BAG - 22 Awal dari Juna

227 28 1
                                    

Sebelum baca, yuk vote dulu, hehehe

Terima kasih karena sudah setia mengikuti cerita ini

Happy Reading!!

***

Hari terakhir ujian tengah semester akhirnya datang juga. Gelak tawa yang hampir dua minggu terakhir jarang Arjuna dengar dari segala penjuru sisi kelasnya kini kembali terdengar. Semua yang baru saja mengumpulkan tugas akhir sebagai assignment ujian tengah semester mereka bersorak riang, seolah-olah merasa terbebas dari yang namanya simulasi neraka, hari-hari berat dengan segala tubes yang tak ada usai-usainya.

"Wah gila gue udah tiga malam nggak tidur, pulang ke kontrakan gue mau tidur sampai pak Bejo kelar cuti, deh."

Mendengar ucapan tersebut, mau tidak mau Arjuna tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Sudah menjadi rahasia umum jika anak Teknik terkenal dengan sebutan manusia kurang tidur, bayangkan saja hampir dua minggu terakhir hidup mereka tidak jauh-jauh dari kegiatan turun lapangan lalu dilanjutkan dengan mengerjakan laporan sampai lupa diri.

Umumnya jika di fakultas lain kegiatan ujian tengah semester tidak jauh-jauh dari mahasiswa datang ke kampus, mengerjakan soal yang diberi dengan waktu tertentu kemudian selesai, beda halnya dengan di Teknik, rata-rata ujiannya menggunakan sistem project yang ujung-ujungnya menjadi tugas besar.

"Rapat Korlap untuk senin jadi, Jun?"

Juna menoleh ke belakang, mendapati Rangga yang tengah menatapnya sembari menunggu jawaban darinya, lalu sepersekian detik setelahnya Juna mengangguk, "Bang Raka bilang rapatnya di aula Teknik karena Korlapnya kebanyakan dari fakultas kita." Sahutnya kemudian yang oleh Rangga hanya membalas dengan anggukan singkat, tapi sejurus kemudian laki-laki itu berdiri dari duduknya.

"Woy!! lo semua senin pada kuliah 6 sks di jalan ya, Negara sedang tidak baik-baik saja sekarang."

Yang lain hanya mengangguk setuju, membuat Juna menarik senyumnya sembari mengacungkan jempolnya ke arah teman-temannya yang lain.

Salah satu hal yang Juna sukai dari mereka adalah idealisnya untuk menuntut hak-hak kebenaran tidak pernah padam. Padahal jika ingin bersikap bodo amat dan ignorant gampang saja, toh untuk sebagaian dari mereka tidak ada yang dirugikan, apalagi sampai selasa depan mereka semua dibebas tugaskan dari semua mata kuliah, tapi alih-alih menggunakan waktu itu untuk beristirahat, kebanyakan dari mereka dengan ikhlas ikut turun ke jalan menuntut hak-hak rakyat kecil.

"Jangankan 6 sks, 24 sks aja gue temanin tuh wakil rakyat biar melek posisinya apa." Tama yang hendak keluar kelas kemudian menarik diri untuk menghadap Arjuna dan juga Rangga yang ada di kursi pojok.

"Thanks bro!"

"Santai aja kali Jun, gue sama keluarga gue memang bukan orang-orang yang akan kena dampak langsung sama sistem aturan ngaco pemerintah sekarang, cuman gue masih punya hati nurani ngeliat orang-orang kecil di luar sana hidupnya semakin susah."

Arjuna menanggapinya dengan senyum tulus, menepuk pundak Tama pelan lalu menyahut, "Aturannya lo masuk BEM, Ma, sumber daya semacam lo begini harusnya jadi makanan BEM."

Sedangkan Tama hanya tertawa ringan menanggapi, "Aslinya gue nyesel banget sih sekarang, soalnya kemarin gue lewat sekret lo pada ada cewek cakep banget di sana."

Arjuna tertawa sumbang, "Siapa emangnya?"

"Ada itu yang nyanyi pas lagi pemilihan Presma sama Rayyan kemarin, anak Arsi kalau gak salah." Jawab Tama dengan santai diikuti dengan senyum kecilnya.

Mendengar jawaban demikian dari Tama membuat raut muka Juna berubah secepat kilat. Juna tentu tahu siapa perempuan yang Tama maksudkan, tidak ada nama lain yang ada dalam kepala Juna sekarang selain nama Eileria, dan untuk banyak alasan, entah kenapa Arjuna cukup tidak suka menerima fakta itu.

My Ineffable SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang