Bab 18 Tak Terduga

589 90 4
                                        

Winwin menatap orang tuanya yang sibuk dengan makanannya sendiri-sendiri. Mereka bertiga bahkan tak saling melemparkan perkataan apapun sejak setengah jam yang lalu dan itu membuat Winwin muak.

"Untuk apa aku disini?"

Pria yang lebih tua dari Winwin pun menghentikan acara menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dan menatap putra sulungnya dengan senyuman.

"Apa kau tak rindu dengan semua fasilitas mewahmu ini?" tanya pria itu yang dihadiahi gelengan mantap Winwin.

"Kau begitu naif, Sicheng? Hah! Apa harus kupanggil nama aslimu saja, Jaejun? "

Alis Winwin terangkat saat mendengar nama aslinya terucap. Ia terakhir kali mendengar nama panggilan itu sudah belasan tahun lamanya sebelum ia dibuang dan diangkat anak oleh sepasang suami istri pemilik panti asuhan.

"Jaejun, kau harus tau kami membuangmu saat itu karena kami terpaksa." ucap sang ibu sambil mengelus tangan Winwin.

"Iya, terpaksa karena kalian adalah penyebab dari semua kekacauan ini. Bukankah aku benar?"

"Kematian keluarga kandung Karina bukanlah salah kami berdua. Itu murni karena kecelakaan," ucap sang ayah.

"Kecelakaan? Yang benar saja? Bahkan anak TK saja tau kalau kalian sedang berbohong. Kecelakaan itu sudah direncanakan, bukan?" tanya Winwin tepat sasaran.

Pria itu tertawa keras. "Itu memang direncanakan khusus oleh Nyonya Lee karena ia tau bahwa jika ibunya Karina masih hidup maka posisi Tuan Lee masih terancam. Tapi sayangnya mereka tak tau jika Karina adalah putri kandung pasangan Yoo itu."

"Lalu, kenapa dia tak dipenjara saat itu?" tanya Winwin.

"Uang dapat mengalahkan semuanya bukan?"

Winwin beralih menatap sang ibu. Ia mengangguk paham dengan pertanyaan tadi. "Apa rencana kalian sebenarnya dengan membiarkan Xiaojun tetap di dekat Yerim seperti ini? Apa kalian tidak takut bahwa Yerim akan sadar siapa sebenarnya Xiaojun itu?"

.




































.

Karina mengelus rambut Yangyang dengan sayang. Ia menemani putra satu-satunya itu untuk tidur di kamarnya. Ia juga menyanyikan lullaby agar putranya dapat tertidur dengan cepat.

"Mimpi indah, sayang" ucap Karina sambil mengecup rambut Yangyang dengan sayang.

Ia bangkit dan menyelimuti putranya dengan sayang. Jujur, ia tak rela berpisah dengan putranya di malam hari seperti ini karena ia takut putranya kembali pergi di luar jangkauannya seperti 6 tahun yang lalu.

Secara perlahan, ia keluar dari kamar Yangyang sambil mematikan lampu kamar sang anak. Kemudian, ia menutup pintu dengan sangat pelan.

"Yangyang sudah tidur?" tanya Hendery yang tiba-tiba saja ada di belakang Karina dan membuat Karina kaget.

"Ehhhh, sudah kok Kak. Mengapa kakak belum tidur?" tanya Karina canggung.

Senyum Hendery terangkat saat mendengar pertanyaan dari Karina karena ia yakin bahwa Karina masih mempedulikannya.

"Aku tidak bisa tidur sekarang. Apa kau mau menemani kakak untuk berbincang di taman?"

Karina diam. Memikirkan jawaban yang terbaik. Ia ingin menolak karena takut ada yang melihat keduanya dan memberitahukan pada ibunya. Akan tetapi, ia juga ingin mengiyakan karena ada banyak hal yang ia ingin diskusikan mengenai Yangyang.

"Baiklah. Aku akan membuat teh hangat untuk kakak juga," Jawab Karina sambil mendekat di kursi roda Hendery dan membantu mendorongnya.

Mereka berdua melewati beberapa maid yang langsung membungkukkan badannya sopan. "Tuan dan Nona ingin kami buatkan sesuatu?" tanya salah satu maid disana.

"Buatkan kami teh hangat dan bawakan ke taman. Ah sekalian dengan cookies buatanku ya. Terima kasih," ucap Karina.

"Kau membuat cookies? Tumben sekali," komentar Hendery pada Karina.

Karina menjawab, "aku membuatkannya untuk Yangyang. Makanan kesukaannya sama sepertimu, Kak."

Hendery mengangguk dan membiarkan Karina mendorong kursi rodanya dengan pelan. Bahkan ia berdoa agar waktu terhenti agar ia memiliki waktu lebih banyak bersama Karina tanpa diganggu oleh siapapun.

Tak lama mereka sampai di taman dekat kamar Yangyang. Lalu, mereka masuk ke dalam rumah kaca mini milik Nyonya Wong. Kebetulan rumah kaca mini ini dibuat karena Nyonya Wong memiliki hobi menanam berbagai jenis tanaman.

Karina menyingkirkan sebuah kursi agar Hendery dapat duduk di seberang dirinya. Setelah kursi tersingkir, Karina membenarkan posisi kursi roda milik Hendery agar dia dapat duduk dengan tenang sambil menikmati kudapan mereka nanti. Kemudian, ia memutar dan duduk di hadapan Hendery.

"Sudah lama kita tak berbincang seperti ini,"

"Iya. Sudah sangat lama sekali kak."

Lalu keheningan pun tercipta tanpa bisa dihalangi. Hendery terdiam. Bingung harus berbicara darimana karena ada banyak sekali hal yang ia ingin bincangkan dengan Karina. Sementara Karina diam karena menunggu Hendery berbicara. Ia yakin bahwa ada banyak hal yang ingin Hendery katakan.

"Kau tau malam ini kau terlihat cantik sampai-sampai bintang tak menunjukkan dirinya karena merasa kalah cantik,"

Dengan cepat, Hendery memukul bibirnya karena berbicara seperti itu. Padahal niatnya untuk berbicara mengenai Yangyang. Bukannya menggombal receh seperti tadi.

Tanpa disangka Karina tertawa melihat tingkah Hendery barusan. Hendery yang melihat Karina tertawa seperti itu hanya dapat mengelus tengkuknya.

"Sepertinya sudah saatnya kita berdamai dengan masa lalu dan menyelesaikan masalah kita berdua,"

Hendery tak paham dengan konteks masalah yang diucapkan Karina. Terlalu banyak masalah dalam hidupnya yang hingga kini belum ada penyelesaiannya.

"Aku meminta ijinmu untuk membawa Yangyang pergi ke Singapura setelah hak asuh Yangyang kembali jatuh di tanganku dan aku tak akan menghalangimu untuk bertemu Yangyang setelah itu,"

"Apa yang akan kau lakukan jika semisal aku tak memberikan ijin?"

"Maksudmu kak?"

"Apakah jika aku tak mengizinkan kalian pergi, maka kau dan Yangyang akan tetap disini bersamaku ?"

.






























.

Sesosok pria sedang menghisap rokok di depan tungku perapian. Kakinya yang bebas bergerak ke kanan dan kiri untuk mengusir kebosanan yang terus menghinggapinya.

"Boss, rencana kita sudah matang 100% dan siap dilaksanakan kapan pun. Apa ada tambahan sesuatu, boss?"

Xiaojun menoleh pada sosok bertubuh kekar tersebut. Ia melepaskan rokok dari kedua belah bibirnya dan menghembuskan asap putih. "Hmmm bagus dan kuharap jangan sampai ada yang mencurigaiku termasuk Yerim,"

TBC

Dark LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang