Ini ngeliat dulu ya, kalau rame lanjut. Kalau sepi dan dikacangin paling langsung stop di Part ke-10. Gimana caranya biar rame? Vote, inline comment pun bisa, karna ada banyak paragraf yg bisa dikomenin 😀
Happy Reading!
******
“Lepasin dia.”
Tiga orang preman itu terbahak kepayahan mendengar perintah bernada datar tersebut. Sementara itu, si pemilik suara malah berjalan mendekat tanpa rasa takut sedikit pun.
“Heh bocah! Daripada lo babak belur nantinya, mending lo cabut aja sekarang!” teriak seorang preman yang sepertinya sudah mabuk. Di tengah-tengah mereka berdiri seorang gadis yang sedang terjebak ketakutan. Tubuhnya menggigil, air matanya sudah tumpah karena ia merasa terancam.
“Nggak usah sok pahlawan lo bocah!”
“Ini wilayah kekuasaan kita, jadi yang lewat sini ya harus seneng-seneng sama kita dulu! Hahahaha!” seru preman yang terlihat lebih kurus dari yang lainnya.
“Ini cewek mangsa kita, jadi jangan coba-coba ganggu kesenangan kita!”
Reynand Naratama menyeringai tipis di antara kegelapan malam, kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya sementara kedua kakinya terus berjalan mendekati ketiga preman itu. “Gue bilang lepasin dia,” kata Reynand sekali lagi.
Cewek itu terisak dan meminta tolong pada Reynand, membuat ketiga preman itu malah semakin keras menertawainya.
“Bocah mana bisa nolongin bocah!” seru si ketua preman.
“Udah, Bang. Lo sikat aja tuh cewek, biar kita yang habisin ini bocah.”
Namun belum sempat preman itu bergerak, Reynand sudah melayangkan tinjunya hingga salah satu dari mereka terjungkal dengan hidung berdarah. “Sialan!”
Reynand tersenyum miring lalu membanting tubuh preman yang satu lagi. “Gue udah bilang lepasin, ‘kan?”
Pukulan demi pukulan dilayangkan, ketiga preman itu silih berganti menyerang tapi tak satu pun dari mereka berhasil mengenai Reynand. Justru sebaliknya, cowok yang baru pulang karate itu telah memberi mereka puluhan pukulan. Hingga akhirnya si ketua preman memohon ampun dan berlutut di kaki Reynand.
“A-ampun, ampun…. Jangan pukul lagi…,” kata pria berkepala plontos itu.
“Sekali lagi gue liat kalian gangguin orang, gue nggak akan lepasin,” kata Reynand lalu membiarkan mereka lari terbirit-birit.
Cowok itu mengusap tangan dan bahunya, kemudian mengembuskan napas panjang karena ia memang sudah kelelahan—lebih tepatnya mengantuk. Ya, kegiatannya hari ini memang cukup padat, berkelahi dengan preman tentu tidak ada dalam daftar rutinitas seorang Reynand.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Karma (TAMAT)
Teen FictionThe wrong one will find you in a piece and leave you in a pieces. The right one will find you in a pieces and lead you to piece. 🎐Bagi Vania Athalita, bermain dengan perasaan adalah sesuatu yang menyenangkan. Di tengah kesepian yang kian menggerogo...