Pian tidak tau hidupnya akan seperti ini. Ditinggal pergi ibunya menghadap sang pencipta. Ini sungguh mendadak. Padahal ia ingin menunjukkan nilai ujian tertinggi di sekolahnya. Bukannya hadiah yang menyenangkan, justru Pian malah mendapat kabar duka.
Pian, lebih tepatnya. Alvian Putra Maharaga. Seorang bocah 14 tahun yang baru saja lulus dari SMP. Pian itu nama panggilannya karena ayahnya itu dulu tidak bisa membedakan huruf " v, f, p " ketika menyebut huruf itu pasti sama saja tidak ada yang berbeda. Makanya semua keluarganya memanggilnya Pian. Bahkan hampir benar-benar mengganti namnya di Kartu keluarga dengan nama 'Pian' bukan 'Alvian'. Tentu saja Pian menolak, katanya tidak keren.
Pian hanya tinggal berdua dengan ibunya semenjak kelas 4 SD. Sang ayah lebih memilih tugas negara dibandingkan dengan keluarganya. Yah, Pian juga tidak bisa menyalahkan ayahnya. Jika ibunya saja sudah merestui pilihan ayahnya itu. Ngomong-ngomong Pian lupa bagaimana wajah ayahnya itu. Sudah lebih dari 5 tahun mereka tak bertemu. Pasti ayahnya itu tambah gagah.
Sebenarnya Pian punya Abang. Tapi abangnya juga memilih masuk ke sekolah militer, ingin mengikuti jejak ayahnya. Pian sendiri masih bingung ingin menjadi sosok seperti apa.
Haruskah Pian mengikuti perintah neneknya yang menyuruhnya masuk pondok, atau pergi ke tempat ayahnya. Dimana ia akan jauh sangat jauh dari kehidupannya saat ini.
Note: Sudah ku beritahu di deskripsi cerita. Ini hanya cerita karangan berdasar inspirasi dari sebuah film Thailand. Meskipun begitu. Isinya jelas berbeda dengan di film. Hanya beberapa yang mungkin sama. Dan menurut ku itu wajar, karena kejadian itu memang ada di kehidupan nyata dan biasa kita lalui dengan biasa saja.
Ini bukan cerita BL ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
PIAN [END]
Teen FictionPian, bocah polos yang kadang ngeselin itu harus memilih, hidup sendiri atau pergi menghampiri ayahnya yang telah lama meninggalkannya dengan sang ibu. Ditambah lagi kemampuan ketajaman Indra yang dimilikinya. Bisa mendengar suara kipas berputar 240...