BAG - 7 Gara-Gara Drakor

395 47 4
                                    

Jangan lupa vote dan comment, ya

Happy reading!!!

***
Hari ini adalah hari senin, Eil dengan setengah sadarnya berjalan keluar kelas yang diikuti oleh Sella di belakangnya. Pembicaraan mengenai mata kuliah struktur bangunan yang telah usai lima menit yang lalu seolah-olah menjadi nyanyian pengantar tidur bagi Eil. Gadis itu tidak tahu seberapa lama Ia terlelap, karena saat Sella menggoyangkan lengannya, Ia bisa melihat Pak Arif  keluar dari ruang kelas dengan tatapan setengah kaburnya.

Eil benar-benar merutuki acara maraton drakornya semalam yang selesai tepat di jam 3 pagi. Tidak hanya sampai di situ saja, gadis itu masih tetap terjaga sampai pada pukul 5 pagi setelah menyadari ada sebuah pesan masuk dari laki-laki yang tidak lagi Ia temui sejak seminggu yang lalu. Entahlah, rasanya Eil seolah-olah sedang menghindari pertemuan dengan laki-laki itu setelah apa yang terjadi terakhir kali mereka bersama.

"Ke sekret aja mau nggak? Di sana lo tidur aja bentar, biar nggak oleng pas kelas konstruksi bangunan nanti." Sahut Sella yang tiba-tiba menyamakan langkahnya dengan langkah Eil yang membuatnya tidak lagi berjalan di belakang gadis itu.

Eil hanya bergumam tidak jelas. Gadis itu mengerti apa yang dikatakan oleh Sella, hanya saja Ia sedikit berpikir. "Emang boleh?"

"Ya boleh, lo nggak tau aja kalau abang lo seringnya tidur di sekret kalau lagi jeda kelas." balas Sella dengan santai lalu sedetik setelahnya melemparkan senyum canggung ke arah Eil.

Sella benar-benar merasa malu, takut-takut kalau Eil menyadari bahwa selama ini diam-diam dia sering kepo pada Naraka. Sebenarnya tidak apa-apa juga, toh dia pernah bilang ke Eileria kalau Ia suka dengan Naraka, hanya saja Sella rasa mungkin belum saatnya Eil untuk tahu. Tapi sepertinya Tuhan lagi berbaik hati pada Sella, Eil yang berjalan di sampingnya tidak berniat menanggapi, mungkin karena kantuknya yang terlihat semakin tidak tahu diri, Eil bahkan hampir mirip dengan seseorang yang memiliki kebiasaan tidur sambil berjalan.

Langkah mereka terhenti tepat di depan ruangan sekretariat, Eil bersyukur ruangan ini berada di lantai pertama sehingga dia tidak perlu lagi menaiki tangga yang rasanya Eil akan segera tidur tepat saat Ia belum sampai pada ruang sekretariat.

"Sepi banget, Sell." Sahut Eil tatkala keduanya memasuki ruangan.

Sekretariat memang tampak sepi pagi ini, hanya ada beberapa mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas besar mereka, hal itu terlihat dengan bercecernya lembaran-lembaran kertas di samping mereka.

"Eh, lo berdua pagi-pagi amat ke sini. Nggak ada kelas?" celetuk seorang laki-laki yang tengah berdiri di depan dispenser, tampak sedang menyeduh kopi, karena saat Eil dan Sella mendekat, dengan segera aroma kopi bersilaturahmi dengan indera penciuman mereka.

"Abis kelas pagi, kak Zul. Mau numpang tidur sebentar di sini." Balas Sella dengan disertai kekehannya.

Laki-laki yang bernama Zul itu hanya mengangguk sekilas, melanjutkan acara seduh-menyeduhnya, lalu beberapa saat kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Sella dan Eil yang tengah duduk di kursi pojok ruangan. "Lo berdua mau nggak? Biar sekalian gue bikinin." Tawarnya dengan mengangkat cup yang berisi kopi.

Eil hanya tersenyum sopan sambil menggeleng, gadis itu tidak berniat menyiksa dirinya lebih jauh lagi untuk mengonsumsi segelas kopi pagi ini, di saat semalaman Ia terjaga dan paginya bahkan Ia belum mengisi perutnya, kalau diingat-ingat, Eil hanya meneguk dua gelas air putih tadi pagi sebelum kesetanan berlari ke arah Sella yang menunggunya di depan gerbang rumahnya.

"Nggak usah deh kak, nggak biasa minum kopi pagi-pagi soalnya." Tolak Sella dengan disertai dengan senyumannya. Tidak heran Sella selalu dijuluki dengan social buterfly, karena memang pribadinya yang ramah dan cepat bergaul.

My Ineffable SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang