Yuk vote dan komen duluuu
Happy reading!!!
***
Puncak acara Demisioner telah tiba, setelah melewati dua hari dengan suasana yang meneggangkan, karena sudah menjadi tradisi di saat para pengurus melakukan laporan pertanggung jawaban selama satu tahun kepungurusan, mereka yang menjabat di kepengurususan inti akan selalu menjadi sasaran empuk bulan-bulanan oleh dewan pengamat organisasi, pun senior-senior yang telah lebih dulu merasakan asam manis dalam berorganisasi.
Tidak ada hal yang terlalu menegangkan yang terjadi di hari terakhir acara demisioner, suasana yang kemarin-kemarin memanas seolah hanyalah angin lalu karena pada hakikatnya itu semua terjadi untuk melatih mental para pengurus, di luar dari hal itu semua, DPO dan senior-senior BEM terdahulu tetap memuji kinerja mereka masing-masing.
"Teman-teman, terima kasih untuk satu tahun yang berharga ini, mungkin selama gue menjabat sebagai ketua, ada hal-hal yang kurang enak dan gue lalai di dalamnya, gue meminta maaf dengan segala kerendahan hati gue, sekali lagi terima kasih sudah mau sama-sama belajar bersama gue, ke depannya gue berharap kita semua tetap bisa saling rangkul dan belajar bersama, demi Teknik yang baik, demi kampus kita yang lebih baik."
Tepuk tangan yang begitu meriah menyambut kata terakhir yang baru saja terlontar dari mulut Naraka, laki-laki yang sejak hari ini resmi menyandang status sebagai mantan ketua BEM Teknik itu melempar senyuman, terlihat raut harunya, mungkin terlalu banyak kisah yang telah ditulis di sana.
"Dan juga, gue harap ke depannya kalian semua selalu available dan menerima dengan legowo kalau satu atau dua dari kalian gue tarik masuk kabinet gue dalam waktu dekat ini."
Lalu, setelahnya, riak tawa terdengar menggema di seisi aula, membawa suasana semakin hangat dalam diri masing-masing orang yang ada di sana. Kendati demikan, Arjuna memilih untuk tetap tidak bergeming, membawa pikiran-pikirannya ke mana-mana. Seolah menolak untuk melebur diri dalam suasana yang hangat di sana, Ia lebih memilih membawa diri pada suasana yang nyaris gamblang, dengan riakan teriak yang hanya terdengar nyaring dalam kepala.
Terhitung sejak hampir seminggu, saat hari-harinya disibukkan dengan persiapan demisioner juga persiapan peralihan jabatan yang akan membawanya segera menjadi ketua BEM fakultas Teknik, Arjuna nyaris tidak memilki waktu untuk dirinya sendiri. Seminggu berjalan dengan dia yang disibukkan dengan segala hal yang sedari awal memang sudah menjadi tanggung jawabnya, dan hari ini adalah puncak dari segala resah dan muaknya.
"Eil bisa kita bicara sebentar?" setelah meyakini diri Arjuna akhirnya bersuara, langkah kakinya yang Ia bawa dengan berat pada akhirnya membawanya ke hadapan Eileria, gadis yang nyaris seminggu tidak Ia temui setelah pertemuan terakhirnya ada di depan gedung depertemennya senin kemarin saat gadis itu turun dari mobil bersama Naraka.
Sedangkan Eileria di hadapannya menatap dengan kerutan di dahi, perempuan itu nyaris tidak pernah berbicara dengan Arjuna sejak minggu pagi yang lalu, dan hari ini tiba-tiba laki-laki itu muncul di hadapannya, yang bahkan demi Tuhan Eil belum mencari cara untuk menghadapi Arjuna lagi setelah apa yang telah terjadi kemarin-kemarin.
"Mau ngomong apa kak? Penting banget kelihatannya."
"Ngomong di luar bisa?" Arjuna menyahut dengan ragu, jaga-jaga Eileria tidak nyaman dengan permintaannya, "Di sini terlalu rame."
Beberapa saat Eileria hanya diam, terlihat menimbang-nimbang jawaban yang perlu Ia beri, masalahnya, beberapa hari terkahir ini bukan tanpa sengaja keduanya jarang bertemu, melainkan Eil yang sebisa mungkin menutup celah dari adanya pertemuan dianatara keduanya.
"Di samping sekret aja kalau gitu, kak." Namun seolah sifat alamiah manusia lainnya yang kerap berkhianat, Eil dengan rutukan yang tertinggal dalam pikirannya mengiyakan, membawa senyum tipis terbesit di bibir Arjuna yang oleh tanpa komando langkah keduanya mulai sama-sama berpindah, serta merta membawa isi kepala yang penuh dengan hal-hal yang rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ineffable Senior
RomanceEileria Steward adalah gadis yang menjunjung tinggi prinsip hidupnya, termaksud prinsip untuk mempertahankan kewarasannya dalam dunia perkuliahannya. Menjadi mahasiwa kupu-kupu tidak menjadi masalah besar bagi Eil, karena sejauh ini dia merasa nyama...