"Jen, kau sedari tadi murung terus. Ada apa? " tanya Jaemin sembari mendekat pada sahabatnya sejak bangku sekolah dulu.
Jeno menghela nafasnya lelah. "Aku hanya kepikiran Winter saja, " ucap Jeno sedih. Ia merasa separuh jiwanya telah hilang karena Winter yang sedang koma.
"Daripada sedih-sedih terus mending kita minum-minum aja. Mumpung acara ulang tahun anaknya Jaemin dah selesai," ajak Haechan.
"Boleh juga tuh. Apalagi si Jaemin kan suka koleksi minum-minum, " jawab Mark.
"Jangan ya... Hina bisa nendang aku kalau sampe ketauan minum-minum di rumah, " tolak Jaemin. Ia masih teringat saat dia ketahuan minum-minum bersama Jeno kala itu di rumah. Setelah Jeno pulang, ia benar-benar ditendang oleh sang istri karena melanggar aturan tak ada minum di rumah.
"Nanti aku juga kena marah Ningning kalau mabuk, " kata Renjun pasrah.
"Ah elah dua bapak ini ketakutan banget," ejek Haechan.
"Bukannya takut, tapi kan mereka berdua punya anak kecil, Haechan. Pasti takut lah kalau sampe anak mereka liat bapaknya mabok-mabokan gak jelas, " balas Mark.
" Emang cuman bang Mark yang bisa ngerti," ucap Jaemin. "Eh, tapi kapan ngelamar mbak Koeun bang? "
Mark tertawa. "Pas dia pulang S2 dari Jerman langsung gas nikah, " jawab Mark sambil terkekeh. Ia memang sengaja membiarkan Koeun menambah ilmu di sebuah Institut Teknik terkenal disana.
"Kalau emang pada mau minum, kita ke ruang bawah tanah aja. Sekalian biar Jeno ngeluarin semua unek-uneknya." ajak Jaemin karena teringat pesan Hina bahwa ia dapat minum bersama teman-temannya di ruang bawah tanah.
"Gak usah deh Jaem. Ntar kita yang malah ditendang Hina, " bisik Haechan sambil melirik Hina yang tak jauh dari mereka dan yang lainnya langsung tersenyum pada Hina karena merasa ngeri terhadap perempuan itu.
"Gue pusing banget ya ampun!! " ucap Jeno.
"Mau minum obat? Kayaknya Hina baru aja beli obat pusing, " kata Jaemin.
"Bukan pusing itu, Jaem. " jawab Jeno.
"Jadi, pusing karena kerjaan atau Winter? " tanya Renjun.
"Hari dimana Winter dinyatakan koma, hari itu pula aku ditunangkan secara paksa oleh Karina. Aku pusing bagaimana bisa memutuskan hubungan sialan ini?! "
Haechan yang baru saja meminum air putih langsung menyemburkannya. "Serius sama Nona Wong?! " tanya Haechan.
"Pantas aja cincin mu sama Nona Wong itu sama, " jawab Mark.
"Kau memperhatikannya, bang? " tanya Jeno yang membuat Mark terkekeh.
"Nona Wong dulu tak menyukai menggunakan cincin. Dulu sempat aku bertanya alasannya kenapa dan dia menjawab bahwa saat ia menggunakan cincin akan mengingatkannya pada seseorang, " jawab Mark.
"Siapa seseorang itu? " tanya Renjun.
"Kekasih miskinnya itu mungkin, " jawab Jeno remeh.
"Jangan seperti itu Jen. Miskin atau tidaknya itu bukan masalah besar karena cinta itu datang tanpa bisa ditebak," ucap Mark, "Kalau boleh jujur mungkin dari kekasihnya itu Karina mendapatkan kebahagiaan yang tak bisa dibeli oleh apapun,"
.
.
"Bibi lihat gambaran yang kubuat!! " tunjuk Yangyang pada Karina.
"Bagus sekali, jagoan. Apa Yangyang mau masuk ke sanggar lukis? Bibi bisa memasukkan Yangyang kesana, "
Yangyang menaruh telunjuk di dahinya dan berpose seolah-olah sedang berpikir keras yang membuat Karina merasa gemas pada bocah 10 tahun ini. "Tidak usah bibi. Aku sudah sangat senang di akademi musik. Disana Yangyang bisa bermain biola. Besok saat ada pagelaran bibi harus datang bersama papa, " ucap Yangyang dengan senang.
"Kenapa tidak ajak mama sekalian? " tanya Karina.
"Buat apa? Mama lebih menyukai pagelaran fashion shownya daripada aku. Selain itu, selama ini bibi yang selalu mengantar dan menjemputku. Jadi bibi harus menonton permainanku, " jawab Yangyang polos.
"Yangyang tidak boleh seperti itu. Mama pasti sedih mendengar perkataan Yangyang tadi, " ucap Karina sambil menunjukkan ekspresi sedihnya.
Yangyang melihat perubahan ekspresi Karina langsung saja memeluk tubuh bibi kesayangannya itu. "Yangyang janji tidak akan berkata seperti itu lagi. Jadi, bibi tidak boleh bersedih lagi. "
"Good boy!!! " pekik Karina sambil membalas pelukan Yangyang.
"Bibi, apakah benar bibi akan menikah dengan paman jelek? " tanya Yangyang polos.
Karina melepas pelukan Yangyang. Ia bingung dengan sebutan paman jelek. "Siapa yang Yangyang maksud? " tanya Karina.
Yangyang mencebikkan bibirnya kesal. "Paman jelek itu yang suka kesini. Dia juga memakaikan cincin pada bibi, " jawab Yangyang.
Karina mulai memutar otaknya. Berpikir siapa yang dimaksud Yangyang. Apa itu Jeno? Ah lucu sekali Jeno dibilang Jelek. "Yangyang gak boleh manggil Paman Jeno dengan sebutan paman jelek. Gak sopan itu, " kata Karina sambil mencubit pipi Yangyang.
Yangyang kembali mencebikkan bibirnya kesal. "Paman itu sangatlah jelek. Yangyang berbicara fakta. Bukankah paman Winwin pernah berkata kalau orang yang suka memandang orang lain sebelah mata itu jelek. Jadi, sebutan jelek pas untuk paman Jeno. "
Ya ampun, gege suka aneh-aneh deh bicara sama Yangyang. Alamat susah ini nasehatin si Yangyang, batin Karina nelangsa.
"Tetep gak boleh manggil kayak gitu. Harus paman Jeno. Kalau Yangyang masih manggil kayak gitu, bibi nggak mau nemenin Yangyang tidur lagi."
Yangyang mengangguk saja daripada tidak bisa memeluk bibi kesayangannya saat tidur. "Iya, Yangyang janji gak bakal ngomong gitu lagi."
Karina yang mendengar itu langsung mengusak rambut Yangyang dengan sayang. "Itu baru Yangyang kebanggaan bibi. Nanti malam, Yangyang mau makan apa? Biar bibi masakkan, "
Yangyang langsung melonjak senang. "Yangyang mau capcay buatan bibi. Sudah lama bibi tak masak itu. " ujar Yangyang dengan nada senang.
.
.
"Karina dengarkan ibu. Sampai kapan pun, jangan pernah berani jatuh cinta pada Jeno karena Jeno hanyalah milik Winter selamanya, " ucap Nyonya Wong.
Karina hanya bisa meremat ujung kaosnya dengan erat. Mana mungkin ia berani menjatuhkan hatinya pada kekasih sang adik.
"Kau juga harus sadar tanpa ibu dan ayah, kau hanya gelandangan di jalanan." ucap Nyonya Wong lagi. "Jadi, jangan sampai melewati batasanmu sebagai seorang pengganti! "
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Light
FanfictionJeno merasa marah atas fakta bahwa dirinya telah ditunangkan secara paksa dengan Karina. Jika bukan karena sang kekasih terbaring koma, ia tak akan sudi bertunangan dengan gadis kaku sepertinya. Sementara itu, Karina tidak pernah menganggap pertuna...