Page 5: His Touch Left Her Breathless

6.7K 1.3K 491
                                    

Kangen Reynand? Ayo mana jempol kakinya 👣

Udah malam Minggu nih saatnya Pania sama Mas Bucin ngambang 👧👦 ga lama 'kan nunggunya? Ga pernah lewat seminggu lho eyke up wkwk, malah bisa seminggu 2 kali 💃

Part ini bisa 400 votes ngga yaaa, pen nyusulin Page 1 😆 👉👈

*** Happy Reading ***

*** Happy Reading ***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Vania Athalita adalah cewek egois, keras kepala dan selalu mementingkan dirinya sendiri. Setidaknya itu yang ada di kepala Reynand jika kamu bertanya tentang sosok Vania kepadanya. Cewek itu menyebalkan, setiap ucapan yang keluar dari mulutnya mungkin akan selalu terdengar pedas. Namun entah bagaimana, Reynand merasakan kekosongan dan kesepian dari pancaran matanya.

Dulu, Vania hanya teman sekelas yang bahkan tidak pernah menganggap keberadaan Reynand, tapi meski begitu mereka selalu berada di kelas yang sama. Ya, begitulah kenyataannya. Sedangkan di mata Vania, Reynand itu cowok cupu, si kesayangan guru yang selalu meraih peringkat satu. Itu saja, Vania tidak tahu banyak tentang Reynand sampai interaksi mereka belakangan ini membuat keduanya semakin mengenal satu sama lain.

Entah bagaimana, Vania merasa begitu bosan dengan pacar-pacarnya hingga ia menemukan sosok baru yang mungkin cocok dijadikan hiburan. Vania sering mengganggu Reynand, ketenangan cowok itu membuatnya merasa selalu di atas awan karena ia pikir ia selalu menang. Tidak tahu saja, Reynand memang sengaja memerhatikannya.

“Pa, Rey baru transfer cicilan mobil bulan ini ke rekening Papa,” kata Reynand pada papanya yang baru pulang dari rumah sakit.

“Kamu ini… papa bilang kan nggak usah, itu papa beli buat kamu karena mau nyenengin kamu, selama ini kan kamu selalu jadi anak yang membanggakan orang tua,” sahut Sadewa sembari melonggarkan dasinya. “Itu reward dari papa buat kamu, Rey.”

“Jangan, Pa. Nanti kebiasaan, Reynand malah keenakan dan lupa rasanya bekerja keras.”

Sadewa hanya mampu berdecak meski ia menyetujui apa yang diucapkan putranya. Reynand memang tidak pernah meminta apa pun kepadanya, selama ini, anak itu selalu berusaha sendiri untuk mendapatkan apa yang ia mau. Jadi, Sadewa sengaja membelikannya sebuah mobil agar Reynand juga bisa bersantai dan menikmati hidupnya seperti remaja lain.

Terkadang Sadewa kesal, karena Reynand tidak memiliki darah kebandelannya sama sekali. Anak itu terlalu baik sampai ia bingung dan hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya. Padahal, di mana-mana orang tua akan senang jika melihat anaknya bertabiat baik, tapi bagi Sadewa itu malah membosankan. Reynand terlalu lurus-lurus saja untuk dunia yang sudah semakin gila.

“Jangan terlalu kaku, Rey. Hidup ini harus dinikmati,” ujar Sadewa yang bersandar nyaman si sofa.

“Reynand menikmati hidup kok, Pa. Rey juga selalu bersyukur atas apa yang Rey miliki.”

Sweet Karma (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang