Plak!!
Sebuah tamparan panas mengenai pipi Karina. "Kenapa kau masih berhubungan dengan Winwin itu hah?! " teriak Nyonya Wong selepas menampar Karina dengan kencang.
"Ibu!! Jangan menampar Karina seperti itu, " teriak Hendery sambil menjalankan kursi rodanya menuju ibunya dan Karina.
"Kau urus dia. Ibu muak dengan tingkahnya yang tak jauh beda denganmu, " ucap Nyonya Wong. Ia lalu pergi meninggalkan kedua kakak beradik itu.
"Pipimu sakit? " Bodoh, kenapa aku harus bertanya itu sihh? Pastilah sangat sakit tamparan penyihir tua tadi,
Karina mendongak. "Lumayan kak. Tumben kakak sudah bangun jam segini? Kakak butuh sesuatu?" balas Karina untuk mengalihkan pembicaraan.
"Maaf kakak tidak bisa melindungimu baik sekarang ataupun masa lalu. " ucap Hendery sedih.
"Biarkan masa lalu menjadi masa lalu. Kakak pasti tau alasanku bertahan disini karena apa, "
Hendery terdiam. Melihat Hendery diam membuat Karina kembali berucap, "aku antarkan kakak ke meja makan ya, kak?" dan tanpa persetujuan Hendery, Karina langsung mendorong kursi roda sang kakak keluar dari ruangan baca ini menuju ruang makan.
.
.
Jeno membuka berkas-berkas yang harus ia tandatangani dengan cepat. Ia harus menyelesaikan ini semua sebelum Karina datang. Jujur saja, ia memiliki rasa takut dipecat oleh Karina.
"Aku akan menjadi gila jika begini terus!!" teriak Haechan sambil menjambak rambutnya sendiri.
"Nona Wong marah besar tadi pagi karena semua divisi tidak bisa menampilkan laporan masing-masing secara mendadak. Aku tak bisa membayangkan bagaimana raut marahnya jika sampai nanti sore tak ada divisi yang melapor," ucap Mark.
"Jeno, benar kau tak dapat privilege dari keluarga Wong? " tanya Renjun memastikan. Ia sangat berharap bahwa Jeno memiliki privilege karena menjadi kekasih Winter.
Jeno menggulirkan matanya malas. "Aku tak mendapat privilege apapun darinya. Jadi berusaha keraslah untuk menampilkan laporan yang terbaik, "
jawab Jeno yang kembali mematahkan harapan Renjun.Tak lama, Xiaojun melewati mereka dan berhenti. "Ada kabar baru guys, " Ucap Xiaojun yang mampu membuat semua atensi beralih padanya.
"Nona Wong barusan menelpon jika laporannya bisa dikirimkan langsung padanya melalui email saja karena Nona Wong sedang sibuk dengan perusahaannya sendiri, " umum Xiaojun.
Tiba-tiba semua orang berteriak kegirangan, kecuali Jeno. Jeno berpikir, sedang sibuk apa Karina? Ia memang tak tau mengenai kehidupan pribadi Karina, tapi setaunya majalah dari perusahaannya baru saja rilis. Jadi, ada kesibukan apa dia?
"Kalau begitu aku pamit dulu. Aku harus menemui Tuan Wong, " pamit Xiaojun dan ia pergi menjauh.
"Kenapa kau tak terlihat gembira eh? " tanya Mark pada Jeno. Ia sadar sedari tadi Jeno hanya diam tak bergeming sedikitpun.
"Aku hanya lelah. Mungkin aku butuh refreshing, " jawab Jeno.
"Kalau begitu datanglah di acara ulang tahun anakku besok sore. Kita bisa bersenang-senang disana, " ucap Jaemin pada Jeno.
.
.
"Berhentilah untuk minum obat tidur, " ucap Winwin pada Karina.
"Tapi, aku butuh. Aku tak bisa tidur di rumah, " balas Karina sambil merebut botol obat tidurnya dari Winwin.
Winwin mendekat pada Karina dan mengelus rambut panjang perempuan itu. "Kau sekarang sedang merasakan apa, Karina? Ada aku disini dan akan selalu menjadi telingamu. Jadi, ceritakanlah kegelisahanmu, " pinta Winwin.
"Rasanya sangat sakit ge, "
Winwin paham maksud dari Karina. Ia lantas memeluk Karina yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. "Kau hanya perlu mengikhlaskan masa laluku, Kar. Hari esok pasti lebih baik lagi. Jangan lupa berdoa kepada Tuhan juga dan meminta yang terbaik dari- Nya,"
"Gege, terima kasih sudah mau menjadi kakak bagiku. Aku tak tau lagi harus bercerita pada siapa, " ucap Karina.
"Aku akan selalu mendengarkanmu. Jadi, kau cukup datang ke gereja ini dan aku akan langsung menemuimu. " jawab Winwin. Selain menjadi pelatih bela diri, Winwin juga seorang pastur di gereja yang tak jauh dari perusahaan majalah milik Karina.
.
.
Hendery menatap Yangyang yang tengah tertidur di kamarnya sendiri. Ia memang sejak tadi menemani anaknya bermain seharian.
"Boss, aku datang! " teriak Xiaojun sambil mendekati Hendery.
"Jangan berteriak. Yangyang baru saja tertidur, " ucap Hendery yang membuat Xiaojun memilih mengangguk - anggukkan kepalanya.
"Apakah Yangyang tak kau masukkan ke sekolah umum saja? " tanya Xiaojun.
"Aku akan melakukannya jika semuanya baik-baik saja. Tapi, kau tau sendiri bagaimana keadaan keluarga ini. Lagipula dia sudah kumasukkan ke akademi musik yang ia sukai dan juga bimbel. Kurasa itu sudah cukup membuatnya memiliki teman," jawab Hendery.
"Masalah keluarga Wong tak bisa kau buat sebagai alasan Yangyang tak bisa merasakan apa yang seharusnya Yangyang rasakan,"
"Ck... Kau tak akan mengerti tentang hidupku sampai kapan pun juga,"
"Tentu saja. Ah, aku jadi lupa untuk melapor. Keadaan perusahaan sangatlah stabil setelah kehadiran Nona Wang, "
Hendery mengangguk. Ia tau bagaimana cara kerja adiknya yang begitu cermat dan teliti. Lalu, ia mengalihkan pandangannya kepada Yangyang. Ia jadi teringat sesuatu.
"Apakah pembangunan rumahku sudah selesai? " tanya Hendery. Ia tak bisa melihat pembangunan rumah itu karena kondisinya.
"Hampir jadi. Tinggal mengisi rumah itu dengan perabotan. Mau aku pesankan atau kau memilih sendiri, boss? "
Hendery menjawab, "Biar aku saja. Kau urus surat tanah dan rumah itu. Semua itu harus bertuliskan nama ibunya Yangyang. Sudah banyak yang harus ia korbankan selama ini, "
Xiaojun mengangguk dan sebuah pertanyaan muncul di dalam otaknya. "Apakah kau mencintai perempuan itu? " tanyanya yang tentu saja membuat Hendery tertawa pelan.
"Ya, aku mencintainya sejak dulu. Sejak pertama kali aku melihatnya. Tapi sayangnya, dia tak pernah melihat ke arahku sedetik saja hingga kini. Hahahaha sungguh miris aku, "
Xiaojun menatap miris pada sahabat sekaligus bossnya itu. Ia tau bagaimana dalamnya perasaan Hendery pada perempuan itu. Walaupun ia juga marah kepada sahabatnya dulu karena perbuatannya dulu membuat Yangyang hadir tanpa diminta.
"Kau tau aku berharap suatu saat nanti kau bisa membangun keluarga yang bahagia dengannya, "
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Light
Fiksi PenggemarJeno merasa marah atas fakta bahwa dirinya telah ditunangkan secara paksa dengan Karina. Jika bukan karena sang kekasih terbaring koma, ia tak akan sudi bertunangan dengan gadis kaku sepertinya. Sementara itu, Karina tidak pernah menganggap pertuna...