Chapter 21

3.7K 502 15
                                    

Yahoo Hao hao, buset ampir sebulan kagak up, padahal tiap hari buka WP 🙈

Karena lebarannya udah lewat, maap-maapan tetep lanjut yak wkwk. Moga masih pada setia baca Ama nunggu author yang kalo up suka ngaret.

🍀🍀🍀🍀

Bara dan yang lain masih berusaha menghancurkan dinding gua dengan alat seadanya.

"Dinding gua ini terlalu kuat, kita harus memikirkan cara lain," ucap Bara. Sang pelayan dan yang lain menghentikan kegiatannya, sembari mengambil napas, menambah pasokan udara.

Dada mereka terlihat naik turun, dengan keringat yang sudah membasahi setengah pakaian mereka. Merasa lelah karena tenaga yang terus terkuras. Bara berpikir, bagaimana cara mereka agar bisa melewati dinding gua. Secara teori dinding memiliki tarikan magnet, yang kita semua tahu adalah magnet hanya menarik benda-benda yang memang dapat menghantarkan listrik, seperti logam. Batu yang dilemparkan pelayanan tadi adalah serpihan batuan dari dinding, otomatis batu itu akan menempel. Jika, kita bisa menghilangkan semua benda yang tak memiliki tarikan magnet, kita bisa melewati dinding gua ini.

"Semuanya dengar. Keluarkan semua benda yang berpotensi menarik magnet, benda yang terbuat dari logam dan besi."

Semua orang mulai mengeluarkan benda-benda yang kemungkinan bisa menjadi tarikan magnet, untungnya bukan barang-barang yang sangat penting yang terbuat dari logam itu, hanya beberapa kotak penyimpanan, pisau lipat, dan untungnya senter mereka terbuat dari plastik. Untuk pisau lipat mereka akan memasukan ke dalam pakaian dan dibungkus oleh pakaian lain sehingga menipiskan hawa magnetik.

Mereka sudah siap kembali. Bara maju duluan, walau tak dapat dipungkiri jika dirinya juga merasa takut. Bara melangkahkan kakinya dengan sangat pelan, sangat lambat. Hingga salah satu kaki itu menapak di  tanah, tidak ada reaksi yang terjadi, Bara kembali melangkah hingga ia berdiri di tengah-tengah batuan dinding magnet. Tidak ada yang terjadi, artinya mereka bisa melewati dinding ini dengan aman.

Bara memimpin yang lain untuk melewati dinding gua dengan hati-hati dan perlahan. Untungnya ini hanya berjarak sekitar 500m tidak terlalu panjang. Setelah keluar dari jalanan dinding gua itu, mereka dipertemukan dengan sebuah hutan. Benar-benar seperti mereka keluar dari gua dan berakhir di hutan. Tapi bukankah mereka tadi masih terjebak di dalam makam kuno, kenapa bisa mereka berakhir disini.

"Ini buruk, kita tersesat," ucap sang pelayan.

"Bagaimana bisa kita tersesat, bukankah kita sudah keluar dari tempat aneh itu?"

"Tidak. Ini tidak benar, seharusnya kita tidak bisa keluar jika belum berhasil mencapai makam utama."

"Apa?!"

🍀🍀🍀🍀

YiZhan masih memainkan selembar daun seperti meniup seruling. Entah sudah berapa lama Pian tertidur, dia masih belum membuka matanya. Udara di gua ini semakin dingin, YiZhan menghampiri Pian, bibir anak itu terlihat bergetar. Tanah yang menjadi alas dia tidur terasa dingin. YiZhan menyelipkan kembali daun yang dia tiup, dia mengambil ranselnya berusaha mencari apapun yang bisa membuat anak itu hangat.

YiZhan mengambil salah satu mantelnya, dan memakaikannya ke Pian. Dia membuat Pian duduk bersandar di dinding gua, YiZhan menggerakkan tangannya membuat pola. Sebuah kata kuno yang dia tulis kemudian bercahaya dan langsung terserap lewat kening Pian.

YiZhan mengambil tangan Pian, memeriksa denyut nadinya, dia juga melihat bibir Pian yang sudah tak bergetar, tubuhnya sudah lebih terasa hangat dari sebelumnya. Perlahan, mata yang tertutup itu mulai terbuka.

"Paman," ucap Pian dengan lemah, YiZhan tersenyum menanggapinya.

"Kau kuat." YiZhan berkata sambil mengelus kepalanya.

"Sebentar lagi kita harus pergi dari sini, disini sudah tak aman," ucap YiZhan.

Sambil menunggu Pian yang masih mengumpulkan nyawa, YiZhan membereskan barang-barang mereka. Sebenarnya YiZhan tak ingin memaksakan Pian untuk bergerak, anak itu masih terlalu lemah. Sihirnya tidak bisa terus digunakan, tapi mereka harus meninggalkan tempat ini. Tempat ini begitu damai, membuatnya curiga.

YiZhan menggendong tasnya, dia kemudian menghampiri Pian, Pian berdiri sambil memegangi dinding gua, wajahnya masih terlihat pucat dan lemas.

"Kita pergi."

YiZhan memeluk Pian, membantunya untuk berjalan, Pian yang memang masih lemah berusaha untuk berjalan. Dia tidak boleh menyusahkan orang lain.

Pian merasa tubuhnya masih sangat lemah, tidak ada tenaga bahkan untuk berdiri dengan seimbang. Tapi Pian tidak boleh lemah, dia harus kuat.

Mereka berdua berjalan memasuki gua lebih dalam, udara dingin menusuk kulit mereka. Semakin mereka memasuki gua, Pian merasa tubuhnya terasa panas, tidak dingin seperti sebelumnya. Keringat mengucur dari pelipisnya membasahi wajah dan lehernya. Pian mendongak melihat YiZhan yang malah terlihat kedinginan. Kenapa dia merasa kepanasan? Pian mulai melepaskan mantel YiZhan membuat dia yang melihatnya berhenti, menatapnya dengan penuh tanya.

"Kenapa kau melepaskan mantelnya, udara sangat dingin. Pakailah," ucap YiZhan mencegah Pian melepaskan mantelnya.

"Aku kepanasan, kenapa kau malah kedinginan?" Pertanyaan dari Pian menimbulkan tanda tanya bagi YiZhan, dia memang merasa dingin, malah sangat dingin. Tapi kenapa anak itu malah merasa kepanasan? Bukankah ini hal aneh.

YiZhan menyentuh kening Pian. Matanya seketika membola, "kau sangat dingin!"

Pian mengerutkan keningnya, "aku kepanasan, kenapa paman YiZhan berkata tubuhku dingin? Lihat, justru paman yang kedinginan."

"Tidak, tubuhmu benar-benar dingin, cepat pakai kembali mantelmu," ucap YiZhan setengah berteriak.

YiZhan menduga ada yang tidak beres dengan tubuh Pian, ya, mereka harus secepatnya menemukan obat. Jika terlambat takutnya Pian tak akan selamat.

Pian yang merasa kepanasan, menolak untuk memakai kembali mantelnya. Dia merasa tubuhnya seperti terbakar, sangat panas. Pian mulai memberontak, karena usianya yang masih 10 tahun, tentu membuat sifat kekanakannya muncul. Pian memberontak ketika YiZhan memaksanya memakai mantel. Bahkan Pian terus memukul-mukul tubuh YiZhan yang tak akan berpengaruh apa-apa untuk YiZhan. Tenaga anak itu bukan tandingannya.

YiZhan cukup kerepotan dengan Pian yang terus memberontak, hah, mengurus anak kecil memang tidak mudah.

"Aku tidak mau! Ini panas, tidak lepaskan."

Pian terus berontak, membuat YiZhan jengah. Karena sudah terlanjur kesal, YiZhan menotok beberapa titik aliran darahnya, membuat Pian seketika tak bisa bergerak. Tak menyia-nyiakan kesempatan, YiZhan langsung memasangkan mantel dengan benar. Dia juga langsung menggendong Pian, membuat Pian hanya bisa menangis dan terus mengomel. Membuat YiZhan seperti tak ingin punya anak, terlalu merepotkan.


🍀TBC🍀

Ekhem... Moga double up ya xixixixi

Sorry for typo oke :3

PIAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang