Chapter 17

4.9K 669 34
                                    

Hao hao.... Moga aja gak ngaret lebih dari seminggu.

Btw, sebelum baca cerita. Ada baiknya kalian baca ini dulu. Bentar okay, Berhubung alur cerita yang berubah. Maka ada sedikit perubahan pada tokoh.

1. Umur Pian disini jadi 10 tahun okay,

2. Akan ada petualangan, fantasi, hal gak logis dan sedikit aliran cina yang agak melenceng. Bukan maksud apa-apa karena berhubungan author juga kurang paham, mohon tidak disalah pahami okay,

3. Terakhir, mohon untuk follow akun author ya.... Wkwk gratis, gak maksa buat yang ikhlas lahir batin aja. Lagi berjuang nambah followers wkwkwkwk

🍀🍀🍀🍀

Pian dengan ogah-ogahan mengikuti Bara dan YiZhan masuk ke dalam gua.  Dilihat dari tekstur bebatuan jelas ini bukan batuan gua biasa. Terlalu rapih untuk sebuah gua. Ini seharusnya disebut lorong bawah tanah. Sekitar 10 menit mereka berjalan. Hanya ada dinding yang menghalangi jalan mereka. Seolah menandakan itu jalan buntu.

"Selanjutnya bagaimana?" tanya Bara.

YiZhan berpikir sejenak sambil menelisik sekitaran gua. Matanya berhenti saat menangkap bocah kecil yang menyebalkan tengah memainkan kipasnya. Pian yang merasa ada yang memperhatikan pura-pura tak melihat.

"Tidak usah berpura-pura. Bagaimana caranya kita masuk?" Tanya YiZhan.

"Apa kau bodoh?" ucapan peda yang diucapkan bocah itu sungguh membuatnya naik darah. Tapi ia harus bisa menahan emosi. Jika bukan karena bocah itu, mungkin ia tidak bisa masuk ke dalam sini.

"Ha, baik. Lihat." kata YiZhan yang kesal karena di remehkan. Sebenarnya YiZhan tidak bodoh. Ia bisa saja menggunakan sihir pelacak. Hanya saja disini terlalu banyak orang ia tak bisa melakukanya.

"Jangan sentuh itu!" Pian berteriak tiba-tiba kala matanya melihat seorang petugas yang menyentuh tungku obor. Tapi sepertinya itu percuma. Dia sudah menyentuhnya. Tiba-tiba lantai yang di injak oleh, YiZhan, Bara, Manda, Pian, Badai, Bayu dan 3 orang pengikut YiZhan terbuka membuat mereka terjatuh.

Entah mereka jatuh dari ketinggian berapa meter, setidaknya membuat mereka sakit tapi tak membuat mereka sampai patah tulang kerena pasir di bawah mereka sangat tebal. Beruntung lagi, Pian jatuh diatas tubuh YiZhan. Membuat sang empu menggeram kesal.

"Aku gak mati. Aku masih idup!" Kata Pian dengan senang.

Mereka perlahan bangkit, menepis pasir pada tubuh mereka. Bara mulai mengambil alat komunikasi yang ia bawa. Berharap mendapat sinyal. Lantai tempat mereka jatuh tadi sudah tertutup semua.

"Ini baru permulaan tapi jebakan sudah terpasang. Sepertinya benar-benar ada harta Karun di dalam sana. Untuk sekarang kita istirahat disini. Pulihkan tenaga." Kata Bara yang di setujui mereka semua.

Karena perbekalan mereka yang terbatas dan entah sampai berapa lama mereka akan bertarung disini. Badai bertugas mengelola makanan. Ia mulai membagikan satu Snack yang bisa mengganjal perut hingga 5 jam. Dengan begitu mereka akan benar-benar menghemat perbekalan.

Disaat yang lain sedang memakan makanan mereka, Pian merasa dadanya sesak. Napasnya mulai putus-putus, seolah menghirup napas harus melewati ribuan jarum.

Uhuk! Pian menjatuhkan dirinya. Melepaskan genggaman dari Snack yang makan. Berbaring di atas pasir dengan tubuh bergetar. Terus terbatuk dengan keras. Bara langsung mendekat dan mengangkatnya. Membaringkan tubuhnya pada dada bidangnya.

YiZhan yang melihat itu mendekat. Tangannya terulur memeriksa nadi Pian. Sedangkan Pian kini sudah pucat. Bibirnya ungu dan bergetar kedinginan. Mata YiZhan melotot begitu ia selesai memeriksa Pian.

PIAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang