Chapter 7

5.8K 707 10
                                    

Ninggg.

Bunyi dengung panjang itu menusuk ke telinganya. Pian sontak memejamkan matanya, mengerutkan dahinya. Merasakan perasaan asing mulai memasukinya. Bara melihatnya dengan penuh kebingungan. Belum sempat ia bertanya, Pian sudah melarikan diri.

Pian berlari menjauh, masuk ke dalam hutan yang sepi, sunyi.

"Akh"

Rasanya sungguh asing. Semua suara berbondong-bondong masuk ke pendengarnya. Suara kepakan burung, air yang mengalir, daun yang bergesekan, bunga yang tengah mengejar. Pian menutup telinganya erat-erat. Ia bingung, apa yang sedang terjadi pada dirinya.

Pian mencoba santai. Mengambil napas dan membuangnya, berusaha membuat fokus pikirannya. Setelah Pian mulai tenang, perlahan ia membuka matanya. Ia fokuskan kembali pendengarannya. Seketika Pian tercengang, ia bahkan bisa mendengar suara Bara yang tengah menggerutu karena ia pergi begitu saja. Suara penduduk desa yang tengah bertegur sapa. Anak-anak yang tengah tertawa.

Tidak sampai disitu, ia mencium aroma tanah yang bercampur air, kotoran hewan. Wangi serbuk bunga dan bau-bau lainnya. Aroma yang bercampur itu membuatnya pusing dan mual.

Pian berjalan tergesa-gesa menuju sungai, mengambil sedikit air kemudian membasuh wajahnya beberapakali. Ingatan-ingatan kecil tentang dirinya semasa bersama sang bunda mulai bermunculan. Bukan ingatan yang menyenangkan, ini ingatan yang bahkan Pian tak sadar pernah melakukannya.

Dia ada di sebuah ruangan dengan banyak lampu dan tabung obat. Para pria berjas putih bergantian mendatanginya. Menyuntikkan cairan ke dalam nadinya. Pian yang tak tau apa-apa hanya bisa menangis memanggil sang bunda. Tapi bundanya tak berkata apa-apa.

Potongan-potongan ingatan yang bermunculan itu menimbulkan banyak tanda tanya dalam benaknya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

🍀🍀🍀

Bara, anggota militer yang tadi tak sengaja bertemu dengan Pian. Sebenarnya ia bukan seorang militer sungguhan, ia adalah salah satu polisi bagian investigasi. Ia tengah dalam misi untuk menyelidiki para buronan yang sering melakukan transaksi ilegal. Ia bekerjasama dengan para tentara yang bertugas disini.

Kini pikirannya tengah berkeliaran. Memikirkan pertemuannya dengan seorang bocah yang tak ia tahu namanya. Bertanya-tanya kemana perginya anak itu.

"Gimana Bar, Sudah ada perkembangan?" Sebuah suara itu membangunkannya dari lamunan. Dimas, kepala militer disini.

Dimas baru saja datang, lengkap dengan setelan militer yang membuatnya terlihat gagah dan berwibawa. Kesan pertama ketika Bara bertemu dengannya, ia adalah seorang militer yang tegas, tetapi sangat menyayangi keluarganya. Penduduk di sekitar juga ramah, mereka menyambut dirinya dengan tangan terbuka.

"Belum. Terakhir ketika Baron memberikan titik lokasi temu. Mungkin mereka sudah mengetahui tindakan kita, dan merubah rencana."

"Kita harus secepatnya menemukan mereka."

"Ya."

🍀🍀🍀

Pian berjalan kembali menuju desa. Sebelum telinganya menangkap suara banyak orang. Sepertinya mereka tengah berunding.

"Sudah kusiapkan semua yang kau butuhkan."

"Bagaiman dengan para militer bajingan itu?"

"Hah! Sampah seperti mereka seperti hama. Tenang saja sudah ku alihkan perhatiannya."

"Bagus. Kalau begitu sesuai rencana. Kita bertemu di hutan barat pada tengah malam."

Pian membekap mulutnya. Padahal tidak akan ada yang mendengar suaranya. Otaknya langsung memberinya sinyal, ia harus segera memberitahukan ini pada ayahnya.

Pian berlari dengan tergesa-gesa menuju markas militer. Orang-orang yang melihatnya hanya menatap heran. Begitu sampai di markas Pian langsung masuk begitu saja. Menghiraukan dua orang penjaga di pintu depan.

"Hey, kembali. Tidak boleh masuk tanpa izin."

Akh. Suara mereka yang berteriak, dan sepatu yang beradu dengan tanah sangat menggangunya. Pian langsung masuk ke salah satu pintu, dan membukanya secara paksa. Beberapa orang hanya menatapnya heran. Pian menstabilkan napasnya yang terlihat putus-putus.

Seseorang menepuk pundaknya.

"Hei nak, jangan masuk sembarangan. Kau tau aturannya." Kata orang yang tadi mengejarnya.

Bara, Dimas dan beberapa orang lainnya yang tengah berkumpul membahas masalah transaksi itu, menatap dengan penuh tanda tanya.

"Biarkan, Pian ada apa kemari?" Tanya Dimas.

"Ada 5 orang, mereka tengah membicarakan sesuatu. Mereka akan bertemu tengah malam di hutan barat." Jelas Pian tampak berbelit.

"Maksudmu? Seseorang itu? Apa yang mereka lakukan." tanya Bara.

"Aku tidak tahu dengan jelas. Mereka bahkan membicarakan kalian yang dengan mudahnya terkecoh. Kalian harus segera menangkap mereka. Ada bau bubuk mesiu diantara mereka." Jelas Pian.

Mereka semua yang mendengarnya saling pandang. Seketika Bara langsung mengerti. Pian telah menemukan masalah yang tengah mereka hadapi. Ia merasa tak berguna saat ini.

"Baik, terimakasih atas informasinya." Kata Bara. Lalu ia menyuruh orang tadi untuk mengantar Pian ke luar. Setelah Pian keluar, sekelompok orang tadi mulai membahas masalah yang baru saja terpecahkan.

"Bagaiman menurut kalian? Apa yang dia katakan itu benar?" Tanya salah satu anggota.

"Kita bisa mencobanya. Lagipula tidak ada salahnya. Dan jika itu benar, maka kita sangat beruntung. Misi ini kita sudah gagal, dan terkecoh. Jika kita masih tidak bisa menyelesaikannya apa pantas kita di sebut tim, menyelesaikan misi saja tidak bisa."

"Ya, aku setuju. Kita atur rencana untuk menangkap mereka. Jika memang benar, Anak itu sungguh luar biasa."

"Siapa dia? Aku baru melihatnya. Sepertinya bukan penduduk disini."

"Ah, aku ingat, saat pertama kali. Anak itu datang langsung bertanya tentang Dimas, apa kau mengenalnya?"

"Tidak? Aku juga heran kenapa ia mencariku. Saat tadi pagi ia bilang, ia sedang mencari ayahnya. Aku tidak tau dengan jelas, anak itu suka menghilang tiba-tiba."

🍀🍀🍀

Pian kembali ke gubuknya. Tangannya dengan terburu-buru membongkar koper, mengacak sebagian pakaian dan mengambil earphone. Pian langsung memakainya. Setidaknya dengan begini, ia bisa mengurangi suara yang masuk, walau hanya 5% saja. Hah, Pian lelah, padahal ia tak melakukan hal berat. Apa yang sedang terjadi padanya masih ia pikirkan, sampai akhirnya matanya tertutup, dan ia menjelajah menuju alam mimpi.


TBC....

Mohon maaf kalau jarang up, dan sepertinya akan ada perubahan alur, mohon dimaklumi ya...

Makasih banyak untuk yang sudah baca dan vote...

Pay pay pay

PIAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang