Tujuh Belas - Kacau

1.2K 140 138
                                    

Jika kamu mencintai seseorang, itu artinya kamu juga harus siap menerimanya dari sisi mana saja termasuk baik dan juga buruknya.
-My Cool Daddy

***

Sharena berkali-kali menghubungi Aldan, namun papa muda itu tak juga mengangkat telponnya. Sharena kini tengah berjalan bersama Seruni menuju lantai atas, ke kamar Kania.

"Udahlah Ma, nanti juga ketemu sama Papa di kamarnya Kak Kania," Seruni menenangkan.

Sharena tak bisa tenang begitu saja, sejak tadi sore ponsel Aldan tidak aktif, ia tidak bisa dihubungi. Meski Sharena tau Aldan ada bersama Kania, tapi ibu dua anak itu tetap gelisah. Pasalnya Aldan tidak pernah absen membalas pesan, apalagi mengabaikan panggilan.

Mereka berdua masuk ke dalam ruangan. Disana ada Kania yang sedang asyik menikmati salad buah sambil menonton televisi. Menyadari tidak ada Aldan, rasa panik Sharena makin menjadi.

"Papa kemana?"

Kania melirik Sharena, "nggak tau."

"Kania, Mama tanya sama kamu, Papa kemana?!" Sharena mengeraskan volume suaranya.

"Ma, Kania udah jawab, nggak tau!"

"Kenapa bisa nggak tau sih? Memangnya tadi nggak bilang sama kamu?"

"Papa pergi setelah nampar Kania, Papa marah, puas?" Kania berkata seolah ia tidak bersalah.

Sharena dan Seruni terkejut bukan main. Apalagi Seruni, ia sampai melangkah mendekati Kania, "Papa? Nampar Kak Kania?"

"Pake nanya lagi, Papa itu keterlaluan!"

"Cukup!!!" Sharena berteriak, "apa yang kamu lakukan sampai Papa marah kepadamu Kania?!"

Kania menghentikan aktivitas makannya, "Kania nggak mau kalau Papa sama Mama seenaknya mindahin Kania dari sekolah!"

"Kania, kamu ini—" Sharena hendak memukul Kania, namun ia mengurungkan niat. Sharena berbalik badan dan mengambil ponselnya dari dalam tas, ia masih berusaha menghubungi Aldan.

"Kak Kania mau pindah sekolah?"

"Enggak, gue nggak mau. Enak aja main pindah-pindahin, emang gue barang apa."

"Mau nggak mau kamu harus tetap menuruti keinginan Mama dan Papa! Nggak ada tapi-tapian Kania!" gertak Sharena, ia sudah habis kesabaran meladeni puteri sulungnya yang keras kepala.

"Ini pasti ulah Papa Aldan kan, Ma? Papa Aldan jahat! Papa Aldan nggak mau lihat Kania bahagia!"

"Kania! Sekali lagi kamu berkata seperti itu—"

"Apa Ma? Mau nampar Kania sekali lagi? Iya? Mama sama aja kayak Papa Aldan!"

Butir-butir air bening mulai meluncur ke pipi Sharena. Seruni yang melihat hal itu langsung membawa ibunya duduk di sofa, Seruni menenangkan Sharena yang masih terisak.

"Kamu terima saja Kania, kami melakukan ini karena kami sangat menyayangimu. Papa dan Mama tidak ingin kamu terperangkap lebih jauh dalam pergaulan bebas," jelas Sharena dengan suara sengau karena menangis.

"Harus berapa kali sih Kania ngomong biar Mama paham?" Kania menghela nafas sebelum melanjutkan kata-katanya, "kalau kalian masih memaksa, Kania nggak akan segan-segan pergi dari kehidupan kalian!"

"Pergi? Apa maksud kamu dengan pergi?"

Kali ini Kania cukup nekat, ia mencabut paksa infus yang ada di tangannya. Dengan tubuh yang masih lemas, Kania berjalan menuju pintu. "Kania pergi ke rumah Papa Fauzan!"

My Cool DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang