Jeno melihat mobil Karina melaju pergi pun langsung menutup gerbang rumah dan menguncinya. "Karina, kenapa kau seperti menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Jeno.
Jeno menggenggam tangan Winter erat saat ia memasuki rumah besar milik Wong. Ia bisa melihat para maid sedang sibuk mengerjakan tugas masing-masing.
"Ayah... Ibu... Winter pulang!" teriak Winter.
Lalu, suara hak tinggi beradu di lantai marmer pun terdengar. Terlihat seorang wanita yang sudah memasuki usia setengah abad tersenyum pada Winter. "Putriku dengan siapa kau datang?" tanyanya sambil menatap Jeno cukup tajam.
"Dia kekasihku. Jeno. Berikan salam pada ibuku, Jen." ucap Winter sambil mendorong Jeno agar semakin dekat dengan ibunya.
"Namaku Lee Jeno,bi. Salam kenal,'' sapa Jeno sambil membungkuk sopan.
"Kau anaknya Lee Donghae ya?" tanya Nyonya Wong.
"Benar bi." jawab Jeno sopan.
"Ahhh... Pasti kalian lelah habis kuliah. Lebih baik kalian makan saja ya," pinta Nyonya Wong.
Kemudian, Nyonya Wong berlalu sambil memerintahkan beberapa maid untuk menyiapkan makanan. "Apa aku merepotkan?" bisik Jeno pada Winter.
"Tentu saja tidak. Ayo, kita mengikuti ibuku. Jangan sampai dia menunggu kita," ajak Winter sambil menarik tangan Jeno.
Jeno mengangguk dan membiarkan Winter menariknya. Matanya terpaku dengan beberapa figura yang menopang foto-foto Winter dengan kedua saudaranya. Ia mengenal siapa Hendery karena ia sempat beberapa kali bertemu dengan Hendery. Tapi, ia sama sekali belum pernah bertemu dengan saudara perempuan dari Winter.
"Perempuan itu saudaramu kan? Aku tak pernah melihatnya," tanya Jeno begitu saja.
"Dia adalah Karina, kakaknya Winter. Dia sibuk membangun perusahaannya sendiri dan membuatnya tak pernah pulang kemari. Daripada membicarakan dia, lebih baik kita makan sambil kalian menceritakan kisah kedekatan kalian?" ucap Nyonya Wong.
"Kurasa memang ada yang disembunyikan oleh keluarga Wong," gumamnya sambil berbalik dan menuju pintu rumahnya. Ia berjalan dengan cepat karena udara semakin dingin.
Saat ia berhasil masuk rumah, ia langsung menutup pintu rumah dan tak sengaja membuat sebuah pigura yang entah bagaimana bisa ada disitu pun jatuh.
"Foto?" gumam Jeno sambil mengambil pigura. Tangannya membalik pigura itu untuk mengecek kacanya pecah atau tidak, dan untungnya saja tak pecah.
"Aku dan Winter disini seperti sepasang kekasih yang sangat mencintai." gumamnya lagi sambil pikirannya melayang pada hari dimana ia berkencan untuk pertama kalinya bersama Winter.
"Kak Jeno!!" sapa Winter sambil berlari kecil menuju Jeno yang sedang berbincang dengan Mark.
"Kita jadi berkencan kan?" tanya Winter malu-malu.
Mark yang mendengar itu pun langsung sadar bahwa sudah waktunya ia pergi daripada menjadi nyamuk diantara dua orang sedang kasmaran.
"Balik dulu ya, No, Win. Udah ditunggu sama Koeun. Win, jagain Jeno ye. Jangan sampai lepas dari pengawasan ntar,"
"Dikira aku anjing apa?"
"Emang iya kan? Hahahah,'' jawab Mark sambil berlari yang membuat Jeno kesal.
"Kak Mark lucu ya?" komentar Winter sambil tetap menatap kepergian Mark.
'' ck... Tapi tetep lucuanku aku kan by?" sela Jeno sambil menarik bahu Winter agar melihatnya dan ia menunjukkan senyum manisnya.
"Iya... Jenomu tetep paling lucu. Buing..buing.." balas Winter sambil mencuri sebuah kecupan di pipi kanan Jeno.
.
.
"Kau mau apa, Win?" tanya Jeno sambil tetap mengikuti kemanapun gadis itu pergi.
"Hmmmm aku ingin beli parfum baru. Menurutmu aku lebih pantas memakai parfum wangi apa?"
Jeno berpikir. Menurutnya, Winter itu sangat cocok dengan harum khas bayi. Sangat menenangkan baginya. "Parfum bayi aja. Kamu tuh cocok jadi bayiku," jawab Jeno begitu saja.
"Kak, aku udah umur 20 tahun. Bukan bayi umur 20 bulan... Ah nyebelin," cemberut Winter.
Jeno langsung gelagapan melihat ekspresi Winter yang kini cemberut dan sedih. "Jangan cemberut lagi dong, manis" ucapnya diiringi kecupan yang ia bubuhkan di pipi manis Winter.
Tanpa diminta pipi Winter pun memerah yang tentu saja mengundang tawa bahagia Jeno. "Kau hanya boleh berperilaku manis seperti ini denganku saja ya. Mengerti manis?" ucap Jeno lagi sambil mengusak rambut Winter dengan sayang.
.
.
.
"Yangyang tumben bermain piano disini"
Yangyang berbalik dan menemukan Shotaro berjalan mendekat padanya. Hari ini adalah hari dimana biasanya dirinya berlatih di akademi musik.
"Yangyang ingin bisa memainkan sebuah lagu untuk mama,"
"Ohhhhhh baiklah. Mau Taro temani?" tanya Shotaro.
"Tentu saja boleh. Oh ya tumben tidak bersama Uchan. Kalian berantem?"
Kepala Shotaro menggeleng kuat. Ia tadi sebenarnya bermain keyboard bersama Sungchan, tapi sayangnya Sungchan pulang duluan karena sudah dijemput oleh ayahn.
"Uhmmm Yangyang ingin bermain lagu apa?" tanya Shotaro penasaran karena buku not lagu sama sekali tak dibuka oleh Yangyang.
"Menurut Taro, Yangyang harus memainkan lagu apa?"
Tangan kecil Shotaro memegang kepalanya bingung. Selama ini ia hanya memainkan lagu anak-anak dihadapan kedua orang tuanya dan mereka pasti memujinya sambil mengecupi pipinya bertubi-tubi.
"Mainkan saja lagu yang Yangyang bisa saja. Pasti papa dan mama Yangyang menyukainya,"
Yangyang mengangguk-anggukan kepalanya paham. Ia akan mencoba beberapa lagu. Setelah menemukan lagu yang pas, ia akan langsung mempraktekkannnya di hadapan sang mama.
"Taro, kenapa kita bisa ada?" tanya Yangyang tiba-tiba.
Shotaro yang baru saja membuka buku lagu di samping Yangyang langsung menjawab, "Karena papa dan mama kita saling mencintai. Makanya kita ada,"
"Lalu, kenapa bisa ada yang sampai berpisah?"
Shotaro menghentikan kegiatannya dan langsung menatap sang teman. "Kenapa Yangyang bertanya seperti itu?"
"Yangyang melihat papa dan mama saling membentak tadi malam. Yangyang hanya takut jika harus dipisahkan dari mereka,"
Shotaro langsung melepas buku yang ada di tangannya dan memeluk tubuh sang teman dari samping. "Jangan terlalu dipikirkan. Masalah orang dewasa itu memang rumit, tapi Yangyang bisa tetap membuat kedua orang tua Yangyang tetap bersama selamanya."
"Bagaimana caranya?"
Shotaro tersenyum senang dan mendekatkan bibirnya ke telinga Yangyang. "Yangyang hanya perlu membuat kedua orang tua Yangyang selalu menghabiskan waktu bersama Yangyang saja," bisik Shotaro yang dihadiahi senyuman polos keduanya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Light
FanfictionJeno merasa marah atas fakta bahwa dirinya telah ditunangkan secara paksa dengan Karina. Jika bukan karena sang kekasih terbaring koma, ia tak akan sudi bertunangan dengan gadis kaku sepertinya. Sementara itu, Karina tidak pernah menganggap pertuna...