Bag 19 - Perhatian dan Penolakkan

250 30 3
                                    

Yuk vote dan komen duluuu

Happy reading!!!

***

Seperti hari-hari biasanya sebagai mahasiswi departemen teknik arsitek, tidak ada hari yang Eil lewatkan tanpa memikirkan deadline tugasnya yang semakin hari semakin banyak. Kadang Eileria berpikir, selama setahun lebih Ia kuliah, Ia kerap dihadapkan dengan kondisi di mana tugas-tugasnya sering datang di waktu yang bersamaan, hal yang membuat perempuan itu berpikir mungkinkah dosen-dosennya sengaja mengatur waktu penugasan secara bersamaan sehingga munculah istilah kerja rodi di bawah tekanan yang mampu membuat siapapun bisa gila dibuatnya.

"Lo hari ini masih di rumah kak Raka?" Sella yang tengah mengemasi barang-barangnya di atas meja berhenti sejenak, mengalihkan tatapannya ke arah Eileria yang juga tengah mengemasi barang-barangnya.

"Nggak tahu, di rumah bang Raka sepi, papa sama tante lagi di Bali soalnya." Eileria menjawab pertanyaan Sella sembari mengemasi sisa-sisa barangnya lalu menatap ke arah Sella yang sudah selesai mengemasi barang-barang miliknya, "Emangnya kenapa?" tanyanya kemudian tatkala Sella tidak memberi respon atas jawabannya yang Ia lontarkan.

Sella hanya diam beberapa saat, sampai pada akhirnya Ia menatap Eil dengan ekspresi centilnya, "Jadi gini, kitakan ada deadline dari matkul Konstruksi Bangunan, gue udah nggak sanggup modusin kating buat bantuin gue nyelesain deadlinenya, dan berhubung karena abang lo itu anak Sipil, sekalian aja minta tolong kak Raka, Eil." Sahut Sella dengan memasang tampang berharap, sembari mengkedip-kedipkan matanya yang membuat Eil ingin sekali mencoloknya.

"Sibuk dia orangnya, Sell, sering pulang malam, lagia lo mana bisa keluyuran malam-malam." Jawab Eileria sembari menyampirkan tasnya, bersiap-siap mengambil langkah untuk ke luar kelas setelah melihat beberapa orang dari kelas yang lain mulai memasuki ruangan kelas yang mereka tempati.

"Ya kalau keluarnya belajar, bisa dipertimbangkan Eil, kemarin gue nginap lagi di sekretariat nggak masalah tuh sama orang di rumah gue."

Eil menghentikan langkahnya tepat di depan ruangan kelas, menghadapkan tubuhnya ke arah Sella yang masih menatapnya dengan penuh harap, membuat Eil merasa aneh untuk sesaat namun urung Ia pikirkan lebih lanjut. "Ya udah, tapi gue nggak jamin malam ini bang Raka pulangnya cepet."  Sahut Eil dengan melangkahkan kakinya yang langsung diikuti oleh Sella di belakangnya dengan senyuman yang perempuan itu tarik selebar mungkin, namun baru beberapa langkah Eil melangkahkan kakinya, Ia tiba-tiba menghentikan langkahnya, diikuti oleh Sella yang tanpa komando juga ikut menghentikan langkahnya, sekaligus menatap Eil bingung.

"Sell, gue nggak tahu kenapa gue punya pikiran begini, lo suka sama bang Raka, ya?"

Sedangkan Sella yang mendengar pertanyaan tersebut keluar dari mulut Eileria hanya diam, menggaruk tengkuknya sebentar sampai pada akhirnya Sella mengangguk dengan ragu, belum sepenuhnya terbiasa untuk berhadapan dengan fakta bahwa Eil mengetahui perasaannya, bagaimanapun Eil adalah orang terdekat Naraka, walaupun  Sella kerap merasa tidak masalah jika Naraka mengetahui perasaanya, namun tetap saja Sella masih sering merasa sangsi.

Sebagai jawabannya, Eil hanya menarik nafas panjang, "Gila lo kalau suka sama buaya macam dia." Sahutnya kemudian sembari menatap Sella dalam, berusaha mencari celah atas pengekuan yang baru saja dilakukan oleh sahabatnya itu. Namun nampaknya Eil harus menelan fakta yang cukup mampu membutanya terkejut, Sella mungkin benar saja memiliki perasaan terhadap Naraka, dan untuk apanya, Eil merasa iba pada gadis itu.

***

Seperti yang Eil katakan sejak mereka keluar kelas siang tadi, bahwa Naraka semenjak menjabat sebagai Ketua Bem universitas, laki-laki itu berubah menjadi sangat sibuk sampai terkadang pulang ke rumah saja tidak sempat. Kendati demikian, walaupun jam dinding di kamar Naraka menunjukkan pukul 8 malam, namun Eil cukup merasa lega karena laki-laki itu akan menyempatkan waktunya untuk pulang lebih awal dari biasanya, sekaligus membuat Sella yang sedari tadi duduk kikuk di ujung ranjang menjadi semakin tidak tenang.

My Ineffable SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang