16. Bertemu Lagi

3.1K 336 13
                                    

Habin menarik napasnya lebih dulu sebelum memasuki kedai yang menjadi harapan terakhirnya ini. Ia sudah lelah mendengar kata penolakkan, seperti yang tadi-tadi. Habin menyimpan harapan besar pada kedai kecil yang berada di wilayah strategis ini.

Perlahan, perempuan itu mendorong pintu kaca kedai ini. Seorang wanita yang terlihat lebih tua darinya itu menyambutnya hangat dan mempersilahkan masuk.

"Ada yang ingin anda pesan?" Tanya pelayan wanita itu.

"Eeh, sebenarnya saya kesini bukan untuk membeli. Tapi, tidak sengaja melihat tulisan di depan kalau kedai ini sedang membutuhkan tenaga kerja perempuan. Apa saya masih bisa?" Tanya Habin ragu-ragu.

Tidak langsung menjawab, wanita itu malah meneliti Habin dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sampai secara tak sadar, Habin pun mengikuti melihat penampilannya sendiri yang menurutnya tak ada yang aneh.

"Kau bisa menemui pemilik kedai ini untuk di interview. Mari saya antar."

Habin mengangguk cepat. Awalan yang bagus. Sebab, semua kedai yang menolaknya, tak sampai membuat Habin bertemu dengan sang pemilik. Semoga saja, ini adalah keberuntungan baginya.

Wanita itu mengetuk pintu yang terletak di pojok ruangan. Lantas, membuka pintunya setelah mendengar samar seruan 'masuk' dari dalam sana.

"Sajangnim, ada yang ingin melamar lagi."

"Hm, suruh dia masuk."

Setelah dipersilahkan, Habin memasuki ruangan. Wanita yang mengantarnya kembali ke tempatnya lagi.

"Loh, kau!"

Belum sepenuhnya Habin melihat jelas wajah pemilik kedai ini, tiba-tiba saja suara lelaki itu mengudara akrab. Dia seolah mengenalnya, tapi Habin sama sekali tidak mengingat siapa lelaki itu.

"Anda mengenal saya?" Tanya Habin bingung.

"Wajahmu itu selalu terngiang-ngiang dalam memoriku setelah pertemuan pertama kita. Tega sekali kau tidak mengingatku."

Habin meringis malu. Menyayangkan ingatannya yang buruk. "Maaf. Tapi, aku sama sekali tidak mengingatnya."

"Aku Yook Sungjae. Kau adalah satu dari seribu orang yang bersedia melakukan kebaikkan kecil ini."

Sontak Habin membulatkan matanya. "Oh? Ahjussi?" Akhirnya ingatan itu kembali setelah mendengar kata-kata yang belum lama ini ia dengar.

Sungjae tertawa kencang. "Kau bisa mengingatku juga. Aku kira wajahku yang tercetak di dalam otakmu adalah saat sedang ingin buang air besar."

Habin tersenyum kecil menanggapi candaan lelaki di hadapannya ini.

"Oh iya, ada perlu apa kau di sini? Jangan bilang ingin bekerja?"

Habin tak perlu menuturkan alasan kedatangannya menemui lelaki ini yang nyatanya sudah lebih dulu tahu.

"Ahjussi, benar. Tolong terima aku bekerja di sini. Aku akan bekerja dengan giat,walaupun sedang hamil. Dari pagi, aku selalu mendapat penolakkan karena kondisiku. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Kumohon, ahjussi." Jelas Habin penuh pengharapan.

"Kenapa kau ingin bekerja? Memangnya suamimu tidak memberimu uang, hah?" Kedua alis Sungjae menukik heran.

"Tidak. Bukan seperti itu." Habin meralat cepat. "A-aku hanya ingin bekerja saja agar punya kegiatan yang bisa menghasilkan uang." Jawab Habin sedikit kebingungan memberi alasan.

Sungjae mendelik curiga. Habin menundukkan pandangannya.

Habin tidak ingin menceritakan semuanya pada pria yang baru dikenalnya beberapa hari lalu. Mungkin tidak akan pernah menjelaskan apapun pada lelaki ini. Ia tidak ingin mengundang belas kasih orang lain.

Baby From A Little Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang