"Kita harus membunuh keluarga jaksa Yoo Jaewoo. Tak bagus jika dia masih hidup disaat kau akan mencalonkan diri menjadi wakil rakyat, sayang."
"Tenang sayang. Aku sudah memerintahkan Na Jumin untuk mencelakakan keluarga Jaewoo. Sudah bisa dipastikan Yoo sialan itu, istrinya, dan kedua anaknya mati."
"......"
Tap tap tap
"Na Jumin menghadap pada Tuan dan Nyonya Lee. Saya sudah menyelesaikan misi,"
"Uang untuk pengobatan putramu sudah kukirim dan sekarang kau hanya perlu mati!"
Dorr!
Tubuh laki-laki yang bernama Na Jumin langsung jatuh dengan peluru yang bersarang di dadanya.
Rekaman itu terputar di semua layar yang ada. Entah di TV, bioskop, ataupun jalanan. Bisa terlihat jelas wajah Tuan dan Nyonya Lee disana.
"Sial! Siapa yang berani menyebarkan ini hah?!" teriak Tuan Lee sambil membuang laptop miliknya ke lantai marmer.
Pria tua itu langsung bangkit dari kursi kebesarannya dan keluar dari kantor miliknya. Semua mata memandang dirinya dengan remeh. Ia tak menyangka semua reputasinya hancur dalam kurun waktu 30 detik.
Tuan Lee mengabaikan berbagai reaksi orang-orang yang ada dan memilih bergegas pergi. Ia harus cepat kabur keluar negeri atau bahkan keluar benua Asia sekalian untuk bersembunyi.
Tapi langkahnya terhenti oleh sekelompok polisi yang sudah berdiri di luar kantornya.
"Maaf, surat penangkapan Tuan Lee atas tuduhan pembunuhan keluarga mendiang Jaksa Yoo dan juga mendiang Na Jumin sudah keluar. Anda diharap bisa bekerjasama," ucap seorang pria dengan lencana bernama Lee Taeyong.Kemudian, seorang lainnya langsung memegang kedua tangan Tuan Lee dan memborgolnya.
"Apa-apaan ini hah?! Saya dijebak! Mana mungkin saya melakukan hal sekeji itu!" teriak Tuan Lee sambil meronta-ronta.
"Bicara pada pengacaramu dan juga di pengadilan nanti. Jadi, lebih baik Anda tenang." ucap seorang polisi wanita yang bernama Jennie dengan mata tajamnya.
"Ayo kita pergi sebelum para wartawan semakin banyak!" ajak Taeyong sambil melirik belasan wartawan yang siap memberondongi pertanyaan kepada Tuan Lee.
.
.
"Jadi, ayahnya Jeno yang sudah membunuh keluargaku?!" gumam Karina saat layar LCD di bandara menampilkan potongan percakapan antara Tuan Lee, Nyonya Lee, dan juga pria bernama Na Jumin yang ia tak kenali.
"Karina, kamu gapapa kan?" tanya Hendery saat sadar tubuh Karina melemas. Ia menahan tubuh Karina yang melemas.
"Sepertinya kau tau banyak hal mengenai. Bagaimana jika kita pulang bersama dan selama perjalanan kamu bisa menceritakan segalanya?" pinta Haechan. Haechan sadar jika hanya dirinya yang masih sadar atas kejadian barusan pada Yeonjun yang hanya diam sedari tadi.
"Well, aku memang menyimpan sesuatu dan kurasa sudah saatnya kalian tau. Hendery, kau gendong Karina saja. Aku dan Haechan akan mengambil mobil. Ayo Chan! Oh ya Der, kamu tunggu kami didepan saja." ucap Yeonjun. Lalu, Yeonjun dan Haechan bergegas meninggalkan Hendery serta Karina.
Hendery mengangguk dan segera menggendong tubuh Karina yang sudah lemas. Ia menggendong Karina di depan dadanya bak seorang pengantin baru. Ia bisa melihat mata Karina yang tengah ketakutan. Mungkin dia teringat kecelakaan itu.
