Yuk vote dan komen duluuu
Happy reading!!!
***
Hari-hari berjalan dengan penuh kesibukkan yang tak pernah Eileria harapkan. Menjalani kehidupan sebagai mahasiswi teknik arsitek semester 3 serta cukup aktif dalam berorganisasi membuat Eil tidak lepas dari berbagai tanggung jawab yang harus Ia pikul.
Kendati hal tersebut bukanlah hal yang Eileria harapkan sedari awal, bahkan penolakannya terhadap posisinya yang menjadi anggota BEM masih kerap dirasa ada, tapi akhir-akhir ini Eil lebih mencoba menikmatinya, karena sekali lagi percuma Ia melayangkan penolakan-penolakannya, yang ada Ia hanya membuang-buang waktu dan buang-buang kesempatan untuk belajar, begitu kata Naraka dan Rayyan yang tempo hari pernah menasehatinnya.
Berbicara tentang Rayyan, semenjak laki-laki itu mengungkapkan perasaannya yang tidak terduga padanya, hubungan keduanya tidak mengalami perubahan, Eil tidak tahu harus bersikap seperti apa, serta merta Rayyan yang meyakini Eil bahwa Ia hanya mencoba jujur pada perasaannya.
Eil ingat di suatu sore saat keduanya tengah duduk di depan sekretariat untuk membicarakan proker divisi Humas beberapa bulan yang lalu, kala itu Eileria dengan lagak yang mencoba terlihat santai berusaha untuk menyembunyikan kegugupannya saat harus duduk bersebalahan bersama Rayyan, walaupun sejak awal Rayyan sudah mengatakan untuk tidak terlalu memikirkan perihal pengakuannya, tetapi tetap saja Eil merasa cukup sangsi berdekatan dengan laki-laki itu.
"Kak lo beneran nggak sih dulu tuh bilang suka sama gue?" Kini keduanya sedang berada di dalam mobil dalam perjalanan pulang setelah seharian melakukan survey lokasi untuk salah satu proker divisi Humas yang akan dilakukan saat weekend nanti di daerah pucak.
Rayyan yang duduk di kursi pengemudi di samping Eileria menoleh, lalu sepersekian detik setelahnya kembali memfokuskan dirinya ke arah jalanan yang ada di hadapannya.
"Kenapa nanya gitu?"
Eil mengerutkan keningnya, "Karena gue ngerasa lo nggak menunjukkan ketertarikkan lo ke gua?" sahut Eil dengan nada yang kedengaran ragu.
Eil juga tidak yakin dengan jawaban yang Ia lontarkan, bukannya Ia berharap dan merasa perlu untuk menuntut Rayyan untuk menunjukkan perasaannya yang kerap membua Eil bingung, hanya saja Ia seolah merasa perlu untuk memastikannya.
Rayyan yang tengah duduk di kursi pengemudi tertawa ringan menanggapi, "Gue udah dewasa Eil, dan nunjukkin rasa suka gue nggak mesti gue bilang suka ke lo tiap hari, kan?" sahutnya yang kemudian membuat Eil mengalihkan pandangannya ke arah jendela, yang jaelas gadis itu tengah berusaha menghindari pandangan Rayyan yang sesekali menoleh ke arahnya.
"Just like you were to Juna, bedanya lo tahu perasaan gue dan Juna enggak." Lanjut Rayyan lagi yang kini membuat Eil disampingnya tengah menggigit bibirnya dalam-dalam, merasa terperangkap dalam perasaan dan suasana yang cukup mengganggu perasaannya.
"Sorry, kak."
"for what? Perasaan lo nggak ada salah sama gue."
"For not being good enough untuk balas perasaan lo?" sahut Eileria yang seolah terdengar seperti sebuah tanya sembari menghadapkan pandangannya ke arah Arayyan yang tengah fokus mengemudi di sampingnya.
"Gue nggak minta lo balas perasaan gue, Eil. Gue tipe orang yang menganggap kalau perasaan itu nggak bisa dipaksakan. It's okay, gue cuman ingin menjadi laki-laki yang brave enough untuk nggak jadi pengecut sama perasaan gue sendiri. Lo jangan ngerasa terbebani gitu." Balas Arayyan dengan melempar senyum ke arah Eil.
Eil membalasnya juga dengan melempar senyuman hangat, kenapa rasanya Ia tidak bisa membalas perasaan laki-laki di sebelahnya ini saja, dari awal juga Eil yakin Ia pernah menyimpan rasa kagum pada sosok Rayyan, tapi kenapa tak ada celah untuk hatinya menyambut perasaan Rayyan?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ineffable Senior
RomanceEileria Steward adalah gadis yang menjunjung tinggi prinsip hidupnya, termaksud prinsip untuk mempertahankan kewarasannya dalam dunia perkuliahannya. Menjadi mahasiwa kupu-kupu tidak menjadi masalah besar bagi Eil, karena sejauh ini dia merasa nyama...