BAG - 7 Hipotesa Sella

360 38 1
                                    

Jangan lupa vote dan comment, ya :)

Happy Reading!!!

***
Kelas konstruksi bangunan baru saja usai. Seperti harapan Eil, gadis itu mampu mengikuti kelas dengan keadaan yang baik-baik saja, walaupun pusing di kepalanya masih sering datang karena selain Ia telat makan pagi, kelas pak Toriq yang berdurasi 3 sks benar-benar menggerus habis energinya.

"Lo mau balik atau ikut rapat dulu? Kalau emang mau balik, gue anterin lo dulu, ntar lo gue ijinin aja nggak bisa ikut rapat." Ucap Sella yang sedang mengemasi barang-barangnya.

Eil menghentikan gerakannya, meletakkan kembali buku yang hendak ia masukkan ke dalam tasnya, lalu menoleh ke arah Sella. Eil baru saja mengingatnya lagi, alasan kenapa Ia tidak langsung tidur setelah acara maraton drakornya semalam adalah karena sebuah pesan yang dikirimkan oleh Arjuna yang baru saja Ia baca setelah acara maraton drakornya ia usaikan.

Mungkin lo udah dapet broadcast undangan rapat, tapi gue cuman mau bilang, jangan lupa datang, jangan lari lagi, kita belajar sama-sama di sini, ada gue, ada bang Raka juga.

Rentetan kalimat tersebut, entah kenapa lagi-lagi menghadirkan perasaan aneh dalam diri Eil. Dengan ajaibnya pada pukul 3 pagi, Eil kembali memikirkan kenapa Ia begitu kekeh untuk mengikuti kemauannya sendiri walaupun pada akhirnya itu semua hanyalah ilusi, Eil benar-benar memenuhi pikirannya dengan hal-hal yang Ia benci untuk Ia akui bahwa semuanya memanglah benar, dia hanyalah pion, dan menyerah pada pilihannya adalah satu-satunya kemampuan yang Ia miliki.

Eil kembali tersadar saat Ia merasakan punggung tangan Sella menyentuh dahinya, Eil bisa melihat raut wajah khawatir yang terpancar dari gadis itu.

"Apaan sih, gue nggak sakit, kali." Sahut Eil sembari menyingkirkan tangan Sella dengan halus.

Sella bergeming, kemudian menatap ngeri ke arah Eileria, "Lo kayak orang kesambet, tau nggak?!" Ucapnya lalu menyampirkan tas di pundaknya.

Eil yang melihat Sella telah selesai mengemas barang-barangnya kemudian dengan secepat kilat memasukkan barang-barangnya ke tasnya, lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu.

"Jadinya gimana? Mau gue anter balik atau mau ikut rapat?"

Eil menghentikan langkahnya, menatap ke arah Sella yang tanpa komando juga ikut menghentikan langkahnya, sehingga posisi mereka sekarang saling berhadapan di depan pintu kelas, beruntung pintu ruangan itu dibuat dengan ukuran yang lebar, sehingga keduanya tidak menganggu aktivitas orang-orang yang keluar masuk ruangan tersebut.

Eil menghela nafasnya, kalau boleh jujur, Eil sekarang lebih ingin pulang ke rumahnya, beradu mesra dengan tempat tidurnya, atau minimal Ia akan mengerjakan tugas-tugas kuliahnya yang tersisa. "Gue ikut lo aja deh, lagian gue udah mendingan, kok." Ucap Eil pada akhirnya.

Sedangkan gadis di depannya hanya menatapnya dengan penuh selidik. Sella menghembuskan nafasnya kasar. "Eil lo kalau emang nggak kuat, biar gue anter pulang aja."

Eil menggeleng, memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju ke arah tangga yang juga diikuti oleh Sella di belakangnya.

"Masih ada waktu bentar, lo mau makan dulu nggak? Hokben yang lo titipin tadi nggak gue makan sampe abis, Sell."

Sella mengerutkan keningnya, "Eh, tunggu dulu!" Lalu sepersekian detik gadis itu menarik lengan Eil, menggagalkan langkahnya untuk menuruni gundukan anak tangga pertama.

"Hokben? Gue? Kapan?" tanya Sella dengan nada bingung.

Eil juga menatap Sella dengan kening yang mengerut serta alis yang bertaut, tidak mengerti dengan rentetan pertanyaan yang dilontarkan oleh Sella. 'Loh, Kak Juna bilang....."

My Ineffable SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang