Nyonya Wong menatap foto yang dikirimi Xiaojun dengan marah. Bagaimana bisa foto mengenai kelahiran Yangyang bisa menyebar di kantor suaminya. Ia tak bisa tinggal diam. Ia bangkit dari acara teh paginya dan langsung melangkahkan kaki menuju ruang kerja sang suami. Mungkin dia tau masalah ini.
"Wong!" teriak Nyonya Wong keras yang tentu saja mengagetkan Tuan Wong.
"Jangan berteriak padaku!" desis Tuan Wong. Tuan Wong berpikir pagi ini akan dilewatinya dengan tenang, tapi nyatanya pagi ini sudah diisi oleh teriakan sang istri.
"Bagaimana bisa ini terjadi?! Apakah kalian semua ingin mempermalukan nama keluarga Wong hah?" teriak Nyonya Wong sambil melempar ponselnya.
Tuan Wong hanya mengangkat alisnya keheranan. Lalu, mengambil ponsel sang istri. Alangkah terkejutnya, ia menemukan foto yang bahkan sama sekali belum pernah ia lihat. Dan, bagaimana bisa foto ini tersebar di kantornya sendiri? Sepertinya hal mustahil jika ini kelakuan Hendery maupun Karina.
"Aku tak mau tau, tarik Karina dari kantor. Kau yang memegangnya segera. Jangan sampai para pemegang saham mengetahui hal ini! Aku bisa gila jika begini terus," gerutu Nyonya Wong. Mau ditaruh dimana mukanya jika satu per satu rahasia kelamnya dan keluarga ini keluar. Ia tak akan membiarkan itu.
"Bukankah ini salah kita juga? Ini bukan salah Karina maupun Hendery," balas Tuan Wong.
"Ya ini salah kita. Ini salah kita dimulai dari mengadopsi Karina yang merupakan mantan kekasih yang masih kau cintai hingga kini!" balas Nyonya Wong sengit.
"Maksudmu apa?" tanya Tuan Wong tak paham.
'' Aku akhirnya tau kenapa Jimin, putri yang kukasihi begitu mirip dengan Karina karena sebenarnya Jimin bukan putriku melainkan putri kandung dari mantan kekasihmu itu kan?! Sebenarnya bayiku sudah meninggal kan? Jawab aku!!!" tanya Nyonya Wong sambil terisak. Bagaimana bisa ia tau masalah ini baru semalam dan itu karena Xiaojun yang notabene adalah sekretaris kepercayaan Hendery.
.
.
"Kak Yeonjun!!!" teriak Karina sambil memeluk Yeonjun dengan erat. Rasanya seperti sudah sangat lama Yeonjun meninggalkannya.
"Kakak begitu merindukanmu dan Yangyang. Bagaimana kabar domba kesayangan kakak? Sepertinya ia sudah melupakan kakak ya?"
Karina mengangguk. Yeonjun pergi ke California tepat setelah dirinya kembali ke rumah keluarga besar Wong dengan status sebagai bibi dari Yangyang.
"Maafkan kakak yang sudah meninggalkanmu ya?"
Karina mengangguk sekali lagi. Ia senang dapat memeluk pria yang sudah ia cintai sejak lama. Bahkan pria ini juga menawarinya sebuah pernikahan abadi.
"Rin, kakak terpikir suatu hal." ucap Yeonjun sambil melepaskan pelukan Karina. Ia menatap perempuan yang ia cintai sejak lama. Bahkan sejak ia mengenal Karina di panti asuhannya dulu yang berada di dekat rumahnya.
"Apa itu kak?" tanya Karina.
"Jika Yangyang lebih menginginkanmu bersama Hendery, maka kakak akan melepaskanmu untuknya,"
Senyum Karina meluntur. Karina tak permah terpikirkan bahwa Yeonjun akan menyerah pada cintanya. "Tidak. Yangyang pasti akan menger—"
Yeonjun menggeleng. "Kebahagian Yangyang adalah hal terpenting untuk kakak. Maafkan masa lalumu Karina. Kakak janji akan menepati janji kakak dulu jika Yangyang juga menginginkannya,"
.
.
"Apa yang kalian lakukan hah?" teriak Xiaojun pada sekumpulan karyawan yang mengerubunginya.
"Apa benar Nona Karina adalah istri dari Tuan Hendery? Dan sebenarnya keduanya bukan saudara kandung? " tanya mereka semua.
"Aku tidak tau. Itu urusan mereka. Tanyakan saja pada keluarga Wong. Kalian bisa kan kembali ke tempat duduk kalian semua." usir Xiaojun sambil mendorong mereka semua agar keluar dari ruangannya. Sungguh itu melelahkan.
Tak lama suara kecewa para karyawan terdengar dan mereka menghentakkan kakinya menjauh dari Xiaojun. Tentu saja hal itu membuat Xiaojun tenang. Tapi, ternyata Jeno masih ada disini. Menatap kedua mata Xiaojun dalam. Xiaojun dapat menebak pasti ada berbagai pertanyaan di otak Jeno.
"Jadi, Yangyang adalah putra Hendery bersama Karina?"
Xiaojun tersenyum tipis. Ia harus bertepuk tangan atas kecemerlangan berpikir seorang Lee Jeno. "Menurutmu sendiri apa Tuan Lee Jeno?" tanya Xiaojun penuh teka - teki.
Xiaojun berjalan memutari badan Jeno. "Apa kau tau masa sekarang adalah akibat dari masa lalu? Pikirkan kenapa alasan Karina sempat keluar dari perkuliahannya dan juga pikirkan kenapa Karina begitu menyayangi Yangyang."
.
.
Haechan mengendarai mobilnya ugal-ugalan. Ia harus cepat sampai bandara dan menemukan Karina dengan cepat. Jangan sampai perempuan itu akan ke kantor keluarga Wong. Itu sangat berbahaya baginya. Sialnya juga, ponsel Karina tidak aktif.
"Karina bisa gak sih gak bikin gue khawatir? Sumpah deh pengen banget gue jadiin perkedel siapapun yang udah nyebarin ntu foto!" teriak Haechan sambil memukul stir mobilnya.
"Sial lampu merah lagi!" umpat Haechan. Matanya bergerak ke kanan dan kiri. Tanpa sengaja, ia melihat Hendery tengah berjalan menuju ke arahnya yang tentu saja membuatnya kaget. Sejak kapan Hendery bisa berjalan?
Hendery langsung duduk di sebelah kursi kemudi Haechan tanpa ijin. Ia menatap Haechan sesaat lalu berkata, "Kita cari Karina sekarang dan jangan biarkan Karina berkeliaran di luar rumah dulu,''
" Aishh, Tuan bisa ber—"
"Cepat tancap gas! Itu sudah lampu hijau," balas Hendery cepat.
Dengan cepat, Haechan menancap gas dan mengendarai mobilnya menuju bandara. Sesekali ia melirik Hendery yang tengah gusar sembari menelpon beberapa orang yang ia tak ketahui. Semoga kejadian ini tidak berdampak besar pada Karina, batinnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Light
FanfictionJeno merasa marah atas fakta bahwa dirinya telah ditunangkan secara paksa dengan Karina. Jika bukan karena sang kekasih terbaring koma, ia tak akan sudi bertunangan dengan gadis kaku sepertinya. Sementara itu, Karina tidak pernah menganggap pertuna...