18. Pertemuan Tak Terduga

2.9K 354 26
                                    

Sebenernya kalian tuh suka gk sih sm nih cerita??

___

Hari pertama Habin bekerja. Sungjae memperingatkannya agar lebih hati-hati dalam melakukan hal apapun. Tentu saja. Tanpa diberitahu pun, Habin tahu itu. Karena ia begitu menyayangi bayi yang masih dalam kandungannya ini.

Hanya saja semenjak hamil, ia merasakan tubuhnya yang jadi mudah lelah. Tak jarang Habin meminta izin pada Naeun untuknya beristirahat sebentar. Beruntung orang-orang di sini baik padanya. Membuat Habin semangat mencari uang demi masa depannya bersama sang buah hati nanti.

"Permisi, saya ingin pesanㅡ"

Habin membalikkan badannya yang tengah mengelap meja, saat seseorang berbicara padanya. Namun, sosok pria di hadapannya merubah Habin menjadi sebuah patung.

"Habin," ujar Taehyung. Raut wajahnya menegaskan keterkejutan luar biasa.

Habin masih ingat sekali kata-kata kasar Taehyung yang tak percaya padanya. Dan, sampai saat ini rasa sakit itu masih bercokol. Ia melirik Taehyung sekilas, lalu pergi begitu saja dari hadapan bosnya itu.

Nyatanya tidak semudah itu melarikan diri. Sebab Taehyung justru menahan tangannya.

"Aku ingin bicara denganmu."

Habin memejamkan matanya perlahan. Kemudian, melepaskan tangan Taehyung yang masih bersarang.

"Sepertinya sudah tak ada lagi yang harus dibicarakan."

"Kita harus meluruskan semuanya."

"Maaf. Tolong, aku sedang bekerja. Kalau ingin memesan sesuatu, silahkan katakan."

Miris rasanya saat seorang gadis yang masih bertempat dihatinya bersikap acuh seperti ini. Apalagi Habin sama sekali tak ingin memandangnya. Tak ingin membuat Habin semakin tidak nyaman akan kehadirannya, Taehyung segera mengatakan pesanannya.

.
.
.

Pukul lima sore, Habin berpamitan pada Sungjae untuk pulang.

"Perlu kuantar?" Tawar Sungjae.

"Tidak usah, sajangnim. Lagipula, rumahku tak jauh dari sini. Kalau begitu, aku pamit pulang dulu."

"Baiklah. Hati-hati di jalan."

Habin membalas senyum Sungjae. Selepas itu, mengundurkan diri dari hadapan bosnya itu.

Dalam perjalanan menuju halte bus yang hanya memakan waktu lima menit dari kedai. Habin tak menyadari jika seseorang menguntitnya secara diam-diam. Jarak mereka semakin dekat. Tepat beberapa langkah lagi, tangan lelaki itu mengayun, meraih tangan Habin begitu cepat. Sehingga membuat Habin membelalakan matanya terkejut.

"Sajangnim!" Mata yang membulat itu berubah menyipit.

.
.
.

"Jadi ... mau bicara apa? Aku tidak punya banyak waktu."

Dipengawal kata, Habin langsung berujar seolah dia tidak ingin berlama-lama dengan Taehyung. Hal itu justru sangat menyakiti hati pria tersebut.

Taehyung menyimpulkan senyum miris. "Tampaknya kau membenciku sekarang." Ujar Taehyung bernada sedih.

"Aku tidak membenci, sajangnim."

"Tapi, dengan kau bersikap dingin seperti ini. Menandakan bahwa kau benci padaku."

"Aku hanya kecewa pada semua orang yang dulu paling aku percayai malah tidak mempercayaiku. Tidak ada yang peduli padaku disaat aku butuh sandaran. Bahkan itu Ibuku sendiri."

Baby From A Little Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang