Sambil berjalan menuju ruangannya Jimin tak berhenti tersenyum sambil mengusap bibirnya. Saat dimana tadi ia mencium bibir sang istri sebelum berangkat bekerja, rasanya itu masih belum menghilang. Masih membekas sekali. Entah sejak kapan, bibir istrinya itu menjadi candu baginya.
Mendekati ruangannya, Jimin mendapati Namjoon tengah berdiri di depan sana dengan gelisah. Sedikit membuatnya heran.
Saat Namjoon melihat kedatangannya, lelaki itu segera menghampirinya.
"Jimin-ah, sebaiknya kau jangan. masuk dulu." Cegahnya panik.
"Kenapa ini ruanganku? Aku bebas memasukinya sesukaku." Jimin merasa tak terima.
"Iya, aku tahu. Tapi di dalam ..." Namjoon menggantungkan lagi bicaranya. Pria Kim itu memejamkan matanya sambil menarik napas, "Di dalam ada Seo Jira." Ungkapnya kemudian.
"Apa? Bagaimana bisa wanita itu ada di sini?" Jimin terkejut bukan main.
"Dia memaksa untuk masuk. Aku sudah mencoba melarangnya, tapi tidak bisa karena dia sedang hamil. Aku tidak bisa mengasarinya."
Dengan segenap emosi, Jimin memasuki ruangannya. Namjoon ikut bersama bosnya itu. Dan benarlah, Seo Jira sedang santai duduk sambil menggoyang-goyangkan kursi kerja miliknya.
"Apa kau lakukan disini? Cepat keluar!" Perintah Jimin bernada kasar.
Jira bangkit dari duduknya. Perutnya sudah terlihat membuncit. Kandungannya hanya berbeda satu bulan dengan sang istri. Wanita itu menghampirinya. Jimin mempertahankan kemarahannya. Tak lama, sebab, tubuhnya disergap begitu cepat oleh pelukkan.
Namjoon ikut melebarkan matanya.
Jimin menggantungkan tangannya di udara. Enggan membalas pelukkan wanita pengkhianat ini. Namun, Seo Jira mendekapnya terlampau erat. Ia hanya bisa memejamkan erat matanya begitu sesuatu terasa mengganjal di dadanya. Posisi ini membuatnya tak nyaman.
"Jimin-ah, hiks ..." tiba-tiba Jira menangis kencang . Sampai Jimin bisa merasakan kemejanya sedikit basah karenanya.
"Hiks, Jimin-ah, tolong aku. Tolong selamatkan aku dari suamiku." Pinta Jira dengan suara paraunya. "Aku takut terus tinggal bersamanya. Dia memukuliku. Hiks, aku takut sekali." Jira mempererat lilitan tangannya pada pinggang Jimin. Meskipun mantan kekasihnya itu tidak membalasnya.
"Seo Jira, lepaskan aku." Perintah Jimin memaksa tubuh itu menjauh.
"Aku tidak mau melepaskanmu. Aku ingin bersamamu. Hanya denganmu aku merasa aman." Jira semakin menekan tubuhnya agar lebih rapat dengan Jimin. Tanpa mempedulikan bahwa di tengah-tengah mereka ada yang terjepit.
"Seo Jira ..." ucap Jimin penuh penekanan sembari melepaskan tubuh Jira yang melekat kuat padanya. "Lepaskan dulu. Kau akan membunuh bayimu jika seperti ini."
Akhirnya Jira mau mendengarkan Jimin. Perlahan ia menjauh dari tubuh pria itu.
"Namjoon hyung, kau bisa keluar sebentar. Aku tahu apa yang harus kulakukan." Perintah Jimin.
Namjoon mengangguk, lantas keluar dari ruangan tersebut.
Jimin menyuruh Seo Jira duduk di sofa panjang. Wanita itu masih sesekali terisak.
"Minumlah!" Jimin menyodorkan segelas air putih pada wanita itu yang segera diterima dan diminum sampai habis.
Memandang miris wanita yang pernah mengisi hatinya itu minum begitu lahapnya. Bagaimana pun juga dulu ia pernah melindungi wanita ini, mencintainya, dan tak membiarkan siapapun melukainya sedikit pun. Melihatnya sekarang menderita, sedikit mengusik rasa ibanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby From A Little Wife [END]
Fiksi PenggemarBalas dendam mungkin cara terbaik untuk menghilangkan rasa sakit dihatinya. Namun, Jimin terlalu melibatkan emosi, hingga berakhir dengan penyesalan dan rasa bersalah. Start : 30-Desember-2020 Finish : 25-Desember-2021 WALAUPUN CERITA INI UDAH TAMAT...