BAG - 6 Perasaan Asing

419 48 3
                                    

Rapat perdana setelah perekrutan anggota baru BEM sudah berakhir sejak 30 menit yang lalu. Jam sudah mulai menunjukkan pukul 7 malam, tapi Eil dengan wajah jenuh dan penuh bosannya masih setia menghuni ruangan sekretariat. Bukan karena apa, dari awal dia bersama Juna ke sini, dan sialnya para anggota inti BEM belum juga akan mengakhiri obrolan mereka. Naraka yang sedari tadi mengerti raut wajah muram Eil hanya bisa mengucapkan kata sabar dan melemparkan senyum memelasnya, benar-benar sialan.

Seharusnya Eil mengiyakan saja tawaran Sella yang mengajaknya untuk pulang bersama, tapi Eil keras kepala untuk menolaknya karena tidak enak dengan bundanya Sella yang baru pulang kantor tapi harus mengantarnya lebih dulu. Kalau tau begini, Eil memilih untuk mengesampingkan egonya saja.

Sekali lagi Eil melayangkan tatapannya pada Raka, bergantian dengan Juna, entah apa yang tengah mereka bicarakan dengan orang-orang di samping mereka, rasanya Eil ingin sekali menarik salah satu di antaranya kemudian memohon untuk mengantarnya pulang, sekarang juga.

"Lo nggak pulang? Atau lagi nunggu jemputan malam mingguan?"

Eil mendongak dengan cepat tatkala ada pergerakan tiba-tiba seseorang yang duduk di sebelahnya. Untuk beberapa saat dia gelagapan, di sampingnya ini ada Rayyan, Arayyan yang entah kenapa tiba-tiba muncul dan duduk di sebelahnya dengan senyuman yang, oh tuhan rasanya kenapa Eil baru sadar jika Rayyan seindah ini jika ditatap dari deka?

Eil berusaha menormalkan sikapnya, "Lagi nunggu tebengan, kak." Ucapnya pada akhirnya.

Rayyan terlihat menganggukan kepalanya, mengedarkan pandangannya ke arah beberapa anggota inti yang masih tersisa di dalam ruangan sekretariat. Dalam kepalanya laki-laki itu menimbang-nimbang sesuatu.

"Sama siapa? Kalau masih lama, gue antar balik aja kalau gitu."

Eil menimbangnya dengan hati yang gembira, Tuhan memang baik padanya. Eil mungkin menolak kesempatan kabur dari tempat ini yang ditawari oleh Sella tadi, tapi sekarang Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan lagi, apalagi kesempatannya datang dari seorang Arayyan, oh tuhan rasanya Eil langsung saja ingin menarik Rayyan dari sini.

Eil mengangguk dengan antusias, "Gue kasih tau bang Raka dulu ya, kak." Tanpa menunggu balasan dari Rayyan, Eil buru-buru bangun dari duduk selonjorannya kemudian melangkahkan kakinya ke arah Raka.

Eil mencolek Raka, yang mana membuat perhatian beberapa orang di dekat laki-laki itu terpusat pada Eil. "Abang, Eil pulang sama Kak Rayyan aja, ya? ditawari pulang bareng soalnya." Ucap Eil yang membuat Raka langsung saja mengedarkan pandangannya ke arah Rayyan yang berdiri memunggungi mereka semua, laki-laki itu tampaknya sedang menunggu Eil.

Naraka akan mengeluarkan suaranya, tetapi sebelum laki-laki itu bersuara, Juna yang juga duduk di sebelahnya lebih dulu bersuara, "Pulang sama gue aja, ini gue tinggal beres-beresin barang sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naraka akan mengeluarkan suaranya, tetapi sebelum laki-laki itu bersuara, Juna yang juga duduk di sebelahnya lebih dulu bersuara, "Pulang sama gue aja, ini gue tinggal beres-beresin barang sebentar."

Eil menatapnya tidak suka, kenapa juga dia harus pulang bersama Juna di saat ada pilihan untuk pulang bersama Rayyan? Eil menggeleng sebagai balasan cepatnya, "Nggak usah kak, lo lanjutin aja kali, biar gue sama kak Rayyan." Tambah Eil meyakinkan.

My Ineffable SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang