Bag - 17 Lepas dan Sesal

243 25 4
                                    

Yuk vote dan komen duluuu

Happy reading!!!

***

Berbeda dengan suasana di Teknik yang bahkan hari minggu saja terlihat ramai, di fakultas Kedokteran malah terlihat sebaliknya, terlihat sepi dengan hanya beberapa orang yang berlalu lalang di sekitaran gazebo dan meja bundar yang ada di sekitaran taman departemen Kedokteran Gigi, bahkan suara tonggeret terdengar beradu nyaring sore itu. Kendati demikan hal tersebut bukanlah hal yang bisa membuat Arjuna yang sedari tadi duduk termenung merasa aneh, Ia luar biasa pahamnya bagaimana hari minggu seolah-olah menjadi golden day untuk mahasiswa yang ada di fakultas ini.

Saat Arjuna masih hanyut dalam pikirannya, tepukan hangat di pundaknya menyadarkan laki-laki itu kembali, membuat pandangan Juna teralihkan seratus persen langung ke arah perempuan yang telah menyandang sebutan sebagai kekasihnya setahun lebih belakangan ini.

"Kamu udah lama di sini? Sorry, coass lab aku mintanya ketemu hari minggu jadi kamu harus repot-repot ke sini." Dengan senyuman yang terpatri manis di bibir, Alika menyahut sembari mendaratkan bokongnya di kursi semen dari meja bundar yang ada di hamparan taman departemennya.

Satu hal yang tidak luput dari pandangan Arjuna, perempuan di sampingnya sekarang tengah tersenyum hangat padanya, seolah-olah apa yang terjadi antara keduanya belakangan ini adalah angin lalu yang tak cukup mampu mengganggu ke duanya, lebih tepanya tak cukup menggangu perempuan di sampingnya sekarang.

Seolah merasa aneh dengan Juna yang tak kunjung menjawab pun menyapanya kembali sejak kali pertama menampakkan diri, Alika mencoba berdehem, dengan maksud untuk mencairkan suasana yang semakin lama semkain memunculkan rasa tidak nyaman dalam dirinya. "Acara demis kamu udah kelar?" Sahutnya kemudian dengan alibi lagi-lagi ingin menarik Arjuna dari keterdiamannya.

"Aku mau ngomong sama kamu." Dengan berat hati dan raut wajah yang terlihat berkecamuk, Juna mulai membuka suara, membawa tatapannya lebih serius ke arah Alika yang tengah melepas tarikan senyumannya perlahan, meninggalkan raut muka tidak nyaman dan cenderung enggan untuk tertarik dengan arah pembicaraan mereka.

"Kamu mau ngomong apa lagi sih Jun, terakhir kali kamu mulai pembicaraan dengan kalimat itu kita ended up berantem minggu lalu di apartement aku." Alika berucap dengan nada yang terdengar sedikit frustasi. Sejak Arjuna mengirimkan pesan beberapa waktu lalu yang mana laki-laki itu menanyakan keberadaanya, Alika sudah salah menempatkan diri untuk meyakini bahwa Arjuna akan datang padanya dengan hal baik, namun yang terlihat oleh matanya sekarang, keduanya bisa dibilang di ambang kata baik-baik saja.

Arjuna menarik nafasnya dalam, pikirannya mulai berkecamuk, mulai menimbang-nimbang jauh perkara hal yang ingin Ia lakukan dan katakan sekarang, "Kita udahan, ya Ka."

Sedangkan Alika di hadapannya mentapnya dengan tatapan yang sulit Juna artikan, tatapan Alika terlalu rumit untuk dipahami, akan tetapi sudut mata perempuan itu terlihat bergetar, membasahi ujung kelopak matanya dengan lembab.

Menarik nafas dengan dalam, Alika mencoba mencerna perkataan yang terlontar dari laki-laki yang tengah menatapnya dalam di sampingnya, udahan, katanya, Alika bahkan tidak pernah bermimpi untuk mendengar kata-kata sampah itu keluar dari mulut laki-laki itu.

"Kenapa Jun? kenapa mau udahan? Karena si Eil Eil itu? Gila ya kamu, aku udah cukup berbesar hati ngertiin kamu selama ini, dan hanya karena gadis murahan  itu kamu mau ninggalin aku begitu saja? Kamu Gila Jun!" Alika menyahut dengan nada yang cukup keras, membuat beberapa orang yang masih ada di sekitaran mereka menatap penasaran ke arah mereka berdua. Tapi Alika tidak peduli, Ia hanya tak habis pikir dengan kelakuan Arjuna yang entah mengapa semenjak Alika tahu eksistensi perempuan yang bernama Eileria itu ada, Juna semakin sulit untuk Ia kenali, dan Alika benci itu semua.

My Ineffable SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang