26. Kakek Park

2.8K 307 24
                                    

Bukankah ini lucu? Satu sudut bibir wanita berbadan dua itu tertarik ketika sepasang maniknya menatap lekat foto hitam putih di tangannya.

Hasil dari perbuatan bejat seorang pria yang merupakan ayah dari bayi dalam kandungannya. Ternyata sudah tumbuh sebesar ini. Nyaris sempurna bentuknya, hanya tinggal menunggu beberapa bulan lagi untuk melihat dunia yang kejam ini.

Dan juga ...

Melarikan diri dari ayahnya.

Habin tidak kuat. Hatinya terlampau sakit mendapat perlakuan dingin dari Jimin. Entahlah ... kesalahan apalagi yang telah diperbuatnya.

Menolong Jiya? Atau karena Taehyung? Sebab Jimin marah padanya.

Cepatlah lahir anakku. Supaya Ibumu tidak merasakan sakit ini lagi.

"Habin,"

Suara Tuan Park mengejutkan Habin yang asik meneteskan air mata. Cepat-cepat wanita itu menghapusnya kasar. Menegakkan kepala dan mendapati sang mertua sudah menempati kursi kosong didepannya.

Habin merajut senyum ditengah hati yang terluka. Menyembunyikan fakta bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa tidak tidur?" Tuan Park memulai percakapan dengan pertanyaan basa-basi.

"Belum mengantuk, Tuan."

"Tuan? Panggil saja abeo-nim. Sama seperti kau memanggil Istriku."

Habin cepat menggelengkan kepala. Sedikit aneh dengan sikap ayah mertuanya ini yang berubah, menurutnya. Berbeda sekali jika dibandingkan dengan hari pernikahan yang terkesan dingin dan mengintimidasi.

"Tidak, Tuan. Rasanya panggilan itu tidak pantas bagi saya."

"Apanya yang tidak pantas?"

"Karena saya hanyalah istri sementara dari putra anda." Ujar Habin menundukkan pandangannya.

Tuan Park tak bersuara lagi. Yang didengar olehnya hanyalah suara helaan napas berat dari lelaki tua itu. Barangkali Habin mengucapkan kesalahan dalam ucapannya tadi. Tapi, gadis itu tidak berani untuk menanyakan.

"Tuan, untuk ucapan Nyonya Park sore tadi, anda jangan khawatir. Saya bisa pastikan setelah melahirkan nanti, saya akan pergi sejauh mungkin dan menghilang dari kehidupan kalian. Saya tidak berharap sedikitpun putra saya kelak menjadi bagian dari keluarga yang terpandang ini."

Bola mata Habin tampak berkilau oleh cairan yang menggenang dikelopaknya. Demi mencegah jatuhnya luka yang terkandung didalam air mata itu, Habin sekuat mungkin menggigit bibir dalamnya.

"Dia cucuku?"

Lama dalam keheningan, Tuan Park membuka suaranya. Bertanya hal lain, seolah mengalihkan pembicaraan. Sebelah tangannya menarik dekat selembar foto hitam putih miliknya.

Jung Habin mengangkat kepalanya, mensejajarkan pandangannya seraya mengangguk mantap.

"Kau menjaganya dengan baik." Ujar Tuan Park. Netranya tak lepas menelusuri foto sang buah hati sembari tersenyum haru.

"Hanya dia satu-satunya harta berharga yang saya miliki di dunia ini."

"Apa Jimin juga menjagamu dengan baik?"

Mula-mula Habin bungkam. Tidak mengerti kenapa tiba-tiba Tuan Park bertanya demikian?

"Hubungan kalian baik-baik saja?" Tanya Tuan Park lagi.

Habin seakan mendapat pencerahan setelah pertanyaan kedua. Rupanya Tuan Park menyadari hal ganjil antara dirinya dan Jimin.

"Tentu saja, Tuan."

Baby From A Little Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang