BAG - 23 Chaos

277 24 8
                                    

Sebelum baca, yuk vote dulu, hehehe

Terima kasih karena sudah setia mengikuti cerita ini

Happy Reading!!

***
Berjam-jam telah berlalu sejak terakhir kali Eileria bersama dengan Arjuna, namun bayangan laki-laki itu sama sekali tidak pernah lepas dari kepalanya. Entahlah, hal-hal yang Ia lewati akhir-akhir ini terlalu rumit untuk Ia cerna, lebih-lebih jika menyangkut tentang laki-laki itu.

Sekali lagi, Eil memusatkan perhatiannya pada rentetan kalimat yang dikirimkan laki-laki itu bermenit-menit yang lalu yang berakhir hanya Ia baca lewat pop bar notifikasi handphoennya.

Omongan gue tadi bener-bener serius, Eil. Lo mungkin bingung tapi gue juga sama bingungnya.

Mungkin lo akan ngerasa ini terlalu tiba-tiba, but Eil, trust me, gue udah ngerasain perasaan ini since months ago, in that span time, gue mencoba figuring it out, dan apa yang gue bilang ke lo tadi adalah apa yang udah gue pikirin selama ini.

Pas gue minta lo untuk coba ada dalam satu hubungan dengan lo, i do really mean it.

Lagi, Eil menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia harusnya merasa senang, setidaknya fakta bahwa Arjuna juga menaruh rasa padanya bukanlah hal yang buruk, bukankah Ia juga menyukai laki-laki itu? Walaupun kenyataan menyakitkannya bahwa Ia mencoba menghilangkan perasaannya namun tetap saja, Arjuna selalu mampu untuk terus menerus datang memenuhi isi kepalanya.

Sejujurnya, rentetan kata yang dikirimkan oleh Arjuna itu sudah cukup membuat kewarasan Eil hilang, Ia nyaris meleburkan dirinya pada senang yang tak ada ujungnya. Apa yang membuatnya bertanya-tanya juga cukup mampu dijawab oleh pengakuan laki-laki itu. Namun, biarkan Eil memberikan kesempatan keraguannya mendominasi kali ini.

Arjuna bukan orang yang baru saja Ia kenal kemarin, setidaknya beberapa bulan terakhir mengenal laki-laki itu Eil cukup bisa mengambil bayangan orang seperti apa dia. Segala perhatiannya, segala bentuk tindakannya terhadap dirinya mungkin saja Eil bisa menerima bahwa faktanya mungkin laki-laki itu betulan menaruh rasa padanya. Tapi tetap saja Eil tidak bisa menaruh banyak percaya. Kemungkinan bahwa Ia bisa saja dijadikan oleh laki-laki itu pelarian dari mantan kekasihnya semata benar-benar mengganggunya, belum lagi fakta bahwa selama ini Eil betulan menganggap segala perhatian dan tindakan Arjuna terhadapnya tidak lain karena Ia adalah adiknya Raka juga benar-benar membuatnya berpikir seribu kali.

Eil masih cukup waras untuk tidak melemparkan dirinya dengan mudah, Ia memang menaruh rasa pada Arjuna, laki-laki itu juga cukup banyak mengambil tempat dalam pikirannya, tapi Eil tidak bisa dengan mudah memberi dirinya pada luka yang lainnya, tidak sekali lagi.

Sekali lagi, Eil menghembuskan nafas kasarnya, meninggalkan pesan yang dikirimkan oleh Arjuna tidak terbaca adalah pilihan yang tepat untuknya sekarang. Setidaknya tidak untuk sekarang untuk Ia menjawab pesan-pesan itu. Eil membutuhkan dirinya dengan perasaan yang tenang, dan memutuskan untuk berendam adalah pilihannya sekarang.

***

Senin pagi dengan suasana meja makan yang ramai adalah hal yang selalu Eil senangi. Bertahun-tahun kehilangan suasana itu, Eil tidak pernah tidak senang untuk merasakannya lagi walaupun dengan orang yang berbeda. Jika dulu Ia akan mendapati suasana meja makan yang ramai yang diisi oleh Ia, bunda dan Ayah, sekarang dengan Keenan, Bang Raka, Tante, dan juga Papa juga tetap mampu mengobati rasa rindu Eil akan hal tersebut.

Seperti hal-hal biasanya, Eil akan melihat tante yang akan memenuhi piringnya, papa yang akan selalu menanyakan hari-harinya di kampus, bang Raka yang kadang-kadang membual perihal tingkah lakunya di kampus, lalu Keenan yang tak ada henti-hentinya mengutarakan inginnya untuk segera merasakan menjadi anak kuliahan.

My Ineffable SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang