"Lo ngerasa nggak kalau Papa lo itu ganteng?" Afredo yang merasa bodoh dengan pertanyaannya sendiri malah terkekeh pelan.
"Maksud lo?"
"Yaa ... elo ngerasa nggak kalau Papa lo itu ganteng, gitu. Secara kan tadi sampai rusuh banget di sekolah. Ricuh anjir, kayak orang lagi demo!" kekeh Afredo.
"Mereka kan cewek norak plus lebay. Ngeliat Papa aja kayak ngeliat malaikat, dih alergi gue sama orang kayak gitu."
"Lo tau nggak sih kalau gue baru pertama kali ketemu sama Papa lo yang disebut-sebut ganteng itu?"
"Dih, ya enggak lah Kak. Lagipula kan kita baru aja komunikasi pagi tadi. Sebelumnya kan, lo hanya sebatas tau nama gue, dan gue pun sebaliknya."
Afredo mengangguk, " that's right. Dan gue rasa, Papa lo nggak seganteng yang orang-orang bilang kok."
"Mmm ... maksud gue ..." kalimat Afredo terjeda. Ia melirik ke arah Kania yang kini malah sibuk dengan ponselnya. "Lo dengerin gue nggak?"
"Apaan Kak?"
"Eh enggak," Afredo menggeleng, ia menatap jalanan depan tanpa bergeming. "Lo yakin mau pakai baju kayak gitu nanti?"
Kania kembali memperhatikan outfit yang dipakainya malam ini. "Ada masalah?"
"Mending lo lepas aja deh jaket lo, ini kan acara party. Masak lo mau syar'i begitu?"
Seketika tawa Kania meledak, telinganya geli ketika mendengar kata 'jaket' yang diucapkan oleh Afredo. "Astaga ganteng-ganteng bego."
"Anjir, lo kenapa dah malem ini?"
"Kak, lo tuh ada-ada aja deh. Ini tuh namanya outer kali! Bisa juga dibilang cardigan, sejenis itu deh." jelas Kania yang langsung mendapatkan senyuman konyol dari Afredo.
"Asli sih, lo seru-seru frontal anaknya." Afredo mengelus puncak kepala Kania. "Lepas gih, lo tinggal disini aja. Sayang kan kalau tubuh indah lo tuh nggak dipamerin."
Tanpa banyak bicara, Kania pun menurut. Ia melepaskan outer yang menempel di badannya dan meletakkannya di jok kursi belakang mobil Afredo. Kini lekuk tubuhnya terlihat jelas. Apalagi Kania hanya mengenakan tanktop berwarna hitam yang sedikit menerawang. Meski begitu, Kania masih punya sedikit rasa malu. Tapi tak apalah, kali ini saja. Begitu pikirnya.
Tidak bisa dipungkiri, gadis yang duduk disebelahnya ini memang benar-benar cantik. Baru kali ini Afredo menyadari jika Kania memang memiliki body yang menjadi idaman setiap cowok. Pantas saja ia disebut-sebut sebagai salah satu primadona sekolah.
Mobil Afredo masuk ke pelataran sebuah tempat clubbing ternama. Katanya, anak basket sekolah yang menyewa tempat itu. Entah berapa banyak biaya yang mereka keluarkan untuk acara spesial ini.
"Eh, yuk Kak buruan!" Kania dengan tergesa melepaskan sabuk pengaman. Namun Afredo dengan cepat mencekal pergelangan tangannya. "Woy Kak? Maksudnya apa nih?!"
"Lo cantik banget sih Nia, gue nggak bohong." Afredo mendekatkan wajahnya pada Kania.
"Kak Edo, lo mau ngapain?" tanya Kania sok polos. Ah, ya tentu saja ia tau apa yang akan dilakukan Afredo setelah ini. Menciumnya, ya tentu saja.
Tatapan mereka makin intens. Kania melihat kedua manik mata Afredo yang tersirat penuh nafsu. "Kania ..."
"Kak ...."
Jarak mereka semakin dekat. Kedua iris mata Afredo kini tak terlihat lagi, ia menutup matanya. Kania ikut memejamkan matanya, hampir saja ketika tiba-tiba ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Daddy
Teen Fiction[ BUKAN CERITA DEWASA! ALUR MAJU-MUNDUR & FULL DRAMA! ] "Papa Aldan! Di sini haram ya kalau senyum-senyum sama orang yang nggak dikenal!" "Memang ya, pesona laki-laki dewasa nggak ada duanya." Jika banyak cerita tentang cool boy yang menjadi idola c...