahut lagi! Siapa ya? Kenal juga enggak! Mending elo pergi deh Kem, gue kasihan sama orang yang iri karena temen gue lebih banyak dari dia!" ucap Kania dengan nada suara yang sengaja dikeraskan.

"Ssstt ... Kania lo gak boleh gitu!" tegur Kemal sambil mendorong kursi Kania pergi.

"Heh banci, mau lo bawa ke mana tuh cewek murahan?"

"Anjir dia ngatain gue murahan lagi!" Kania mulai jengah, ia terbakar amarah hingga menyuruh Kemal menghentikan kursi rodanya lagi. "Kem lo denger gak sih ada anjing gak pernah ngaca? Eh iya gue lupa kan anjing gak bisa disamain sama manusia ya? Duh kasihan banget hidupnya!"

"Kaniaaa, lo apa-apaan sih udah deh!"

"Heh Kemal jangan bawa gue pergi dulu, gue cuma mau denger gimana tanggapan si anjing itu tadi! Heiii ...." Kania tidak bisa menghentikan Kemal lagi karena sekarang cowok itu sedikit berlari untuk menuju ke kelas.

Tepat di depan kelas, Kemal dan Kania hampir bertabrakan dengan Bu Anis. Guru itu masih sibuk dengan rambut barunya yang sekarang dicat berwarna coklat tua. Melihat kedatangan Kania, Bu Anis lantas menunjukkan "senyum kepalsuan" yang sangat kentara.

"Hei Kania selamat datang kembali anak kesayangan sekaligus musuh Bu Anis."

"Udah kesayangan ditambahin musuh lagi ... gila emang," Kania memutar bola matanya malas.

"Eh Kemal, duh kamu Ibu cariin ke mana-mana taunya sama Kania."

"Loh bukannya kemarin Bu Anis sukanya sama Papa saya? Oh sekarang udah move on ke berondong nih ceritanya?"

"Sembarangan! Jangan ngomong yang gak bener deh lo!" ujar Kemal.

"Iya nih Kania, dari dulu sampai sekarang kok gak berubah sih? Ibu kira Kania sudah berubah lho," Bu Anis menggelengkan kepalanya penuh keprihatinan.

"Saya gak paham, sebenernya Bu Anis mau saya berubah jadi Iron Man, Batman, Spiderman? Atau apa? Gak sekalian jadi setan aja biar bisa gentayangan Ibu setiap waktu?"

Bu Anis terkikik, "maksud saya kamu berubah jadi lebih baik gitu loh, Kania. Kan kamu sudah melalui banyak banget masalah selama ini, apa gak ada niat buat jadi baik?"

"Kalau itu sih urusan saya, Bu. Kenapa Bu Anis gak urus diri sendiri aja? Biar dapet jodoh dan gak halu sendiri kayak gini. Saya lama-lama kasihan sama Ibu."

"Mmm ... ternyata kamu diam-diam peduli ya sama saya?" tanya Bu Anis dengan mata berkedip-kedip.

"Tuh kan halu lagi! Udah ah saya gak kuat lama-lama di luar panas! Yok ah Kem!"

"Eitss," Bu Anis mencekal tangan Kemal, "saya ada perlu dengan kamu, Kemal. Kania yang cantik silakan kamu masuk duluan karena ini urusan orang waras."

Kania naik pitam mendengarnya, "oh jadi Ibu anggap saya gila? Ihhh dasar Bu Anis wali kelas gak bergunaaa!"

***

Kangen sama Aldan nggak?

Terima kasih yang sudah membaca, next part bakal penuh haru banget!

Tapi sebelum itu aku minta vote dari kalian ya ><

My Cool DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang