Don't forget to vote and comment, ya
Happy reading!!!
***
Eil terus merutuki Raka dalam hatinya, merasa luar biasa kesal dengan abangnya. Bayangkan, Eil baru akan hendak mandi setelah Raka mengiriminya pesan bahwa laki-laki itu hendak akan menjemputnya, tapi tidak setelah Ia melihat siluet laki-laki yang tengah duduk dengan santai di ruang keluarganya, dia Juna, laki-laki yang tengah menyetir dengan santai di sampingnya, entah bagaimana ceritanya hingga Juna menjelma menjadi Raka, yang mau tidak mau Eil harus melakukan acara siap-siapnya secepat kilat, menyebalkan.
"Kok, bisa lo yang muncul sih, kak? Perasaan abang ngirim pesan ke gue kalau dia yang bakal jemput, kenapa sekarang gue sama lo di sini?" Eil masih tidak terima, Raka benar-benar sudah gila, tidak habis dia menjebaknya untuk masuk BEM, lalu sekarang laki-laki itu menjebaknya lagi di sini, bersama dengan Juna, satu mobil pula.
"Bang Raka nggak bisa jemput, katanya ada berkas demisioner yang harus diurus." Juna hanya menjawabnya dengan santai, sama sekali tidak terpengaruh melihat aura gelap yang Eil tampilkan sedari tadi, bahkan sudah dari sedetik setelah gadis itu menyadari kehadirannya.
"Ya kan tinggal bilang aja kalau nggak bisa, gue bisa pergi sendiri, kenapa harus repot-repot nyuruh lo yang jemput?" tanya Eil tidak terima. Abangnya itu kenapa sih, kenapa sekarang dia menjadi menyebalkan seperti ini, jika memang tidak bisa jemput, kenapa bilangnya bisa?
"Ya lo sendiri kalau emang bisa datang sendiri kenapa minta jemput? Dan juga, gue nggak repot-repot amat kok ngasih lo tebengan." Lagi-lagi, Juna menanggapinya dengan santai. Rasanya menyebalkan memang berurusan dengan perempuan keras kepala seperti Eileria ini, tapi entah kenapa Juna justru merasa dia bersenang-senang melihat Eil seperti ini.
Eil hanya memutarkan bola matanya dengan jengah, merasa sia-sia berbicara dengan Juna. Sepertinya Ia harus memperluas jangkauan batas kesabarannya, karena sepertinya orang-orang yang ada di sekitarnya benar-benar berubah menjadi menyebalkan. Eil benar-benar berpikir bahwa ada virus yang bermutasi dari orang yang satu ke orang yang lainnya, yang memberikan efek menyebalkan pada diri mereka, Eil benar-benar tidak habis pikir.
Merasa tidak ada kunjung balasan yang keluar dari mulut Eil, Juna menolehkan pandangannya, lalu sedetik kemudian tercetak sedikit tarikan di bibirnya, menampakkan senyuman tipis di bibir laki-laki itu. Eil yang berada di sampingnya memang sedang diam, tanpa suara, tapi Juna yakin, gadis itu pasti sedang mengumpatnya dalam hatinya.
***
Setelah melewati keheningan yang cukup panjang, kini mobil yang Juna kendarai telah memasuki area parkiran fakultas. Hari ini adalah hari sabtu, tapi intensitas jumlah kendaraan di fakultas Teknik tidak pernah lenggang, bahkan hari-hari weekend masih tetap banyak mahasiswa juga mahasiswi yang berkeliaran di sekitaran kampus, mulai dari yang sedang mengerjarkan tubes, laporan tubes, tugas akhir, bahkan ada yang hanya sekedar untuk mengisi waktu luang untuk bermain-main di area kampus.
Mobil Juna kini telah dengan sempurna Ia parkiran, dan tanpa menunggu banyak waktu, Eil langsung membebaskan dirinya, membuka pintu mobil lalu menutupnya kembali dengan sepersepsian detik. Berada terus-menerus di dekat Juna membuat hati dan pikirannya panas, untuk itu, membebaskan dirinya secepat mungkin adalah hal yang paling Eil inginkan. Persetan dengan Juna yang terus memanggil namanya sedari tadi.
"Tas lo ketinggalan!!"
Teriakan cukup nyaring yang keluar dari mulut Juna benar-benar menghentikan langkah cepat Eileria, tidak hanya itu, beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang juga sedang berada di area parkiran juga turut mengalihkan perhatiannya pada mereka berdua. Rasanya Eil sangat ingin mencakar wajah tampannya Juna, sungguh, Eil benar-benar malu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ineffable Senior
RomanceEileria Steward adalah gadis yang menjunjung tinggi prinsip hidupnya, termaksud prinsip untuk mempertahankan kewarasannya dalam dunia perkuliahannya. Menjadi mahasiwa kupu-kupu tidak menjadi masalah besar bagi Eil, karena sejauh ini dia merasa nyama...