Dulu, Karina pernah bilang kecelakaan itu membuat mobil ayahnya meledak dan terbakar. Untungnya ia tak meninggal dan terbangun di sebuah rumah sakit. Bawahan ayahnya yang membenci sifat bersih ayahnya pun langsung membawa dirinya ke sebuah panti asuhan terpencil dan tak memiliki fasilitas yang bisa dibilang layak.
"Kak, aku takut.." gumam Karina sambil menyembunyikan wajahnya pada dada Hendery.
Hendery bisa merasakan air mata Karina luruh dan itu membuat hatinya terasa begitu sesak. Sampai saat ini sudah terhitung dua kali ia melihat Karina menangis. Pertama kali wanita itu menangis ketika melihat Yangyang lahir dan kali ini Karina menangis ketika fakta kecelakaan keluarganya terungkap begitu saja.
"Tenang, kakak akan menjagamu selalu sayang." ucap Hendery.
.
.
Nyonya Lee yang sudah mendengar mengenai tertangkap suaminya pun langsung panik. Ia tak mau menghabiskan masa tuanya di penjara yang begitu busuk. Ia ingin hidup mewah terus.
"Sepertinya aku harus kabur ke Swiss. Tak ada yang akan menyangka aku disana," ucap Nyonya Lee yakin.
Ia langsung berlari menuju sudut kamarnya dan mengambil sebuah koper besar. Ia memasukkan baju–baju mewahnya, perhiasan, uang, dan berbagai barang berharga lainnya.
"Ibu mau kemana?"
Nyonya Lee berbalik dan menemukan Jeno yang menatapnya dengan rasa kecewa. "Kita harus kabur ke Swiss! Ayahmu pasti sudah tertangkap. Sana beres-beres dan kita berangkat menggunakan pesawat pribadi milik pamanmu,"
"Ibu tak bisakah ibu dan ayah mempertanggung jawabkan perbuatan kalian? Dan sebenarnya siapa Yoo Jaewoo?" tanya Jeno.
"Apa ibu mempertanggung jawabkan kematian Yoo Jaewoo? Apa kau tau tak hanya kami yang menginginkan kematiannya? Banyak pejabat tinggi sekarang sangat menginginkan kematian pria sok suci itu!''
"Apakah ibu tau dua anak Yoo Jaewoo masih hidup?"
"Maksudmu apa Jeno?"
Jeno berjalan menuju TV di kamar itu dan menyalakan sembarang channel. Disana menampakkan dua foto orang yang merupakan putri dan putra dari Yoo Jaewoo. Mereka adalah Karina Wong dan juga Jung Sungchan.
.
.
"Adikmu masih hidup Karina dan dia dibesarkan oleh keluargaku," ucap Yeonjun jujur sesaat setelah tayangan mengenai kedua anak Yoo Jaewoo tersebar luas.
"Jadi, Sungchan adik angkatmu adalah adik kandungku? Kenapa kau baru bercerita sekarang?!" tanya Karina sambil menaikkan nada bicaranya.
"Aku saja baru tau itu sejak tahun lalu. Saat itu Xiaojun menemuiku dan bertanya mengenai keluarga Yoo Jaewoo pada ibuku yang kebetulan pernah menjadi asisten ayahmu,"
"Xiaojun ada urusan apa dia?" tanya Hendery penasaran.
"Sepertinya kalian tak tau jika dia bekerja untuk ayahnya Yerim dan juga Winwin adalah kakak kandung dari Yerim yang sengaja ditaruh di panti asuhan untuk menjaga Karina." ucap Yeonjun.
"Wow.... Hidup Karina penuh plot twist," celetuk Haechan sambil geleng-geleng.
"Kenapa dia mau bekerja dengan ayahnya Yerim?" tanya Hendery lagi.
.
.
"Bukankah kau seharusnya mati, Nyonya Wong?" tanya Tuan Lee sambil menodongkan pistol pada Nyonya Wong dan mengabaikan para polisi yang mengepungnya sambil membawa pistol yang siap menembak jua.
TBCMaaf baru update yaa gaesss

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Light
FanfictionJeno merasa marah atas fakta bahwa dirinya telah ditunangkan secara paksa dengan Karina. Jika bukan karena sang kekasih terbaring koma, ia tak akan sudi bertunangan dengan gadis kaku sepertinya. Sementara itu, Karina tidak pernah menganggap pertuna...