Jeno menahan kantuknya di bilik ruangan. Sudah terhitung sebulan ini semua pekerjaan di perusahaan ini berada di bawah kendali Karina Wong. Ia akui bahwa cara kerja Karina sangatlah mengesankan. Tak heran jika perusahaan majalah fashion yang Karina bangun sejak 9 tahun yang lalu telah menjadi sangat terkenal. Bahkan majalah itu sudah diakui dunia.
"Mau kopi? " tawar Jaemin yang baru saja kembali dari kedai kopi seberang kantor.
"Tidak. Berikan saja itu pada Haechan yang sudah terkantuk-kantuk di mejanya, " tunjuk Jeno pada Haechan yang sedari tadi membuka dan menutup matanya secara berulang.
"Aish, pekerjaan ini menyiksaku. Padahal kan aku ingin cuddle dengan Hina ku tersayang, " rengek Jaemin sambil kembali duduk ke tempatnya. Ia menatap berkas-berkas yang tersebar di mejanya dengan wajah prihatin.
"Cepat kerjakan. Kau tau kan Nona Wong itu sangat perfeksionis. Dia bahkan cermat dengan 1 huruf yang salah. " ucap Jeno.
"Memangnya kau tak dapat privilege gitu? Kau kan kekasih Winter, " tanya Jaemin.
Jeno bingung harus menjawab apa. Selama sebulan lebih seminggu ia bertunangan dengan Karina bisa dihitung berapa kali mereka berbicara. Itu saja membahas pekerjaan tidak lebih.
"Tentu saja tidak ada. Ayolah bekerja lagi sebelum malam semakin gelap, " ajak Jeno mengalihkan pertanyaan Jaemin. Kemudian, ia menengok ke arah ruangan Karina yang masih menyala terang. Itu berarti Karina sedang melembur.
Jeno akui bahwa Karina membawa pengaruh besar di perusahaan ini. Ia memperbaiki semua kesalahan yang ada hingga Karina sering bermalam di kantor.
Tiba-tiba lampu ruangan Karina mati bersamaan dengan Karina yang keluar dari ruangan sambil menenteng sebuah paper bag. Jeno tebak pasti isinya komestik atau sejenisnya karena ia sering melihat Winter yang kerap berbelanja hal-hal yang seperti itu.
"Kalian tidak pulang? " tegur Karina sambil mendekati Jeno, Jaemin, dan Haechan.
"Chan bangun, " ucap Jaemin sambil menyenggol lengan pria berkulit tan itu, tapi tak ada reaksi apapun.
"Kalian bisa pulang. Kasihan Tuan Lee Haechan sampai tertidur di meja seperti itu, " ucap Karina.
"Bisa ulangi Nona Wong? " tanya Jaemin kaget. Ia ingin boss penggantinya itu berbicara ulang. Siapa tau ia tadi salah dengar?
Karina tersenyum. "Kalian bertiga pulanglah. Jangan sampai menginap disini. Kalian tidak boleh sakit dan itu perintah mutlak,"
Jeno masih menatap Karina tak habis pikir. Bagaimana bisa mereka tak lembur padahal ada banyak tugas yang harus dikerjakan?! Ia bahkan sampai berpikir bahwa Karina memiliki kepribadian ganda.
"Oh ya, aku ada titipan untuk istrimu Tuan Na. Tadi sore dia memberikan beberapa desain baru miliknya. Bilang padanya bahwa aku menyetujui idenya dan rapat bulanan bisa dilakukan besok pagi. Oleh karena itu, rapat di kantor ini bisa diundur hingga 5 hari ke depan."
Perkataan terakhir Karina membuat Jaemin berteriak senang di dalam hati. Mungkin saat sampai di rumah, ia harus memberikan hadiah yang istimewa untuk istrinya itu.
"Bangunkan Tuan Lee Haechan juga. Pengunduran rapat sudah diumumkan 5 menit yang lalu oleh Tuan Xiao Dejun. Kalau begitu, saya pamit dulu. " ucap Karina sambil membungkuk sedikit dan pergi meninggalkan Jaemin yang menampilkan wajah bahagianya sedangkan Jeno yang masih menatap Karina tak percaya.
.
.
Jeno memasuki rumahnya sambil meregangkan otot-ototnya. Ia melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 2 malam. Terlalu malam untuk tidur dan terlalu dini untuk tetap terjaga hingga matahari terbit.
"Kau baru pulang? "
Jeno menoleh dan menemukan sang ibu yang sepertinya baru saja kembali dari kamar mandi dekat ruang tamu. "Iya bu," jawab Jeno singkat.
"Ya sudah. Ayo makan. Mumpung makanannya masih hangat, " ajak Nyonya Lee. Kebetulan belum lama ini ia menghangatkan makanannya di microwave untuk sang anak.
Lalu, mereka berdua berjalan menuju dapur. Jeno langsung duduk di kursi dan Nyonya Lee menyiapkan semua makanan untuk sang anak.
"Bagaimana kabarmu dengan Karina?" tanya Nyonya Lee.
"Tidak ada perubahan dan aku tidak akan berusaha dekat dengannya karena tak lama lagi aku akan memutuskan pertunangan dengannya saat Winter sadar, "
Nyonya Lee menghentikan aktivitasnya dalam mengambilkan nasi untuk sang putra. "Jangan bertingkah bodoh, Jeno! Kau tau bagaimana usaha keras ayah dan ibu untuk meyakinkan Tuan dan Nyonya Wong untuk membuatmu bertunangan dengan Karina?!"
Jeno menatap ibunya dengan rasa tak suka. "Aku mencintai Winter, bukan Karina bu. Jangan paksakan aku untuk memiliki perasaan bodoh kepada Karina,"
"Ibu tau itu. Ibu senang kau bisa jatuh cinta dengan anak Wong itu. Tapi kau harus tau bahwa Ibu juga sudah sangat berharap kau menjadi menantu di keluarga itu. Jika Winter mati, masih ada Karina yang membuatmu menjadi menantu keluarga itu! "
"Winter pasti akan sadar dan sembuh. Jangan berbicara seakan-akan ia akan meninggal detik ini! " balas Jeno yang telah dimakan emosi.
"Kau harus tau bahwa ibu merestuimu dengan Winter hanya karena dia adalah anak Wong. Posisi ayahmu sebagai anggota legislatif membutuhkan backingan besar, seperti keluarga Wong. Lagipula Karina tidak seburuk itu untuk tak kau cintai. Dia bahkan mampu mendirikan perusahaannya sendiri tanpa campur tangan kedua orang tuanya, "
Tak!!
Jeno berdiri dari kursinya. "Apa ibu tau bahwa Karina memilih mendirikan perusahaannya sendiri karena ia lebih memilih kekasih miskinnya itu daripada keluarganya? "
Nyonya Lee terkekeh yang membuat Jeno kebingungan. "Kalau begitu tarik saja dia ke pesonamu. Manjakan dia dengan uangmu, seperti kau memanjakan Winter. Pastinya dia akan meninggalkan pemuda miskin itu, " jawab Nyonya Lee yang lagi-lagi membuat Jeno tak habis pikir.
"Selera Karina tak jauh beda dengan ayahnya saat muda dulu ternyata," decih Nyonya Lee pelan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Light
FanfictionJeno merasa marah atas fakta bahwa dirinya telah ditunangkan secara paksa dengan Karina. Jika bukan karena sang kekasih terbaring koma, ia tak akan sudi bertunangan dengan gadis kaku sepertinya. Sementara itu, Karina tidak pernah menganggap pertuna...