Chapter 18

4.5K 605 35
                                    

Selamat pagi wahai dunia tipu-tipu. Maaf ngaret author lagi berliburrrr menikmati saljuuuuu Segede biji wkwkwkwk lagi cosplay jadi si Elsa :3

 Maaf ngaret author lagi berliburrrr menikmati saljuuuuu Segede biji wkwkwkwk lagi cosplay jadi si Elsa :3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍀🍀🍀🍀

"Tante Manda pukul kiri, ayah merunduk. Om Badai awas di belakang. Om China di samping kanan."

Pian sedari tadi berteriak, mengomando para domba besarnya untuk melawan monster. Ia diam di tengah, domba besar membuat lingkaran. Pian hanya sesekali menarik tali menyuruh mundur jika ada monster. Dan para domba itu hanya mengikuti apa yang dikatakan tuannya. Mengikuti dengan pasrah dijadikan boneka kayu oleh bocah kecil itu.

Monster itu masih terus berdatangan. Sedangkan para domba mulai kelelahan. YiZhan ingin memakai sihirnya tapi jika ia salah sasaran bisa repot.

Pian yang sudah mulai bosan, melepaskan tali yang ia pegang membuat domba besar berlarian kesana kemari. Tapi Pian masih anak baik kok. Ia mengambil pasir  yang ada dibawah kakinya. Melemparkan ke atas lalu membuka kipasnya dengan cepat mengibasnya. Membuat pasir itu bertentangan. Pasir yang mengenai tubuh monster itu mulai membakar tubuh monster itu hingga lebur menjadi debu.

Seketika itu juga penglihatan para domba mulai kembali.

"Gue udah bisa liat!" Teriak Bayu dengan heboh. Setelah monster itu menghilang, penglihatan mereka kembali.

Lain dengan mereka yang terlihat bahagia. Pian justru sebaliknya. Ia merasa tak bertenaga. Sakit itu kembali menyerang dirinya. Membuatnya ingin menyerahkan.

Bruk. Suara itu mengalihkan mereka yang tengah bersorak. Bara yang melihat Pian tergeletak langsung berlari menghampirinya. Memangku tubuhnya. Dapat ia rasakan tubuh Pian terasa dingin. Wajahnya terlihat pucat. Bibirnya yang ungu terlihat gemetar.

"Pian, hey. Kamu kenapa?" tanya Bara dengan panik. YiZhan segera menghampiri, dan memeriksa nadi Pian.

"Racunnya menyebar dengan cepat kita harus segera menemuka penawarannya." Kata YiZhan. Ia mengambil tabung obat kecil di sakunya. Dan memberikan sebutir untuk Pian. Menutup mulutnya agar obat itu tak Pian muntahkan.

Mereka menunggu dengan cemas reaksi obatnya. Tak berapa lama Pian membuka matanya. Menatap orang yang mengelilinginya. Ia terlalu lemas untuk berbicara.

"Obat ini hanya bisa menahan. Bukan menghilangkan, kita harus secepatnya sampai di makam utama." Kata YiZhan.

"Ada begitu banyak peti disini. Mana yang harus kita pilih?" tanya Badai.

YiZhan meneliti setiap bagian peti. Peti ini berjumlah 6 buah membentuk sebuah lingkaran. YiZhan mendorong sedikit peti itu, dan ternyata ia juga bergerak sedikit.

"Semuanya dengarkan. Masing-masing dari kita berdiri di setiap peti. Tunggu aba-aba dariku lalu dorong bersamaan." perintah YiZhan.

Mereka langsung berdiri di setiap peti. Sedangkan Pian yang masih lemah itu hanya duduk menyender pada dinding. YiZhan memberi aba-aba dan mereka memutar peti itu dengan bersama. Dinding gua tiba-tiba terbuka. Mereka berhasil. Mereka mulai mengambil barang-barang yang tadi di simpang. Bara menggendong Pian. Ia tak mau melihat Pian kesulitan. Dan ia harus secepatnya mendapatkan penawar itu.

PIAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang