Chapter 5

7.5K 835 48
                                    

Halowww, maaf banget lama up-nya. Gak tau kenapa :' padahal dah ada niat tapi kek gak sinkron aja gitu... Cuss baca aja deh.

Oh ya, untuk yang mau gabung gc boleh banget ya... Ini author lagi nyoba ngidupin grup kecil author hiks...

🍀🍀🍀🍀

Pian pulang ketika senja mulai nampak. Ia rasa, hari ini sudah cukup ia menyibukkan dirinya dengan menghitung daun Semanggi. Bahkan pakaiannya saja sudah kering seperti semula. Ia baru sadar, sedari tadi perutnya terus berbunyi. Ia memang hanya makan tadi pagi saja. Sisanya ia tidak perduli.

Pian memasuki rimbunnya pepohonan di tengah malam. Membuat suasana mencekam, ditambah lagi suara burung hantu yang memang banyak di temukan di sekitar sini. Pian sampai di gubuk kecilnya, jalanan gelap yang tadi ia lewati tanpa penerangan sedikitpun hanya di temani tatapan kekosongan jiwanya. Raganya memang ada, tapi jiwanya tengah sekarat.

Sebelum Pian membuka pintu gubuknya, ia malah disuguhi nyanyian yang menyayat hatinya. Suara tawa yang kini hanya bencana untuk Pian. Tak ingin berlama-lama membuat hatinya sakit. Ia memutuskan masuk ke dalam gubuknya.

Membaringkan tubuhnya asal tanpa mengganti pakaiannya tadi, bahkan untuk meneguk segelas air, Pian tak terpikirkan. Padahal bibirnya sudah kering, tenggorokannya merasa haus. Pian memejamkan mata, kala suara-suara seperti mantra jahat itu memenuhi indera pendengarannya. Sampai ia kembali terlelap dengan mantra sihir yang terus terdengar. Tanpa seorangpun tahu ia kesepian.

🍀🍀🍀🍀

Banyu. Seorang kakak dari Pian, yang kini baru selesai menjalankan pendidikan militernya. Saat Pian lahir, Banyu tidak tahu, kalau Pian itu adik kandungnya. Karena ayah dan ibunya bilang, Pian itu anak dari saudara jauh ayahnya.

Dulu banyu masih kecil, jadi tidak terlalu paham. Dan hanya menurut apa kata ibunya. Waktu ibunya mengandung Pian, Banyu berusia 4 tahun, dan ia pikir perut ibunya membesar karena sakit.

Masih menjadi misteri kenapa ayah dan bundanya tidak menyukai dirinya. Apa sesalah itukah kehadirannya di dunia ini? Jika bisa meminta dan memilih, Pian ingin lahir dari seorang ibu yang penuh kasih sayang, ayah yang bertanggungjawab dan menjadi panutan. Dan seorang kakak yang menjadi ayah dan bundanya.

Banyu berjalan dengan senang menuju rumahnya, di tangannya berisi sekotak martabak manis dengan toping keju. Kesukaannya Agil.

Banyu membuka pagar kayu dengan perlahan, sebelum akhirnya ia mengetuk pintu kayu itu. Rasa gugup dan senang ia rasakan secara bersamaan. Tak berselang lama, terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru.

Kret.

"Abang!" teriak seorang anak kecil yang langsung memeluk sosok Banyu di depannya. Banyu balas memeluk Agil. Tak berselang lama, seorang wanita berjilbab datang dan menyambut Banyu. Di susul pria tegap dengan balutan sarung dan kaos polos.

"Masuk dulu bang, dingin diluar." ajak sang ibu. Banyu mengangguk setelah tadi ia memeluk dan mencium tangan ibu dan ayahnya. Banyu ikut masuk ke dalam rumah dengan Agil di gendongannya. Mereka tidak sadar ada seseorang yang tersakiti disini. Seseorang yang tengah menahan tangisnya yang tak terbendung. Menangis tersedu-sedu di pojok ruangan. Dengan raungan tangis yang terpendam.

🍀🍀🍀🍀

Pagi yang sama seperti pagi sebelumnya. Pian membuka matanya saat dirasa ada seseorang mengetuk pintu rumahnya. Dengan malas dan rasa pusing, ditambah dari semalam ia belum makan bahkan meneguk segelas air. Rasanya untuk berbicara saja ia tak mampu. Dengan tertatih-tatih Pian bangun dari tidurnya. Terdiam sejenak sebelum akhirnya bejalan dengan perlahan menuju pintu untuk membukanya.

Kriet. Seorang lelaki yang kemarin ia temui di sungai, kini berdiri di hadapannya dengan sebuah plastik yang sepertinya berisi makan di dalamnya. Wajahnya terlihat terheran-heran begitu ia melihat Pian.

"Lo, yang kemarin di sungai itu kan? Kok bisa ada di sini? Apa jangan-jangan Lo yang dibilang ibu." kata Banyu.

Pian hanya terdiam. Rasanya tubuhnya benar-benar tak bertenaga. Sampai-sampai dari tadi Banyu berbicara ia tak mendengarkan dengan jelas. Rasa pusing itu semakin menjadi, sampai akhirnya ia menyerah dan membiarkan tubuhnya jatuh, samar-samar ia merasakan tubuhnya di peluk seseorang, mungkin laki-laki tadi.

🍀🍀🍀🍀

Setelah solat subuh dan membantu memetik sayuran, Banyu di suruh sang ibu untuk mengantarkan makan ke gubuk di sebelah rumahnya. Setau Banyu dulu gubuk ini kosong. Ah, mungkin sekarang sudah ada yang menempati. Banyu mengetuk pintu gubuk itu, cukup lama ia menunggu sampai pintu itu terbuka dan menampilkan sosok anak yang ia temui di sungai. Dengan wajah pucat, bibir kering, rambut lusuh, bahkan pakaiannya masih sama, lengkap dengan sepatu yang ia kenakan. Apa anak ini tidak mengganti pakaiannya? Banyu berbicara, tapi anak itu hanya memejamkan mata. Sampai akhirnya anak itu jatuh dan membuat Banyu panik.







TBC.........

Ekhem.... Buat yang mau gabung bisa PC author nya aja ya... 083820443813.

Boleh sekalian follow Ig author juga yah..  nambahin followers wkwkwkwk

Ig: aya_amenur13

Sankyuuu pay pay. Insyaallah tapi gak janji Ganna up

PIAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang