Chapter 13

4.7K 626 12
                                    

Hao hao... Maapin ngaret. Mumpung lagi bolos kerja wkwkwk. Nyempetin up dah,

🍀🍀🍀🍀

Pian sudah keluar dari ruang yang ia sebut neraka itu. Tapi penderitaannya sepertinya belum berakhir. Nyatanya kini ia malah sedang di tatap banyaknya pasang mata. Ini sih, interograsi secara terang-terangan.

"Memang benar, tidak ada bukti bahwa kau yang membunuhnya. Baik itu sidik jari atau bukti lainnya. Tapi, karena kamu yang ada disana. Jadi bisa dikatakan kamu adalah saksi mata." Kata Charles. Pian tak berniat mengucapkan sepatah kata. Ia terlalu lelah.

"Jadi, bisakah kamu ceritakan kembali apa yang terjadi?" tanya Charles menatap ke arah matanya. Begitu juga dengan ayah dan orang asing lainnya. Tidak sepenuhnya asing sebenarnya.

"Aku lelah." Hanya itu yang diucapkan Pian setelah membisu cukup lama. Mereka yang ada di sana saling bertukar pandangan.

"Aku lelah. Biarkan aku tidur, setelah itu aku akan ceritakan." Kata Pian yang langsung memposisikan kepalanya diatas meja dan menutup matanya.

"Cepat sekali dia tertidur."

"Sudah, biarkan dia istirahat. Bara kau pimpin yang lain menuju tambang dan lakukan pemeriksaan. Manda periksa mayat itu. Yang lain pergi periksa cctv sekitar asrama dan jalan utama, jangan sampai ada sudut yang terlewat." Perintah Charles yang langsung dilaksanakan.

🍀🍀🍀🍀

Bara tengah memimpin timnya memasuki tambang. Memasuki ke ruangan gelap yang bahkan belum sempat mereka datangi. Dengan lampu senter di masing-masing tangan. Walkie toki (bener gak sih nulisnya) di simpang di pinggang mereka.

Berjalan perlahan dan hati-hati. Memasuki lorong gua. Sebenarnya ini tidak terlalu Sulit, lorong ini tidak terlalu berliku-liku. Asalkan kita mengikutinya kita bisa sampai ke bagaian utama.

Setelah berjalan sekitar setengah kilometer dari pintu masuk tadi. Mereka melihat beberapa gerobak yang biasa digunakan untung mengangkut bebatuan. Beberapa palu dan alat untuk menambang. Sepertinya mereka terburu-buru untuk kabur. Mungkin pencuri bukan orang yang pintar. Sebaliknya mereka seperti terjebak, diperintahkan seseorang.

"Ambil semua barang yang ada disini. Bawa ke kator, berikan pada tim pemeriksa." Perintah Bara.

"Baik."

Sebagain besar dari mereka mulai mengumpulkan barang bukti dan membawanya ke kantor untuk di periksa. Ada juga beberapa petugas yang tengah memotret semua bukti yang di temukan. Sebagiannya lagi memilih tinggal dan lebih banyak melihat, jika mereka menemukan bukti baru.

"Kapten seseorang sepertinya meninggalkan ini." Kata salah seorang petugas memberikan selembar kertas berisi angka.

Bara melihat angka-angka yang tertulis di kertas itu.

07490
78153
81237
37337

"Kapten, apa maksud dari angka-angka ini?" Tanya Bayu.

"Aku juga tidak tau. Lebih baik kita segera pecahkan kasus ini."

🍀🍀🍀🍀

Mereka semua kini tengah berkumpul. Bara tengah berdiri di hadapan papan tulis. Menempelkan beberapa foto yang tadi mereka ambil dari tambang.

"Sepertinya ini bukan pencurian biasa. Jika hanya pencurian biasa, kenapa mereka harus meninggalkan kertas berisi kode-kode ini?" Kata Bara memulai pembicaraan.

"Jadi yang harus kita lakukan adalah, memeriksa semua sidik jari yang tertinggal dalam barang bukti. Dan pecahkan kode yang ditinggalkan."

Ditengah pembicaraan itu seorang petugas datang mengetuk pintu.

"Bara, laporan dari tim periksa." Kata petugas itu sambil menyerahkan sebuah dokumen. Bara mengambilnya dan langsung membaca isi dokumen tersebut. Meneliti setiap tulisan yang ada di setiap lembarnya.

"Tidak ada sidik jari satupun?" tanya Bara begitu ia selesai membaca. Manda masuk ke ruang rapat. Bagai sebuah bukti dari pepatah yang mengatakan "Pucuk dicinta, Ulanpun tiba."

" Ada cairan storida di semua benda yang dijadikan barang bukti. Cairan itu dapat menghilangkan bukti. Misalnya sidik jari. Cairan ini hanya bisa menghilangkan jejak atau kotoran yang menempel pada benda yang mana tidak memiliki zat dari benda asli. Singkatnya, tidak ada sidik jari yang ditemukan dari benda yang kalian bawa." Jelas Manda.

"Kapten. Semua rekaman pengawas dari dalam asrama dan jalan utama juga belakang hanya di temukan ini." Kata tim yang menyelidiki rekaman pengawas. Ia menyerahkan selembar foto. Berisi seseorang dengan pakaian serba hitam. Ia menggunakan masker dan topi.

"Orang ini terlihat memasuki belakang asram. Dia tertangkap kamera memanjat tembok di belakang."

"Kapan ini terjadi."

"23 Maret pukul 23.05, dua hari sebelum kejadian ini."

"Jadi menurutmu, ini semua telah direncanakan?"

"Mungkin saja, satu-satunya yang harus kita lakukan adalah memecahkan kode ini."

🍀🍀🍀🍀

Semua orang di kepolisian kini tengah sibuk menyelesaikan kasus yang terjadi. Ini kasus yang terbilang jarang terjadi. Terlalu banyak teka-teki didalamnya. Bara dan keempat rekannya tengah mencoba memecahkan angka-angka itu.

"Apa maksud dari angka-angka ini? Jika angka-angka ini mewakili huruf alfabet, apakah kita akan menemukan sebuah petunjuk?"

"Kita coba saja. Jika 1 adalah A, 2 adalah B, 3 adalah C, 4 adalah D, 5 adalah E, 7 adalah G, 8, adalah H, dan 9 adalah I. Maka kita bisa menemukan, ABCDEGHI."

"Ini tidak memberikan petunjuk apapun. Kenapa banyak angka 7 dan 3 yang muncul. Kenapa ada anak nol Disini. Nol tidak termasuk dalam alfabet."

"Ayah." Bara dan yang lain menoleh. Melihat siapa yang datang.

Pian yang sudah selesai dengan acara tidurnya mencari ayahnya. Sepajang lorong yang menyambung banyak ruangan itu ia melihat begitu banyak petugas yang tengah sibuk. Suara telfon yang berdering, lembaran kertas yang dibuka dengan kasar. Kecepatan mereka berbicara. Langkat kaki yang terburu-buru. Aroma mie cup yang mengudara. Pewangi ruangan yang di simpan samping AC. Bau yang bercampur menjadi satu bagai obat tidur. Yang membuat ia perlahan menutup mata.

🍀🍀🍀🍀


TBC.....

Mohon maaf pendek. Ini keyboardnya ngajak ribut. serius ntar aku double up.

Papaypa

PIAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang