Empat Puluh Lima - Kemal Untuk Kania

462 58 38
                                    

Sebelum baca wajib banget vote cerita ini!

Udah kan?

Happy reading :)

***

Mereka terduduk di ruang BK dengan tatapan tajam Bu Betty. Guru BK yang terkenal dengan lipstik merah dan kaca mata bulatnya itu kini mengarahkan pandangannya kepada Kania yang berdiri tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Sudah saya duga," ucapnya dengan nada suara mengejek.

Kemal menggeleng, "Maaf, Bu, tapi dugaan Ibu salah besar."

Bu Betty memutar bola matanya kesal, "Seharusnya dia sudah keluar dari sekolah ini! Ah, orang tua macam apa yang rela anaknya menjadi bahan olok-olokan satu sekolah setelah kejadian menjijikkan itu?"

Refleks Kania menatap Bu Betty tajam, "Papa dan Mama saya tidak seperti Bu Betty yang hanya bisa merendahkan murid bermasalah seperti saya!"

"Kania," Kemal menatap Kania, memohonnya untuk diam sebelum semuanya semakin rumit.

Di dalam sana juga ada Afredo dan dua orang temannya, mereka lah yang tadi bertengkar dengan Kemal. Kemal memang bermaksud baik, ia hendak melindungi dan membela Kania, namun caranya saja yang salah. Ia malah menggunakan kekerasan hingga berakhir di ruang BK seperti sekarang ini.

"Afredo, Rangga dan Eka, kalian boleh kembali. Tapi kalian harus menulis nama kalian di lembar siswa bermasalah. Jika kejadian seperti ini terus berulang, kalian terancam tidak akan diluluskan."

Kania tersentak mendengar perkataan Bu Betty. Padahal kan jelas-jelas mereka yang salah! Kemal tidak akan memukul jika mereka tidak lebih dulu mengejek Kania. "Nggak bisa gitu dong, seharusnya saya dan Kemal yang pergi dari sini! Bukan mereka!" protes Kania.

"Ibu ini nggak tau kejadian sebenarnya seperti apa, kenapa Ibu tidak bisa bersikap adil, sih? Apa karena mereka siswa kelas dua belas? Apa keadilan bagi siswa dibawahnya lebih rendah? Ah shit!"

Bu Betty tampak acuh, ia hanya membuka beberapa lembar kertas siswa dan menyerahkannya kepada Afredo. "Isi namamu di sini. Tuliskan kelas dan tanggal serta apa yang kamu lakukan. Isi dengan bolpen warna merah."

"Mending kita pergi aja, gurunya budeg."

Kania sialan, Kemal harus mati-matian menahan tawa ketika mendengar ucapan itu. Ia tidak mau terkena masalah yang lebih rumit lagi jika ketahuan menertawakan guru.

Setelah mereka bertiga pergi, kini Bu Betty duduk di hadapan Kemal, ia juga mengisyaratkan Kania untuk duduk di sebelahnya. "Apa hubungan kalian selama ini?" wanita itu bertanya dengan penuh selidik.

"Kami berdua hanya teman sekelas. Karena saya adalah ketua kelas, saya tidak mau salah satu anggota di kelas saya merasa tersakiti, tidak aman, menerima perlakuan tidak baik, dan berbagai macam hal buruk lainnya."

Kania sedikit melirik ke arah Kemal ketika mendengar ucapan cowok itu, entah kenapa dalam hati Kania merasa tidak terima. Apa Kemal benar-benar hanya menganggapnya sebagai teman sekelas yang butuh perlindungan? Apa Kemal siap bertanggung jawab untuk semua kemungkinan buruk yang akan terjadi?

Entahlah, Kania tidak bisa berpikir jernih saat itu. Pikiran cowok disampingnya ini memang sulit tertebak. Kania terdiam sejenak sebelum akhirnya Bu Betty kembali berucap, "Kamu yakin jika gadis ini tersinggung dengan ucapan Afredo dan teman-temannya tadi?"

"Ibu tanya saya?" Kania terlihat kikuk. Bu Betty memutar bolpen ditangannya, "Saya kira kamu tidak pernah mempermasalahkan hal apapun Kania, apalagi itu atas ulahmu sendiri."

"Hei tapi ulah saya tidak pernah merugikan Ibu, kan?"

"Benar, tapi saya bosan harus berurusan dengan kamu lagi, kamu lagi. Berusahalah jadi lebih baik Kania, itu saja jika kamu mampu dan mau bersekolah di sini lebih lama lagi."

"Maksud Bu Betty ... sekolah sudah berencana mengeluarkan Kania?" tanya Kemal. Cowok itu menatap Kania dan memberikannya semangat, "Bu, apa itu benar?"

"Ya, kita lihat saja nanti bagaimana perkembangan gadis ini. Jika kamu kembali berulah kami tidak keberatan jika kehilangan satu murid bermasalah, Kania."

"Berhenti menyudutkan Kania, Bu. Iya benar dia tidak salah, dia diam, dan tidak melakukan apapun. Pertengkaran ini saya yang memulai, bukan Kania."

Bu Betty tersenyum miring, "Hentikan omong kosong itu, Kemal. Apa kamu mau terus-menerus jadi pahlawan kesiangan dengan melindungi orang yang jelas-jelas bermasalah?"

"Bu Betty kok ngomongnya begitu sih? Ibu ini kan seorang guru, yang harus digugu dan ditiru. Kalau gurunya begini, jelas saja kalau Kania terus melakukan hal buruk, Bu."

Kania menunduk geram, ada sesuatu yang memberontak di dalam dadanya. Kalau saja wanita tua bangka di depannya ini bukan seorang guru, sudah ia cakar habis sosok yang penuh pencitraan itu.

"Apa kamu bilang?" Bu Betty mengernyitkan kening, "Jangan-jangan kamu suka dengan Kania? Oh astaga ..."

"Jangan jadikan alasan pembelaan sebagai senjata untuk menyerang saya balik ya, Kemal. Kamu masih kecil, masa depan kamu masih panjang. Kamu tidak perlu ikut campur dengan masalah Kania, biarkan dia hancur sendirian."

Kania muak, telinganya hampir tuli akibat semua ucapan buruk dari gurunya sendiri. Dengan raut wajah kesal, gadis itu lantas berdiri dan pergi tanpa menghiraukan Kemal yang terus-menerus memanggil namanya.

***

"Jangan dimasukin ke hati ya, Kania? Ini semua salah gue kok, nama lo gak gue tulis di buku siswa bermasalah tadi siang. Lo tenang aja," Kemal berusaha menjajari Kania sepulang sekolah, ia khawatir dengan keadaan gadis itu.

"Kania, lo dengerin gue kan?"

Kania diam seribu bahasa, ia malah sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.

"Kania, gue peduli sama lo."

Ucapan Kemal barusan membuat langkah Kania terhenti. Gadis berusia enam belas tahun itu lantas mengarahkan pandangannya ke arah Kemal, "Apa lo bilang?"

"Gue cuma mau bantuin lo aja, dan gue tau lo pasti bisa berubah, cepat atau lambat itu cuma masalah waktu. Gak ada orang yang terlahir buruk ke dunia, semua itu pasti ada alasannya. Sama kayak lo ngelakuin semua hal ini."

Kania menatap mata Kemal dengan intens, apa benar yang dikatakan Kemal? Tapi masalahnya ia tidak pernah tau apa alasannya berbuat onar selama ini. Yang ia tahu, ia bahagia jika melakukan itu semua.

"Tolong kasih tau gue Kania, lo ada masalah apa sih? Gue bakalan welcome banget kalau lo mau berbagi cerita sama gue."

"Enggak," Kania menggeleng, "Gue bahagia, gue nggak ada masalah! Lo jangan sok tau urusan orang!"

"Kania," Kemal hendak memegang tangan gadis itu, namun sontak Kania malah memeluk tubuh Kemal dengan erat. "Apa lo mau nerima gue apa adanya Kem? Apa ini artinya lo beneran suka sama gue?"

***

Haloo apa kabar?
Udah berdebu kah cerita ini di perpustakaan kalian?

Kalau suka sama cerita ini silakan klik "vote" & bagikan link cerita ini ke teman-teman kalian ya!

Kritik & saran silakan tinggalkan di kolom komentar^^

My Cool DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang