BAG - 13 Panggung Kaget

269 32 3
                                    

Yuk vote dan komen duluuu

Happy reading!!!

***

Sebagai salah satu calon yang mencalonkan diri dalam pemilihan Presma tingkat Fakultas, aktivitas Arjuna hari ini tentu saja tidak kalah padatnya seperti hari-hari sebelumnya. Kendati demikian, hari ini Ia lebih merasa santai dikarenakan tidak ada aktivitas serius selain ikut memantau keberlangsungan PEMIRA, sejujurnya tidak ada yang perlu dikhawatrkan mengingat semua panitia yang bekerja sudah mempersiapkan keberlangsungan acara dengan matang. Namun tetap saja yang namanya berpolitik akan tetap ada persitegangan dibeberapa elemen yang entah apa motifnya, semuanya seolah-olah sudah menjadi budaya dalam hal berpolitik, bahkan sekecil berpolitik dalam ranah akademik seperti ini. Oleh karenanya, hal-hal semacam itu haruslah diberi perhatian extra mengingat kecurangan dapat terjadi dimanapun dan sekecil apapun.

"Sejauh ini masih aman sih, Jun. cuman di tingkat Universitas rada panas karena pelik dari beberapa prodi di bawah rektor itu." Arjuna yang saat ini sedang duduk bersama beberapa anggota kepungurasn BEM yang masih menjabat lainnya mulai bersuara setelah sedari tadi hanya mengamati mahasiswa dan mahaswi yang berlalu-lalang di hadapan mereka.

"Gue kira udah kelar duduk perkaranya kemarin, bang." Kali ini Juna menyahut sembari matanya tak lepas memandangi seorang gadis yang tengah berjalan dengan riangnya di hadapan mereka. Entah apa yang membawa gadis itu dengan suasan hati yang baik, tapi saat memandangnya Juna tidak ada pikiran lain selain ikut tersenyum secara tidak gamblang, jaga-jaga orang disekitarnya menganggapnya aneh.

"Gue juga mikirnya gitu, apalagi mediasinya besar-besaran kemarin, cuman ya lo tahu sendirilah gimana jalan pilihan orang-orang dalam berpolitik." Zul yang sedari tadi menjadi salah satu lawan bicara Juna yang paling aktif kembali bersuara. Menghisap dalam nikotin yang ada di tangannya kemudian mengedipkan matanya tatkala mendapat basah ada beberapa gerombolan mahasiswi yang tengah menatap ke arah mereka, lebih tepatnya lagi ke arah Juna. "Buset baru gue kedipin udah pada heboh banget itu bocah." Sahut laki-laki yang memiliki rambut gondrong itu sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Padahal yang mereka hebohin buka lo, bang." Kali ini giliran Farel yang berkomentar, melempar senyuman jenaka ke arah Zul yang dibalas dengan tatapan tengsi dari laki-laki itu.

"Gue cabut bentar, Rel, bang, mau kontrol anak-anak yang lain." Merasa tidak ada yang perlu lagi Ia bicarakan, Juna memilih untuk beranjak pergi. Kalau boleh Ia jujur, sejujurnya Ia juga tidak tahu mengapa Ia memilih untuk beranjak pergi, membawa langkah kakinya ke arah yang entahlah di mana sebenarnya dia mau tuju, tapi mungkin saja ke tempat di mana gadis yang Ia perhatikan tadi berada.

Dan, di sinilah Arjuna, laki-laki itu dengan langkah asalnya membawa dirinya untuk berada di backstage Panggung Kaget, bersamaan dengan pandangannya yang langsung Ia tunjukkan pada tiga orang yang tengah berbicara akrab, satu hal yang luput dari rasa biasa sajanya Juna, sejak kapan Eileria terlihat sedekat itu dengan Rayyan? Dan oh apakah baru saja Juna tertagkap basah tengah menatap gadis itu? Berhubung untuk sepersekian detik Juna bisa merasakan bahwa Eileria sempat membawa pandangannya ke arahnya meskipun buru-buru perempuan itu kembalikan pandangannya ke arah Arayyan yang ada dihadapannya.

Juna dengan lamunannya tidak akan bisa dipisahkan jika suara nyaring Sella yang terdengar sangat nyaring masuk ke dalam indera pendengaranya. "Kak Juna!! kakak harus tahu kalau nanti ada special stage dari BEM. Itung-itung persembahan awal atas kemenangannya kakak nanti." Perempuan itu tanpa mengenal ampun dalam mengeluarkan suaranya berbicara dengan nada hampir berteriak tatkala pandangannya menangkap keberadaan Arjuna.

"Heh lo tuh, ya Tuhan Sell, kecilin suara lo napa, kedengaran sampe luar tau." Sahut Eil yang sudah tidak tahan dengan sikap Sella yang cenderung bar-bar dalam bersuara, sembari membawa tatapannya ke arah Juna yang tengah melangkahkan kakinya menuju ke arahnya, lebih tepatnya ke arah mereka bertiga.

My Ineffable SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang