Capa kangen Reynand dan Paniah? 🏋️👙
Page ini 500 votes 200 komen kuy hajarrr 🤘
*** Happy Reading***
***
“E-elo nggak perlu nganterin gue balik….”
Vania menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, pertanda bahwa ia sedang gugup. Reynand mengernyit karena gadis itu terlihat aneh. Biasanya, Vania selalu beralasan kalau mobilnya mogok atau tidak dijemput sopir. Namun kali ini Vania malah tidak mau diantar Reynand.
“Kenapa?”
“Lagi pengen pulang sama abang ojol,” kata Vania sementara matanya jelalatan ke arah lain—menghindari mata Reynand.
“Bukannya lo nggak suka naik ojol?”
“Su-suka! Gue suka liat jaketnya yang ijo-ijo kayak klepon. Lo duluan aja sana,” usir Vania.
“Gue nggak mungkin ninggalin lo. Sekolah udah sepi.” Cowok itu turun dari motornya dan merebut ponsel Vania.
“Eh! Gue lagi mesen ojol kenapa lo rampok!” seru Vania ingin mengambil ponsel itu lagi. Namun Reynand malah memasukkannya ke saku celana, membuat Vania tidak jadi mengambilnya.
“Biar gue aja yang anter lo pulang,” kata Reynand melepas jaketnya dan memasangkan ke tubuh Vania.
“Ih lo ngapain sih! Gue nggak mau balik sama lo ya!”
Reynand tidak menggubris dan tetap sibuk sendiri. Menarik tangan jaket itu sampai tangan Vania tenggelam karena kepanjangan.
“Gue nggak tau gue salah apa sampai lo kayak gini ke gue. Tapi, gue nggak akan biarin lo pulang sendirian.” Reynand mengambil helm cewek itu dan memasangkannya juga di kepala Vania. “Lagian lo tadi berangkatnya kan sama gue. Jadi baliknya juga sama gue.”
“Tapi gue lagi nggak pengen ngeliat lo!”
Vania menghentakkan kaki dan memunggungi cowok itu. “Gue lagi males dianterin sama lo. Gue mau pulang sama abang ojol!” serunya lagi lalu bersidekap dan ngedumel sendiri.
Sebenarnya… Vania punya alasan kenapa ia tidak mau diantar Reynand. Pertama, ia malu karena kejadian di kelas tadi, mulutnya menjawab pertanyaan Pak Nanang asal-asalan sehingga membuat seisi kelas menertawainya. Lalu kedua, Vania baru ingat dengan jelas apa yang dikatakannya saat mabuk semalam. Ya, nyanyian konyol nan vulgar itu keluar dari mulutnya, di dengar Reynand, dan disaksikan Reynand. Bayangkan betapa malunya dia.
“Untuk hari ini aja, jangan peduliin gue. Anggap gue nggak pernah ada di dunia ini. Anggap kita nggak pernah kenal sebelumnya.” Vania masih mengoceh sendiri.
“Tentang kejadian semalam, kejadian di kelas, sama yang di perpustakaan, anggap itu hanya mimpi aja. Itu semua nggak pernah terjadi, ya… itu hanya halusinasi. Bukan kenyataan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Karma (TAMAT)
Teen FictionThe wrong one will find you in a piece and leave you in a pieces. The right one will find you in a pieces and lead you to piece. 🎐Bagi Vania Athalita, bermain dengan perasaan adalah sesuatu yang menyenangkan. Di tengah kesepian yang kian menggerogo...