Tuan Park termangu. Respon Habin jauh dari dugaannya. Nyatanya, gadis itu berbeda dengan wanita-wanita yang mendekati putranya.
Tuan Park terlampau kecewa pada Seo Jira. Padahal, ia telah menganggap wanita itu bagian dari keluarga Park. Tapi, justru, malah menyakiti sang putra. Sebagai seorang ayah, Tuan Park ingin Jimin mendapatkan pendamping hidup yang mencintai tulus apa adanya, bukan karena materi yang dimiliki putranya.
Kecemasan yang menjalar di hati Tuan Park terlalu rimbun, sampai ia menyakiti hati seorang gadis yang tak tahu apa-apa.
Tanpa diketahui dua orang di dalam sana, tersembunyi Jimin yang menguping semua pembicaraan mereka. Bukan hanya ayahnya saja, tetapi Jimin pun ikut terkejut mendengar Habin berbicara demikian.
Sifat ayahnya tak banyak berubah. Kejadian yang sama terulang seperti saat awal-awal dirinya mengenalkan Seo Jira dulu.
Habin berbeda dengan Seo Jira yang dewasa dalam menyingkapi sebuah perasaan. Habin masih terlalu kecil, hati gadis itu pasti sangat terluka.
Jimin secepatnya memasuki ruangan. Mencairkan suasana tegang antar ayah dan calon istrinya.
"Kalian sedang apa? Acaranya akan segera dimulai." Ucap Jimin.
Tuan Park mengangguk, "kau pergilah dulu." Perintahnya angkuh.
"Baiklah." Jimin kemudian meninggalkan mereka lagi.
"Ayo!"
Habin memandang heran Tuan Park saat pria paruh baya itu mengulurkan telapak tangan kepadanya.
"U-untuk apa, Tuan?" Tanya Habin kebingungan.
"Aku yang akan menyerahkanmu kepada Jimin."
Kedua mata gadis itu mulai berkaca-kaca. Menatap Tuan Park tak percaya. Ingin sekali menangis jika tak mengingat upacara pernikahan akan segera dimulai. Perlahan, Habin menempatkan tangannya di tangan Tuan Park yang langsung membungkusnya hangat.
"Tuan, tahu, ayahku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Aku sangat berterima kasih karena tuan sudah mau menjadi waliku." Ucap Habin sangat terharu.
Bertambahlah rasa bersalah dalam hati Tuan Park. Begitu menyesal telah menilai gadis ini buruk.
.
.
.Pintu terbuka lebar, memunculkan Habin dan Tuan Park yang menjadi sorotan berpasang-pasang mata. Berjalan pelan menyusuri karpet merah menuju laki-laki yang kini telah berdiri gagah di ujung altar sana. Pria itu tampak mematung, memandangi mempelai wanita yang tampil cantik luar biasa sampai tidak berkedip.
Tuan Park berhasil membawa Habin sampai Jimin dengan selamat. Tangan Jimin terangkat menunggu ayahnya menyerahkan tangan mungil Habin padanya.
"Jaga mereka dengan baik." Pesannya singkat.
Jimin mengerti arti kata 'mereka'. Tentu saja, ia akan menjaga Habin dan calon buah hatinya. Setelah itu Jimin menggenggam tangan Habin yang terasa dingin.
Mereka berdua membalikkan badan untuk sama-sama menaiki anak tangga. Di atas sudah berdiri pastor yang akan mengesahkan pernikahan mereka.
Jimin dan Habin berdiri berhadapan sambil menunggu giliran mengucapkan janji suci. Setelah itu, keduanya saling memasangkan cincin satu sama lain.
Dan yang ritual terakhir penyatuan kedua bilah bibir.
Para tamu undangan bersorak riuh, momen yang paling mereka tunggu telah tiba.
Jimin terlihat santai. Berbeda dengan Habin yang tampak gugup.
"Kau tidak bisa menolak. Tutup matamu dan ikuti saja." Ujar Jimin menyadari raut pasi Habin yang ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby From A Little Wife [END]
FanfictionBalas dendam mungkin cara terbaik untuk menghilangkan rasa sakit dihatinya. Namun, Jimin terlalu melibatkan emosi, hingga berakhir dengan penyesalan dan rasa bersalah. Start : 30-Desember-2020 Finish : 25-Desember-2021 WALAUPUN CERITA INI UDAH TAMAT...